Jumat 29 May 2015 18:00 WIB

Steven Indra Wibowo: Perlu Perhatian Lebih Serius untuk Mualaf

Red:

Hal menggembirakan ketika semakin banyak saja yang memeluk Islam dari waktu ke waktu. Banyaknya ketertarikan orang kepada Islam membuat lembaga-lembaga mualaf bermunculan. Data-data menyebutkan, ada peningkatan yang sangat signifikan dari waktu ke waktu soal jumlah mualaf. Tentu hal ini sangat menggembirakan.

Di sisi lain, perhatian pemerintah kepada para mualaf dirasa masih kurang. Menurut Ketua Mualaf Center Indonesia (MCI) Steven Indra Wibowo, perhatian kepada mualaf belum begitu serius dibanding bidang-bidang lainnya. Padahal, mualaf adalah salah satu dari delapan asnaf zakat. Mereka mempunyai hak dalam zakat, walau pada kenyataannya pendistribusian zakat untuk mualaf menurutnya belum begitu optimal. Di samping itu, banyak pula lembaga mualaf yang hanya menjadikan mualaf sebagai "komoditas" untuk mencari bantuan.

"Harusnya pemerintah melalui Kementerian Agama bisa lebih memperhatikan soal mualaf. Dalam zakat, mereka termasuk dalam asnaf delapan yang juga mempunyai hak. Mualaf juga bahagian dari umat Islam yang juga butuh perhatian," jelas Steven. Berikut petikan wawancara selengkapnya dengan wartawan Republika, Hannan Putra.

Bagaimana kondisi para mualaf saat ini?

Memang beberapa waktu belakangan ini sedang banyak-banyaknya orang masuk Islam. Apalagi, sebentar lagi masuk bulan Ramadhan. Biasanya di bulan Ramadhan banyak sekali yang masuk Islam. Sebahagian besar para mualaf ini tidak kita publikasikan karena kondisinya banyak yang tidak memungkinkan untuk itu.

Secara garis besar, kondisi mualaf kita makin menggembirakan. Jumlahnya terus bertambah sangat banyak dari waktu ke waktu. Untuk bulan Mei ini saja sudah tercatat 195 yang masuk Islam. Jumlah ini biasanya akan terus naik dari waktu ke waktu.

Apa yang paling dibutuhkan mualaf dari umat yang lebih dulu memeluk Islam?

Saya rasa, bagi orang yang baru masuk Islam itu perlu pendidikan dasar Islam. Misalnya tentang membaca Alquran, tata cara shalat, pembahasan soal akidah, dan seterusnya. Jadi, ini yang kita tekankan soal program wakaf Alquran untuk mualaf. Kita harapkan mereka makin giat mengkaji Alquran dan memperdalam ilmu keislaman mereka.

Di samping Alquran, mereka tentu perlu sarana yang akan menunjang keislaman mereka. Sederhananya saja, seperti peralatan shalat. Tentu ini belum mereka miliki. Bantuan seperti ini sangat berarti  bagi mereka karena mereka dalam masa sedang bersemangat untuk beribadah.

Para mualaf juga mencari buku-buku keislaman yang membantu mereka bagaimana memahami Islam. Buku-buku yang sederhana, praktis, dan mudah dipahami adalah buku yang banyak mereka cari. Tidak perlu pembahasannya yang terlalu berat. Alangkah baiknya umat Islam dapat membantu saudara-saudara mereka yang baru memeluk Islam untuk lebih baik memahami agama mereka.

Seberapa optimal penyaluran zakat untuk mualaf?

Secara umum, di Indonesia pembinaan mualaf masih banyak diselenggarakan oleh umat Islam sendiri. Menurut saya, peran pemerintah belum memberikan kontribusi banyak soal pembinaan mualaf. Mungkin persoalan mualaf ini menurut pemerintah adalah daerah rawan yang bisa memicu konflik horizontal.

Harusnya pemerintah melalui Kementerian Agama bisa lebih memperhatikan soal mualaf. Dalam zakat, mereka termasuk dalam asnaf delapan yang juga mempunyai hak. Mualaf juga bahagian dari umat Islam yang juga butuh perhatian. Saya sudah mencoba sounding soal mualaf ini ke beberapa pihak, mulai dari pemerintah, lembaga zakat, hingga ke institusi syariah. Mereka hanya sekadarnya membantu. Bantuan yang kita terima seperti mushaf Alquran dan bantuan alakadarnya, alhamdulillah kita terima. Itu sudah cukup membantu.

Bagaimana peran lembaga mualaf dalam membimbing mualaf?

Waktu lembaga Mualaf Center Indonesia ini berdiri tahun 2000, saat itu belum ada satu pun lembaga mualaf. Seiring berjalannya waktu, hingga sekarang lembaga mualaf sudah banyak bermunculan. Memang ada lembaga mualaf yang serius memperhatikan para mualaf. Tetapi, ada juga yang hanya menjadikan mualaf ini sebagai komoditas yang bisa dijual.

Banyak juga kita temui, lembaga mualaf yang hanya konsen mencari bantuan. Ketika bantuan mereka dapatkan, sedikit saja bantuan tersebut yang sampai kepada mualaf. Ini yang kita sayangkan.

Di Mualaf Center Indonesia, inilah yang kita hindarkan. Ketika saya merekrut karyawan untuk bekerja di Mualaf Center, saya harus pastikan mereka punya pekerjaan. Mereka adalah orang yang punya pekerjaan dan penghasilan. Jadi, bekerja di Mualaf Center bukanlah tujuannya untuk mencari kerja dan digaji. Di Mualaf Center benar-benar kita jadikan sebagai ladang dakwah dan meraih pahala.

Ketika kawan-kawan yang ada di Mualaf Center adalah pekerja profesional di luar atau pengusaha, kehidupannya sudah ter-cover dengan baik. Ia tak berniat lagi mencari tambahan penghasilan di Mualaf Center. Mereka bergabung di sini semata-mata untuk tujuan kebaikan umat.

Di Mualaf Center ini kita niatkan bahwa kita tidak mengharapkan bantuan dari luar. Kendati mualaf ini tergolong dalam asnaf zakat, saya tidak terlalu meminta-minta zakat untuk mereka. Mengapa harus kami yang meminta-minta zakat? Harusnya para muzaki atau lembaga zakat yang menyalurkan zakat kepada para mustahiknya.

Sudah banyakkah lembaga mualaf di Tanah Air?

Secara pasti datanya saya tidak begitu tahu, tapi saya rasa sudah sangat banyak. Di samping itu, ada pula yang mengaku-ngaku mereka adalah lembaga mualaf. Banyak sekali laporan yang mengatakan lembaga-lembaga mualaf yang punya banyak publikasi. Tetapi, ketika mendapatkan dana zakat, dana tersebut tidak sampai kepada mualaf. Yang seperti ini perlu kita waspadai. Inilah perlunya perhatian serius dari pemerintah dan tokoh umat Islam soal lembaga mualaf.

Kita di Mualaf Center sangat menyayangkan adanya lembaga-lembaga seperti ini. Kita bekerja apa adanya saja. Kita berusaha setransparan mungkin soal data-data mualaf. Semua kontak di Mualaf Center adalah orang-orang yang bisa dihubungi. Kawan-kawan yang bekerja di Mualaf Center juga pekerja di luar. Beberapa kawan ada yang susah dihubungi karena memang mereka sibuk bekerja di luar mencari nafkah. Ini bisa dipahami karena mereka tidak mengharapkan penghasilan ketika berkegiatan di Mualaf Center ini.

Kegiatan apa yang digelar Mualaf Center untuk para mualaf?

Kita jarang sekali mengadakan pengajian-pengajian terbuka. Kita utamakan kajian-kajian intensif untuk para mualaf. Tujuannya, mereka bisa lebih efektif mengkaji Islam dan bisa berdiskusi secara langsung. Jadi, yang lebih banyak itu one by one. Sebenarnya model diskusi inilah yang lebih diinginkan para mualaf.

Di samping kajian-kajian, para mualaf ini juga butuh bimbingan secara pribadi. Mereka perlu tempat berkonsultasi, bagaimana hidup mereka ke depan. Keluarga mereka yang masih kontra dengan jalan hidup mereka, bagaimana pemecahannya. Pencerahan-pencerahan ini lebih maksimal dengan jalan diskusi secara personal.

Apa yang menarik bagi mualaf sehingga memilih Islam?

Sebenarnya banyak. Biasanya mereka tertarik karena Islam menawarkan jalan hidup yang baik untuk mereka. Islam mengatur setiap sisi kehidupan sampai ke hal yang sekecil-kecilnya. Setiap langkah hidup kita diatur dalam Islam. Mau apa pun yang kita lakukan, ada tuntunannya dalam Islam. Inilah yang menakjubkan dalam Islam sehingga Islam benar-benar bisa menjadi tuntunan kehidupan.

Apa apresiasi yang diterima Mualaf Center?

Tidak ada. Kami tidak mengharapkan itu semua. Lebih baik kita dikenal di sisi Allah SWT, itu saja sudah cukup bagi kita. Kita tidak mengharapkan perhatian apa-apa dari pihak manapun, termasuk pemerintah. Kami tidak berkepentingan dan tidak mengharap apa-apa dari pemerintah. Kalau ada perhatian dari pemerintah untuk kemaslahatan umat, ya silakan. Tetapi, jika ada apresiasi dengan maksud-maksud tertentu, na'uzubillahi min zalik. Pasti kami akan menolak. n ed: hafidz muftisany

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement