Jumat 27 Mar 2015 19:05 WIB

Fadilah Amalan Sunah

Red: operator

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Salah satu nilai besar amal unggulan adalah fadilah yang terkandung di dalamnya. Pengasuh Pondok Pesantren Khuwaidimul Ma'ahad Daarul Muwahid KH Soffar Mawardi mengatakan, amal-amal ibadah sunah memiliki banyak fadilah, di antaranya akan mengantarkan seorang hamba diangkat derajatnya menjadi hamba yang dicintai Allah.

“Seperti diberi kelebihan dan kemampuan dalam pendengaran, penglihatan, kekuatan anggota badan dan ijabah doa,” kata Kiai Soffar kepada Republika, Rabu (25/3).

Salah satu amalan yang pahala sangat besar adalah infak fii sabilillah, baik yang digunakan untuk biaya jihad dalam rangka meninggikan kalimat Allah atau untuk membangun fasilitas ibadah, dakwah, atau pelayanan kebutuhan umat Islam. “Karena pahalanya mulai dari 700 kali lipat sampai tak terhingga,” katanya.

Amalan sunah juga bisa menjadi penyempurna amalan wajib. Kiai Shoffar mencontohkan ibadah yang pertama kali akan dihisab adalah shalat wajib. Menyitir hadis riwayat Abu Daud dan Ibnu Majah, Allah akan memeriksa kesempurnaan amal shalat wajib. Jika shalatnya tidak sempurna Allah memerintahkan untuk memeriksa shalat sunahnya. “Kemudian digunakan untuk menyempurnakan shalat wajib yang tidak sempurna tadi,” paparnya.

Umat Islam bisa memilih amalan-amalan sunah yang memiliki fadilah tinggi semisal shalat Rawatib, Tahajud, Dhuha, tilawah Alquran, sedekah, shalawat, dan dzikir.

Rasa berat untuk menunaikan amal-amal sunah secara rutin itu penyebab utamanya adalah karena kita terkalahkan oleh tipu daya setan yang memang telah berikrar akan menghalangi manusia dari jalan yang lurus.

Habib Abdurahman al-Habsy mengatakan, amalan sunah bisa mengangkat seseorang menjadi wali Allah yang dicintai-Nya. Habib Abdurahman menjelaskan, wali Allah itu ada dua, yakni as saabiquun al muqarrabun (wali Allah terdepan) dan yang kedua al Abrar ash-habul yamin (wali Allah pertengahan).

As saabiquun al muqarrabun adalah hamba Allah yang selalu mendekatkan diri pada Allah dengan amalan sunah di samping melakukan yang wajib serta dia meninggalkan yang haram sekaligus yang makruh.

“Sementara, al Abrar ash-habul yamin adalah hamba Allah yang hanya mendekatkan diri pada Allah dengan amalan yang wajib dan meninggalkan yang haram, ia tidak membebani dirinya dengan amalan sunah dan tidak menahan diri dari berlebihan dalam yang mubah,” terang Habib Abdurahman.  c62 ed: Hafidz Muftisany

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement