Jumat 27 Feb 2015 15:00 WIB

Dr Sarmini, Berkah Kuasai Bahasa Arab

Red:

Umar bin Khattab sering berpesan kepada para sahabat, "Bersungguh-sungguhlah mempelajari bahasa Arab karena ia kunci ilmu. Alquran, hadis, dan literatur Islam semuanya berbahasa Arab. Jadi, sudah suatu keniscayaan bagi siapa yang ingin mendalami ilmu Islam untuk bisa berbahasa Arab.

Hal inilah yang membuat seorang Muslimah, Sarmini, memilih mendalami bahasa Arab. Kecintaannya kepada bahasa Arab telah mengantarkannya untuk berkelana ke negeri-negeri Arab, menuntut ilmu langsung dari lisan orang Arab sendiri.

Semenjak di bangku SMP sudah terbesit keinginannya untuk mendalami bahasa Arab. Tak tanggung-tanggung, ia bercita-cita ingin belajar bahasa Arab dari negeri Arab langsung. "Dan dalam hati saya yang paling dalam, saya ingin menguasai bahasa Arab dari penuturnya langsung. Itu terjadi mulai saya kelas 3 SMP," ungkapnya kepada Republika, beberapa waktu lalu.

Saat rekan-rekannya memilih melanjutkan pendidikan ke SMA, ia malah masuk ke bangku Aliyah. Tujuannya sederhana, ia ingin belajar di sekolah yang ada bahasa Arabnya. "Saya meneruskan ke sekolah Aliyah yang berkurikulum pesantren. Sekolahnya dari pagi sampai sore. Pelajaran-pelajaran agamanya banyak dan memakai bahasa pengantar bahasa Arab. Ini edisi banting setir ya dalam hidup saya," jelasnya.

Sarmini mengaku tak mudah mengikuti pelajaran yang berkurikulum bahasa Arab. Ia langsung disuguhi seabrek buku berbahasa Arab, sedangkan ia tak tahu bagaimana cara membacanya. Jika membacanya saja ia sudah kewalahan, belum lagi menerjemahkan dan memahami setiap teksnya. Namun, tekadnya sudah bulat. Ia memiliki modal cukup kuat, yaitu kecintaan kepada bahasa Arab.

"Tentu bukan hal mudah bagi saya dalam beradaptasi secara tiba-tiba. Tapi, saya menjalaninya dengan semangat dan pantang menyerah," katanya. Sarmini mengisahkan, ia kerap menghabiskan beberapa eksemplar buku tulis hanya untuk sekadar menghafalkan beberapa tulisan dalil dari hadis atau ayat Alquran. Apalagi untuk menghafal mahfudzot yang secara lisan sudah ia hafal, namun ia masih bingung seperti apa tulisannya. Ia benar-benar belajar bahasa Arab dari nol.

"Saya berprinsip, sebagai seorang Muslim, bahasa Arab harus lebih baik dari bahasa Inggris saya. Walau kenyataannya sampai dengan lulus Aliyah nilai bahasa Arab saya jauh tertinggal di bawah bahasa Inggris saya," ujar Muslimah yang juga andal dan selalu juara pidato bahasa Inggris itu.

Menamatkan bangku Aliyah, ia pun melanjutkan pendidikannya ke Dirosat Islamiyah Alhikmah Jakarta (sekarang Studi Al-Hikmah). Ia kembali berinteraksi dengan kitab-kitab klasik berbahasa Arab pada hampir seluruh mata kuliah. Banyak yang menawarinya untuk kuliah di IAIN saja. Namun, semua itu ia tolak. "Saya menolak karena saya menginginkan kuliah yang bisa untuk belajar ilmu-ilmu Islam dan bisa memahami Alquran dan sunah dari bahasannya langsung," katanya menegaskan.

Selama di bangku kuliahlah, ia mulai merasakan peningkatan bahasa Arabnya. Kemampuannya berbahasa Arab semakin membaik. "Di sinilah kali pertama cita-cita saya terwujud, yaitu bahasa Arab saya jauh lebih baik dari bahasa Inggris. Saya tinggal berusaha mewujudkan ke tahapan berikutnya, bagaimana caranya bisa belajar bahasa Arab dari penutur aslinya," ungkapnya.

Sembari kuliah ia terus mengorek informasi bagaimana jalur pendidikan ke Timur Tengah. Bahkan, ketika ia sudah merampungkan S1-nya di Al-Hikmah, keinginannya untuk menuntut ilmu di Timur Tengah tak memudar. Walaupun ia akan mengulang kembali S1-nya di Timur Tengah, itu tidak masalah baginya.

"Allah mewujudkan harapan saya. Saya ikut tes ke Sudan. Niat awal pokoknya bagaimana bisa belajar bahasa Arab di sana meskipun kembali mengulang S1. Tapi, ternyata Allah membukakan jalan untuk S2 yang tidak saya sangka-sangka dan dengan jurusan yang tidak pernah saya duga juga," katanya.

Sarmini pun akhirnya berangkat ke Sudan. Ia mendalami bahasa Arab dengan memilih konsentrasi pendidikan bahasa Arab untuk non-Arab. "Keilmuan yang benar-benar baru buat saya. Dengan mata kuliah hampir semuanya baru," katanya. Sarmini memiliki basic S1 di Fakultas Islamic Studies. Ia tak terlalu mendalami bahasa Arab. Ia lebih banyak belajar ilmu-ilmu, seperti tafsir, hadis, dan fikih.

Sudan membuatnya semakin cinta dengan bahasa Arab. Ia pernah mendapatkan petuah dari ustazahnya bahwa Sudan adalah Solo-nya Timur Tengah. Orangnya ramah, menjunjung tinggi sopan santun, dan lemah lembut. Ibarat Pulau Jawa, Solo memiliki bahasa Jawa halusnya. Demikian juga Sudan memiliki bahasa Arab paling halus di antara sekian banyak negeri di seantero Timur Tengah. Akhirnya, pendidikan S2 dan S3 berhasil ia rampungkan di Sudan.

"Allah Mahapemurah dan Penyayangnya kepada saya. Allah membukakan kesempatan saya lanjut S3 tanpa harus menunggu waktu jeda ketika selesai dari S2," ujarnya.

Sarmini mengaku sangat menikmati hari-harinya di Sudan. Ia sangat terkesan dengan keramahan penduduk setempat. Ia juga diajarkan bagaimana berinteraksi dengan bahasa Arab yang lembut dan halus. "Mengapa saya sampai ke Sudan? Saya baru bisa memahami dan mendapatkan jawabannya setelah tinggal di sana. Di sanalah, saya dapati masyarakat yang ramah dan menghargai perempuan. Di sana tak ada pengotak-kotakan si miskin dan si kaya. Antara sopir, buruh, pejabat, dan yang lainnya semua sama. Masyarakatnya tawadhu," jelasnya.

Kondisi geografis Sudan yang sangat panas tak membuatnya gerah. Bumi Sudan terdiri atas hamparan padang pasir gersang. Cuaca panas bisa mencapai 50 derajat celsius. Harga kebutuhan pokok akibat embargo ekonomi pun melambung tinggi. "Semuanya serbasusah. Bahkan, sarana transfer uang saja tidak tersedia. Hampir tidak ada tempat rekreasi yang memadai. Namun, positifnya, dari sekian banyak kekurangan itu membuat saya fokus untuk belajar saja sehingga jadi cepat selesai," katanya.

Setelah merampungkan pendidikannya di Sudan, Sarmini kini dipercaya mengajar bahasa Arab di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Arab (LIPIA) Jakarta. Banyak sekali manfaat bahasa Arab yang ia rasakan. Dengan menguasai bahasa Arab, tentu lebih mudah menghafal dan memahami Alquran. Kitab-kitab bahasa Arab lainnya juga dapat lebih mudah dipahami.

Ia membuktikan, keberkahan bahasa Arab telah menjadikan anak-anaknya hafal Alquran 30 juz. Ia mengaku, di keluarga ia dengan suami membiasakan untuk berkomunikasi dengan bahasa Arab. Itulah yang membuat anak-anaknya tidak asing lagi dengan lafal-lafal Arab.

"Allah memberikan taufik-Nya kepada kami sekeluarga. Kami sangat bersyukur dengan apa yang telah diberikan-Nya kepada putra-putri kami. Putri pertama kami, Saudah Tsabita Hasan (usia 11 tahun,) yang baru kelas 6 SD homeschooling sudah hafidzoh 30 juz di umur 7 tahun 8 bulan. Sekarang dia sedang intensif belajar bahasa Arab dari penutur aslinya," kata Sarmini memaparkan.

Sedangkan putri keduanya, Atikah Madania Hasan, di usia yang baru 8 tahun sudah hafal 25 juz. Padahal, Atikah baru kelas 3 homeschooling. Putri ketiganya, Nusaibah Maknun Hasan, yang baru berumur 6,5 tahun juga sudah hafal 13 juz. Nusaibah baru duduk di kelas 2 homeschooling.

"Doakan kami agar bisa terus istiqamah untuk turut mempersembahkan generasi dan pemimpin terbaik yang beriman dan bertakwa untuk bangsa ini," ujarnya. n ed: hafidz muftisany

***

Biodata

Nama lengkap         : Dr Sarmini

Panggilan                : Sarmini

Tempat tanggal lahir  : Ponorogo, 28 Agustus 1975

Facebook/Twitter   : [email protected]

Nama suami         : Hari Susanto

Nama anak         :

- Saudah Tsabita Hasan (11 tahun)

- Atikah Madania Hasan (8 tahun)

- Nusaibah Maknun Hasan (6 tahun)

- Abdullah Habieby Hasan (1 tahun)

Pendidikan        :

- Kuliah Dirosat Al-Hikmah Jakarta jurusan Islamic Studies.

- S2 Kartoum International Institute for Teaching Arabic for non-arab Sudan jurusan pengajaran bahasa Arab untuk non-Arab.

- S3 International Univercity of Africa Sudan jurusan pengajaran bahasa Arab untuk non-Arab program kurikulum dan metode pembelajaran.

Moto hidup        :

- Sebaik-sebaik kalian adalah yang banyak memberi manfaat kepada yang lainnya.

- Dan berbuatlah agar Allah, Rasulnya, dan orang-orang yang beriman melihatmu. Dan melihat amal perbuatanmu.

- Setiap detik itu berharga.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement