Jumat 31 Oct 2014 17:35 WIB

Adhyaksa Dault: Gerakan Pemuda Islam Harus Tampil Beda

Red:

Islam adalah agama yang lekat dibawa anak muda. Sejumlah kisah Ashabul Kahfi, Ashabul Ukhdud, serta berbagai kisah pemuda lainnya yang dipaparkan Alquran seakan memberikan penekanan pentingnya gerakan pemuda Islam. Pemuda Islam harus tampil sebagai pionir perubahan dan menjadi contoh di tengah-tengah masyarakat.

Sayangnya, pemuda Islam saat ini terlihat lembek. Seperti dikatakan mantan menpora Adhyaksa Dault, seakan tiada bedanya gerakan pemuda yang berasaskan Islam dengan organisasi lainnya. Bahkan, tak jarang gerakan pemuda Islam justru menjadi biang masalah yang menambah kusut masalah umat. Menurutnya, pola pikir kaum muda harus diubah. Tujuan gerakan Islam yang dimotori pemuda harus diluruskan, yakni mencari mardhatillah (keridhaan Allah). Berikut petikan wawancara selengkapnya yang berhasil dihimpun wartawan Republika, Hannan Putra.

Apa beda gerakan Pemuda Islam dengan yang lain?

Saya kira sekarang ini sudah hampir sama saja. Jangankan gerakan pemuda Islam, partai-partai Islam saja dengan partai umum itu hampir sama. Saya lihat, sudah tidak ada lagi hal-hal yang mendasar yang membedakan.

Kita lihat saja sekarang ini konfik salah satu partai Islam. Sekarang terjadi dualisme, padahal dia partai Islam. Sama saja konflik yang muncul dengan partai-partai yang lain. Bahkan, konfik seperti ini malah tidak muncul di partai-partai yang lain.

Demikian juga, dengan organisasi kepemudaan yang ada. Mereka malah cenderung melakukan upaya-upaya yang merugikan. Inilah yang kita harapkan dari pemuda-pemuda Muslim profesional yang bisa menjadi teladan. Jangan sampai organisasi kepemudaan ini terlalu banyak berkecimpung di dunia politik. Tetapi, kembalilah pada akidah. Yang utama dalam berorganisasi itu bukan untuk mencari pangkat, posisi, atau berpolitik. Tapi yang paling utama, belajar beragama dengan baik. Bagaimana supaya bisa memahami agama ini dengan sempurna dan utuh.

Bagaimana menuntun gerakan pemuda Islam agar bermanfaat bagi umat?

Harusnya gerakan-gerakan pemuda Islam ini lebih banyak menggali materi-materi spiritual keagamaan. Sebab, akidah dan akhlak itulah yang lebih penting. Jangan materi-materi berpolitik itu yang lebih dominan.

Selama ini, gerakan pemuda Islam ini hampir sama dengan yang umum karena materi-materinya itu merupakan materi yang bersifat umum, seperti berpolitik. Maka dari itu, saya mengimbau kepada organisasi kepemudaan yang bernapaskan Islam harus kembali kepada jati diri Islam. Sehingga, nanti mereka punya syakhshiyah Islamiyah (kepribadian Islam) yang kuat.

Apa gerakan pemuda Islam saat ini sudah menjunjung Islam sebagai ideologi organisasi mereka?

Saya melihat, yang cenderung memahami Islam secara utuh itu bahkan bukan organisasi-organisasi kepemudaan. Banyak organisasi yang mengatasnamakan organisasi Islam, tapi tidak membawakan Islam dalam berorganisasi. Justru, remaja masjid yang banyak menggali Islam. Mereka yang bisa memahami Islam secara baik.

Coba kita lihat remaja Masjid Sunda Kelapa, Al Azhar, At Tin, dan remaja masjid yang lain. Itu mereka belajar Islamnya luar biasa. Sedangkan, organisasi kepemudaan yang mengatakan mereka organisasi Islam jarang sekali mengkaji Islam. Inilah yang kita imbau agar organisasi Islam ini kembali lagi mengkaji Islam.

Harusnya, mereka yang tergabung dalam organisasi Islam itu tidak meloloskan pengurusnya yang tidak bisa baca Alquran. Kalau ada pengurus organisasi Islam, tapi tidak bisa baca Alquran, itu kan repot. Tapi yang seperti itu ada. Harusnya, sebelum mereka dipilih menjadi pengurus organisasi, dites dulu bacaan Alquran mereka.

Ini di beberapa organisasi yang berlabelkan Islam itu terjadi. Kalau ketuanya saja tidak bisa baca Alquran, bagaimana pengurusnya yang lain? Lalu, apakah mereka akan membawa laju organisasi mereka berdasarkan Alquran? Mereka ini sudah salah dalam pembinaan dan kaderisasinya.

Apakah peran pemuda Islam saat ini tenggelam?

Kalau Islamnya, tidak akan tenggelam sampai hari kiamat. Kalau gerakan pemudanya, ya melihat kepada niatnya. Kalau niatnya suci murni dan semata-mata mencari mardhatillah (ridha Allah) maka dia tidak akan tenggelam. Tapi kalau salah satu niatnya sudah menyimpang dari itu, itu pasti tenggelam.

Tidak peduli apakah dia organisasi politik, seperti parpol-parpol Islam yang ada saat ini, apakah dia organisasi pemuda yang saat ini berkembang. Selama niat dan caranya mencari mardhatillah, dia selamat. Kalau dia melenceng, seperti mencari kedudukan semata, selesai.

Agar terus eksis, apakah organisasi Islam harus mendekat ke penguasa?

Itu kembali lagi pada cara berpikir para pemuda Islam itu. Semuanya kembali pada niatnya. Selama niat dan pola perjuangannya itu benar-benar berasaskan Islam, dia akan tahu batasan-batasan halal haramnya.

Kita harus yakin, selama yang kita perjuangkan merupakan Islam, kita tidak perlu takut dan gentar. Allah pasti akan tolong kita. Selama niat kita tulus dan suci untuk menolong agama Allah, Allah pasti akan menolong hambanya. Tidak perlu mengemis kepada penguasa untuk mengharapkan bantuan, Allah pasti akan menolong.

Apa masalah krusial yang dihadapi pergerakan pemuda Islam?

Yang paling krusial itu kaderisasi. Itu yang paling krusial saat ini. Bagaimana menciptakan pribadi yang betul-betul mencerminkan Islam ketika dia betul-betul dicetak sebagai kader dalam organisasi yang berbasis Islam. Itu dia.

Tapi, yang sekarang ini mulai tidak ada. Hasil kader dari organisasi kepemudaan yang berbasis Islam sekarang sudah jarang terlihat. Saya lihat, sama saja antara kader organisasi berbasis Islam dengan kader-kader organisasi yang tidak berbasis Islam. Itu yang disayangkan. Ciri khas yang menjadikan organisasi yang berbasis Islam ini terlihat beda dari yang lain.

Adakah kelesuan aktivis saat ini?

Itulah, kader-kader dari organisasi yang bernapaskan Islam harus muncul. Kita harus terlihat berbeda dari yang lain. Kita perlihatkan bagaimana kader organisasi yang bisa diteladani oleh mereka yang tidak berasaskan Islam.

Kita harus menjadi yang terdepan dari yang lain, baik dalam soal dakwahnya, kepintarannya, keahliannya, retorikanya, loyalitasnya. Semua itu harus terlihat berbeda dari yang lain. Tapi yang perlu diingat, tujuan dia berpikir, bergerak, dan seterusnya harus lurus semata-mata mencari ridha Allah. Inilah yang kita tunggu dan kita harapkan. n ed: hafidz muftisany

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement