Jumat 22 May 2015 18:00 WIB

Menunaikan Hak Anak

Red:

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Kabar penelantaran anak bukan satu dua lagi ditemui. Musababnya beragam, mulai dari pengaruh narkoba hingga malu mendapat anak di luar nikah. Penelantaran anak ternyata bukan hanya mencampakkan atau membuang si kecil. Kurangnya hak waktu orang tua ke anak juga bisa dikategorikan menelantarkan.

Hal ini diungkapkan oleh pakar parenting Islami, Ustaz Iwan Janur. Ustaz Iwan menyebut definisi penelantaran anak dalam Islam jika sang buah hati tak mendapat kebutuhan layak, baik materiil maupun moril. Termasuk di antaranya kebutuhan waktu bersama.

"Pada zaman yang semakin kapitalistik ini, orang tua yang sama-sama kerja merasa tidak menelantarkan sang  anak," ujar Ustaz Iwan kepada Republika, Selasa (19/5).

Islam sendiri, tutur sang ustaz, sudah mengatur hak dan kewajiban anak dan orang tua. Masing-masing memiliki porsi, termasuk perbedaan peran sebagai ayah dan ibu.

Hak orang tua ke anak, menurut Ustaz Iwan, di antaranya menjaga sang anak dari pengaruh asing yang menyesatkan. "Penjagaan gangguan fisik dan mental dari orang tua sangat dibutuhkan oleh anak-anak," katanya.

Selain pendidikan dan kasih sayang, orang tua juga wajib memenuhi kebutuhan sandang dan papan anak secara makruf. Lebih penting lagi, orang tua wajib memberikan pendidikan agama, bahkan sejak anak masih di dalam kandungan. Orang tua, terutama ayah, harus sudah merencanakan jauh-jauh hari pendidikan agama bagi anak-anaknya.

Ustaz Iwan memesankan, itulah pentingnya setiap Muslimin memilih pasangan hidup yang saleh  dan salehah agar kedepannya bisa menjadi pemimpin dan pembimbing bagi anak-anaknya.

Dalam hal tanggung jawab mengurus anak, sebenarnya porsi ayah dan ibu sama. Ibu berperan besar dalam pengasuhan anak karena menjaga mereka selama di rumah. Sementara, sang ayah menentukan arah pendidikan bagi anak-anaknya kelak.

"Dalam Alquran dan hadis yang diperintahkan oleh Allah SWT adalah dua-duannya. Jadi, Islam meletakkan ayah sama dengan ibu dalam masalah pengasuhan dan pendidikan terhadap anak," katanya.

Ayah adalah sosok pemimpin dalam rumah tangga. Ia harus menjadi teladan dalam hal kedisiplinan dengan  sifat ngemong, bukan otoriter. Sebagai pencari nafkah, sosok ayah harus bisa menjaga sang istri dan anak dengan penuh kasih sayang. Hubungan ayah dan ibu pun bukan relasi antara buruh dan majikan.

Sementara, peran ideal seorang ibu, papar Ustaz Iwan, adalah menjaga anaknya ketika anaknya masih ada di dalam kandungan sampai selesai menyusui. "Jadi, memang ada irisan peran antara ayah dan ibu," ujarnya.

Psikolog Islam Profesor Dadang Hawari mengatakan, setiap anak harus mendapatkan pengawasan yang cukup dari kedua orang tuanya, mulai dari awal dan akhir setiap tahap perkembangannya. "Jadi, perkembangan itu bukan hanya fisiknya, melainkan mentalnya dan kepribadiannya juga harus berkembang," katanya.

Agar semua itu tercapai, anak-anak harus di bawah asuhan kedua orang tuanya secara langsung. Perkembangan anak itu bergantung pada bagaimana orang tua itu membimbingnya.

Anak terlahir seperti kertas putih yang suci. Orang tualah yang akan menggambar dan mengarahkan bagaimana masa depan sang anak. Apakah dia mau memilih agama Majusi, Nasrani, ataupun Yahudi, bergantung pada orang tuanya. "Jadi, baik atau tidaknya nanti itu orang tuanya yang akan bertanggung jawab," katanya.

Dadang mengingatkan, tumbuh kembang anak yang baik tak selamanya selaras dengan pemenuhan materi semata. Kasih sayang dan perhatian langsung dari orang tua justru berperan lebih besar dibanding fasilitas dan  materi yang diberikan.

"Ada penelitian yang menyatakan kalau anak dibesarkan hanya dengan materi sementara ibu dan  bapaknya jarang di rumah, nanti akan timbul gangguan," katanya.

Ia menyebut ayah dan ibu masing-masing memiliki porsi dalam mendidik anak. Sang ibu akan lebih banyak berperan saat sang anak dalam kandungan hingga selesai menyusui. Sementara, saat anak beranjak dewasa, peran sang ayah sangat vital untuk mengarahkan si buah hati. "Tidak bisa ayahnya itu tenang-tanang saja ke sana kemari tidak peduli sama anaknya," ujarnya.

Orang tua juga dituntut memberikan contoh teladan yang nyata di rumah. Jika ingin anak saleh dan salehah, orang tua harus menunjukkan dulu sebagai pribadi yang dekat dengan Allah SWT. "Jangan anak dimasukkan ke sekolah Islam, tetapi kedua orang tuanya tidak menunjukkan sikap-sikap keislaman di depan anak-anaknya," ujarnya.  c62 ed: Hafidz Muftisany

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement