Jumat 26 Sep 2014 18:30 WIB
Silaturahim

Pengajian Rutin Karyawan Ayam Bakar Mas Mono, Efek Positif Amaliah Islam

Red:

Setiap Jumat Malam dan Sabtu pagi di Jalan Tebet Raya No 57 Jakarta se lalu diselenggarakan kajian rutin. Gerai yang biasanya meng hidangkan ayam bakar Kala san ini disulap menjadi aula pengaji an bagi 1.000 karyawan di bawah manajemen Agus Pramono (Mas Mono).

Kajian di gerai pusat ini memang rutin diselenggarakan sejak sejak tahun 2010. Manajemen pengelolaan usaha kuliner yang berbasis spiritual Islam ini memang mengedepankan usaha karena Allah bukan sekadar bekerja dan ibadah.

Mas Mono sapaan akrabnya memang mewajibkan seluruh pegawainya untuk rutin setiap hari melaksanakan shalat Dhuha dan membaca Alquran. Khusus kajian rutin di gerai pusat, kajian sesuai dengan tema yang telah ditentukan sesuai kurikulum yang dibuat.

"Ustaz yang mengisi kajian pun berasal dari internal kami," ujar mantan office boy ini. Dua ustaz yang sering mengisi kajian di antaranya Ustaz Firdaus dan Ustaz Hidayatullah. Mereka pun mengisi kajian sesuai bidang masing-masing seperti muamalah, tauhid, akidah, akhlak, dan fi kih.

Hal mendasar yang masih dipelajari oleh para pegawai adalah bab taharah terutama masalah berwudhu. "Menurut kami cara berwudhlu yang benar sangat penting sebagai syarat sahnya shalat, bagaimana shalat dapat dilaksanakan dengan benar ketika wudhu belum dilakukan sesuai dengan rukunnya," ujar dia.

Kajian biasanya rutin dilaksanakan selama satu hingga dua jam. Tidak hanya di gerai pusat, setiap cabang pun juga mengadakan kajian rutin. Biasanya, setiap ustaz keliling di setiap cabang untuk mengisi kajian. Tak hanya mengaji, karyawan juga diwajibkan menyetor hafalan Alquran kepada ustaz.

Memang pada awalnya banyak karyawannya yang mengeluh. Tetapi, bagi yang konsisten dan istiqamah, mereka bertahan di ke-62 gerai miliknya. Mas Mono merasa banyak hal positif yang didapatkan terutama bagi para karyawan.

Biasanya, di restoran lain, pekerja harus menandatangani surat pernyataan. "Mereka mendapatkan sanksi ketika diam-diam menggunakan bahan dapur untuk dikonsumsi sendiri,"ujar dia. Tetapi, ketika telah memahami nilai-nilai Islam, mereka sadar tanpa harus diberi peraturan. "Bahwa menggunakan yang bukan miliknya itu berdosa," ungkapnya.

Karyawan yang tidak dibina dengan nilai Islam ketika bekerja akan menganggap biasa ketika mengonsumsi jus atau sekadar teh manis. Mereka mengingat bahwa setiap kegiatan yang dilakukan berhubungan dengan dosa pahala dan surga neraka. Sehingga, Mas Mono sebagai pemilik sekaligus pengelola tidak perlu lagi menerapkan sanksi ancaman bagi para karyawan.

Budaya pengajian rutin dan penanaman nilai Islami terus dipertahankan. Jika ada karyawan baru dan tidak siap dengan aturan kajian rutin dan nilai Islam biasanya akan tersaring.

Selain kajian rutin, Mas Mono pun mewajibkan pegawainya untuk shalat berjamaah. Ketika pelanggan sedang penuh, biasanya mereka menyesuaikan dan bergantian melayani pelanggan. Selain ustaz dari internal, Mas Mono pun sering mengundang ustaz dari luar, seperti Ustaz Yusuf Mansur untuk mengisi kajian. Terkadang sharing pun dilakukan dengan mengundang pembicara yang tetap mengedepankan nilainilai Islam. rep:ratna ajeng tejomukti ed: hafidz muftisany

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement