Sabtu 20 Dec 2014 03:01 WIB

Menggenjot Wisata Syariah

Red:

Industri wisata syariah kini menjadi tren global. Bahkan, Jepang dan negara-negara di Eropa kini berlomba-lomba mengembangkan wisata syariah. "Jepang dan Eropa agresif menerapkan wisata syariah," kata Direktur Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) Lukmanul Hakim beberapa waktu lalu.

Hal senada diungkapkan Direktur Jenderal (Dirjen) Pemasaran Pariwisata Kementerian Pariwisata Esthy Reko Astuty. Ia menyebutkan, sejumlah negara kini aktif  mengembangkan wisata syariah, seperti Selandia Baru, Jepang, dan Turki. "Negara-negara itu membidik Muslim menjadi pengunjung tempat wisata di negaranya," ujar Esthy di sela-sela acara Jurnalis Ekonomi Syariah (JES) bertema "Pariwisata Syariah, Bangkitnya Sektor Riil Ekonomi Islam", di Jakarta, Sabtu (27/9).

Berdasarkan data Thomson Reuters pada akhir 2013, Muslim secara global membelanjakan 137 miliar dolar AS sepanjang 2012 untuk wisata.  Mereka juga memperkirakan, jumlah nilai belanja wisata Muslim secara global meningkat menjadi 181 miliar dolar AS pada 2018. Sedangkan, jumlah nilai belanja wisata Cina secara global pada 2012 hanya 89 miliar dolar AS. "Pariwisata syariah kini sudah jadi tren pariwisata dunia," kata Esthy Reko Astuty.

Potensi wisata syariah Indonesia luar biasa. Potensi itu bersumber dari wisatawan domestik maupun mancanegara.  "Potensi wisata syariah di Indonesia luar biasa. Negara kita memiliki penduduk 240 juta jiwa dan 88 persen di antaranya merupakan Muslim, jadi itu seharusnya menjadi target untuk pariwisata syariah," ujar Esthy.

Potensi wisatawan Muslim mancanegara sangat besar. Pew Research Center Forum on Religion and Public Life mengungkapkan, populasi Muslim dunia diperkirakan akan terus bertambah dari 1,6 miliar atau sekitar 23,4 persen dari penduduk dunia. Artinya, dari 6,9 miliar pada 2010 menjadi 8,3 miliar pada 2030, dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 1,5 persen untuk penduduk Muslim setiap tahunnya.

Kepala Pasar Keuangan Syariah Thomson Reuters, Sayd Farook, menyatakan, ada fakta mencengangkan di tengah kehidupan kaum Muslim. Kaum muda di negara-negara Muslim lebih peduli dan sensitif terhadap agama yang merek anut.

Di mana artinya kaum muda ini beberapa tahun ke depan akan menjadi konsumen gaya hidup syariah, khususnya wisata Islami. ''(Pelaku industri) mereka populasi yang harus diperhatikan,'' tutur dia dalam The 1st  OIC International Forum on Islamic Tourism 2014, Senin (3/6).

Ketua umum Asosiasi Hotel Syariah Indonesia (AHSIN) Riyanto Sofyan meyakini, dalam tiga tahun atau pada 2016 Indonesia bisa menyaingi Malaysia dalam industri wisata syariah. Saat ini, 24 persen wisatawan Muslim dunia datang ke Malaysia. Sedangkan ke Indonesia hanya 18 persen atau sembilan sampai 10 juta orang. Dengan pengeluaran sampai 10 miliar dolar. "Di lain pihak, pelaku industri pariwisata syariah juga harus memperhatikan wisatawan Muslim lokal," tutur Riyanto Sofyan.

Terkait hal tersebut, Jakarta Islamic Centre (JIC) dapat memainkan peran penting untuk menggenjot wisata syariah, khususnya di DKI Jakarta. Salah satu hal terpenting adalah melakukan sosialisasi dan edukasi akan pentingnya wisata syariah.

Langkah-langkahnya, antara lain, pertama, memperkuat website Jakarta Islamic Centre. Tidak hanya dalam bahasa Indonesia, tapi juga dilengkapi dengan -- minimal -- resume dalam bahasa Inggris dan Arab. Dengan demikian, website tersebut menjadi sumber informasi penting bagi wisatawan domestik maupun mancanegara.

Kedua, memperkuat dan mengoptimalkan peran dan manfaat media sosial, seperti twitter, facebook, WhatsApp, dan instagram untuk menyosialisasikan berbagai informasi kegiatan (agenda), kegiatan yang sedang berlangsung, tamu-tamu yang hadir di JIC, berbagai fasilitas yang ada di JIC dan sebagainya.

Ketiga, memperkuat penerbitan leaflet, brosur, dan buku-buku hasil ceramah/khutbah Jumat, khutbah Idul Fitri dan Idul Adha, kuliah Dhuha, dan kegiatan-kegiatan pengajian lainnya. Dengan demikian, keberadaan JIC akan makin dirasakan oleh masyarakat, termasuk wisatawan.

Keempat, bekerja sama dengan Dinas Pariwisata DKI, perusahaan travel, tour guide, hotel dan lain-lain agar menjadikan kunjungan ke JIC sebagai bagian dari city tour.

Kelima, menjalin kerja sama dengan berbagai komunitas Muslim dan para tokoh terkemuka, seperti One Day One Juz, Komunitas Tangan di Atas, Ustaz Yusuf Mansur dan Ustaz Arifin Ilham, agar berbagai publikasi kegiatan JIC melalui media sosial disampaikan ke komunitas mereka. Selain itu, agar berbagai komunitas Muslim tersebut mau menggelar kegiatan di JIC.

Keenam, meningkatkan kerja sama dan publikasi melalui berbagai media Islam, baik cetak maupun online. Ketujuh, menjalin kerja sama dengan Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi) DKI Jakarta, agar JIC bisa tampil/memasang meja/stan di ajang Islamic Book Fair maupun Jakarta Book Fair.

Kedelapan, aktif mengundang dan menjalin kerja sama dengan berbagai sekolah Islam dan pesantren agar mengajak para siswa/santrinya untuk melakukan studi wisata ke JIC. Dengan berbagai langkah tersebut, JIC insya Allah dapat memberikan kontribusi besar dalam memajukan industri wisata syariah, khususnya di ibu kota Jakarta. n

Oleh  Irwan Kelana

Juara Pertama Lomba Penulisan Artikel Populer Islami Jakarta Islamic Centre Tahun 2014

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement