Jumat 03 Oct 2014 12:00 WIB
wawancara

Afdal Tanjung: Kurban Menggerakkan Ekonomi

Red:

Kurban sebagai ibadah ritual keagamaan bersumber dari perintah Allah kepada Nabi Ibrahim AS untuk menyembelih anaknya, Ismail AS. Dalam amaliah tersebut, terpancar kuat hakikat kurban sebagai bentuk keyakinan kepada Allah dan sarana mendekatkan diri dengan menyembelih hewan kurban. Namun di balik perintah kurban yang mengandung pahala besar, ada hikmah dari sisi ekonomi dalam pelaksanaan ibadah kurban.

Betapa kesadaran umat untuk berkurban yang meningkat membuat perputaran ekonomi seputar peternakan, pertanian, transportasi, jasa jagal, dan penyaluran daging meningkat. Sektor riil ekonomi ini bisa meningkatkan kesejahteraan para pelaku ekonomi di dalamnya. Bagi pekurban pun ada pemenuhan asupan gizi protein hewani. Sesuatu yang mungkin hanya bisa dinikmati setahun sekali bagi kaum dhuafa. Hikmah besar kurban bagi ekonomi itulah yang ditekankan Bendahara Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan PP Muhammadiyah Afdal Tanjung kepada wartawan Republika Hafidz Muftisany, pekan lalu. Berikut petikan wawancaranya.

 

 

 

 

 

 

 

 

Foto:Hafidz Muftisany/Republika

Apa manfaat kurban bagi masyarakat?

Dari sisi penerima ada pemenuhan gizi masyarakat di sektor makanan. Dengan adanya kurban, masyarakat kategori sangat miskin memiliki kesempatan menikmati daging setahun sekali. Ada pemenuhan pasokan konsumsi masyarakat, terutama daging. Kurban sebenarnya aplikasi dari ekonomi gotong royong. Karena bisa dinikmati siapa saja termasuk non-Muslim. Kalau zakat kan terbatas pembagiannya harus ke Muslim. Kita bisa lihat betapa senangnya masyarakat ketika diberikan daging kurban.

Apa pengaruh untuk ekonomi peternak?

Sangat luar biasa. Dengan kurban ada kepastian hasil ternaknya dibeli. Ini pasar yang pasti. Ingat, kurban bukan hanya bermanfaat untuk peternak. Petani, pedagang hewan, sektor transportasi, tukang jagal, hingga yang mengantar daging kurban mendapat manfaat ekonomi dari ibadah ini. Peternak diuntungkan dari sisi harga dan jumlahnya cukup besar.

Artinya manfaat kurban bukan hanya bagi yang memberi?

Kaum Muslimin harus sadar, tidak pernah ada namanya harta berkurang dengan kita berkurban ikhlas kepada Allah SWT. Di dalam ibadah ini, ada banyak orang mencari penghidupan. Jadi sekali kurban, si perkuban dapat pahala ibadah, di sisi lain membantu perekonomian orang banyak. Jadi, hakikatnya hartanya tidak akan berkurang. Ibarat sumur, semakin diambil airnya semakin bersih dan tidak pernah kering. Beda dengan sumur yang didiamkan saja. Airnya akan keruh dan akan kering. Itu hakikat orang pelit.

Apa sumbangsih untuk perekonomian nasional?

Dari sisi ekonomi nasional itu sangat besar. Kalau rakyat Indonesia secara gizi harus terpenuhi protein hewani satu kilogram setahun, negara tidak perlu keluar uang. Selain itu, lihat potensi perputaran uangnya. Kalau di Indonesia ada 20 juta orang yang berkurban dikalikan Rp 2 juta, berapa triliun uang yang berputar? Itu angka yang pasti dan itu sektor riil. Keuntungannya langsung dinikmati masyarakat kelas kecil. Itu angka baru yang dinikmati untuk peternak, belum untuk transportasi dan jagal. Uang bisa terserap ke mereka dan memutar roda ekonomi.

Apa distribusi daging kurban sudah merata?

Saat ini masih tersentralisasi. Seharusnya kalau mengikuti perintah Rasulullah, setiap kaum Muslimin harus mewajibkan diri untuk bisa berkurban. Supaya pemerataan ini bisa dinikmati semua saudara kita. Pemerintah harus mengambil peran lebih jauh. Misalnya, mewajibkan kurban berbasis RT sehingga pemerataannya bisa terjamin. Kurban ini kan sesuai sekali denga prinsip ekonomi nasional, yakni ekonomi gotong royong dan berdikari. Pemerintah tidak perlu keluar uang, hanya mengatur dan mengimbau saja. Ekonomi kurban berasal dari rakyat dan untuk rakyat sendiri.

Adakah nilai tambah kurban bagi penerima?

Sekiranya ia ada kelebihan daging kurban, ia bisa mengolahnya. Diperbolehkan menjual daging kurban yang sudah diserahkan kepadanya. Tapi kalau dijual, jangan mentah. Diolah dulu sehingga ada nilai tambah. Selain pemenuhan konsumsi, ia juga bisa berdampak ekonomi. Untuk pedagang bakso atau makanan berbahan daging pun diuntungkan. Karena pasokan daging banyak, harga bahan baku jadi murah. Bagi pekurban pun ada manfaat juga. Bedanya dengan zakat, pekurban berhak menikmati sepertiga daging kurban. Sehingga, ada kebahagiaan semua kalangan.

Bagaimana dengan perbedaan penetapan hari Idul Adha?

Di Indonesia, perbedaan penetapan itu sebenarnya sebuah wacana yang biasa. Masyarakat sudah cukup dewasa untuk menyikapi perbedaan itu. Justru, sebenarnya kita jangan melihatnya dengan hati sempit khusus Idul Adha ini. Ada juga manfaat ekonominya. Dengan perbedaan ini ada hikmah, hari penyembelihan jadi lebih panjang. Artinya yang terlibat dalam kurban tadi bisa lebih lama menikmati hasilnya. Bagi penerima pun peluang mendapatkan lebih ada. Jadi, dilihat saja sisi positifnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement