Jumat 19 Sep 2014 12:00 WIB

Mengurai Bahaya Ghazwul Fikr

Red:

Isu-isu yang melemahkan umat Islam sering terjadi, baik lingkup nasonal maupun global. Pemberitaan yang mendis kreditkan umat Islam makin membentuk adanya Islamo– phobia di berbagai belahan dunia termasuk Indonesia.

Wasekjen MUI Ustaz Tengku Zulkarnaen mengatakan, saat ini marak adanya perang pemikiran yang dikenal dengan ghazwul fikr. "Kita lebih mudah menyebut istilah ghazwul fikr dengan cuci otak," ujar dia.

Menurutnya, ghazwul fikr ini telah terjadi di Indonesia sejak zaman penjajahan Belanda. Umat Islam pada masa itu dianggap sebagai orang yang terbelakang, bodoh, primitif. Kemudian, berkembang perang pemikiran ketika terbentuknya Partai Komunis yang dikenal dengan PKI.

Sejak 1963 PKI melakukan ghazwul fikr dengan menyebut siapa pun yang ber agama sedang menghisap candu. Bagi mereka agama merupakan candu, bahkan pemuda PKI, Gerwani, dan Lekra menghina umat beragama dengan berbagai cara.

Setelah PKI berlalu, ghazwul fikr masih berkembang dengan mengerdilkan partai Islam. Pada 1977, PPP kehilangan pamor sebagai satu-satunya partai Islam. "Sehingga banyak umat Islam tidak berani berpartai. Ghazwul fikr yang masuk dalam partai pun berhasil dibentuk," tuturnya.

Di dunia internasional, musuh Islam berhasil menggunakan serangan pemi kiran dengan menganggap Islam sebagai teroris. Islamophobia berkembang pesat di negaranegara Barat terutama minoritas Muslim. Bahkan, menurut Ketua Komisi Fatwa Mathla’ul Anwar ini, di Indonesia ada citra teroris jika melihat seseorang memakai serban dan berjenggot.

Begitu juga dengan partai Islam yang tersandera kasus korupsi. Padahal, Ustaz Zulkarnaen memaparkan, justru partai berasas nasionalis yang lebih banyak tersangkut kasus korupsi. "Tetapi, justru dengan label Islam, partai dengan basis massa Muslim terkena imbas fitnah tersebut," ujar dia. Terbukti ketika pemilu beberapa waktu lalu, perolehan suara partai Islam melorot jauh dari sebelumnya.

Ustaz Zulkarnaen mencermati serangan pemikiran ini juga bergerak me lalui media. Sedikit sekali media yang menyebarkan informasi mengenai Islam secara benar. Kebanyakan dari mereka justru memberitakan Islam secara negatif. "Padahal, banyak hal positif yang dapat dibagi pada masyarakat umum yang dapat ber pengaruh semangat dakwah umat Muslim," ujar dia.

Sebenarnya serangan pemikiran yang terjadi pada tubuh umat Islam salah satu nya karena kelemaham umat Islam sendiri. Misalnya saja pendidikan, kata dia, mayoritas penduduk di Indonesia adalah umat beragama tetapi pelajaran agama diangap tidak penting di sekolah. "Kurikulum pendidikan saja hanya mencantumkan 16 kali pertemuan di kampus dan dua jam pelajaran tiap pekan di sekolah," jelas dia.

Belum lagi pemerintah yang hanya mengucurkan anggaran di Kementerian Agama sebesar Rp 26 triliun, tetapi di Kementerian Pendidikan sebesar 20 persen dari APBN. Padahal, pendidikan agama merupakan sebuah landasan seseorang hidup di dunia.

Menurut Ustaz Zulkarnaen, umat Islam harus sadar mereka telah sukses dicuci otaknya. Mereka tanpa sadar me ne rima begitu saja info tidak benar tentang Islam, lingkungan sekolah, dan kurikulum yang tidak memihak pada agama, termasuk undang-undang yang dibuat wakil rakyat.

Wakil Ketua Lembaga Bahtsul Masail NU KH Arwani Faishal mengatakan, ghazwul fikr merupakan perang pemikiran yang dilakukan non-Muslim pada umat Muslim. Sasarannya adalah mengoreksi berbagai dalil dengan mengada-adakan kesalahan.

"Mereka yang melakukan perang pemikiran sengaja mencari-cari kesalahan atau mengada-ada," ujar dia. Misalnya saja persoalan HAM dengan menyamaratakan hak dan kewajiban antara laki-laki dan perempuan. Padahal, Islam secara tegas telah mengatur hukum hak dan kewajiban mereka dengan seimbang.

Begitu juga dengan pengajuan legalisasi nikah beda agama yang baru-baru ini terjadi. "Ini merupakan bagian tekanan pihak luar agar aturan pernikahan Islam diubah sesuai dengna keinangan mereka," ujar Kiai Arwani.

Padahal, sebenarnya esensi dari penerapan HAM tersebut seharusnya tidak berbenturan dengan HAM yang dimiliki orang lain. Menurutnya, nikah berbeda agama merupakan pelanggaran HAM umat beragama.

Tujuan dari perang pemikiran ini sebenarnya adalah untuk mereduksi syariat Islam. Sehingga, Islam tidak memiliki kekuatan dan dianggap sebagai agama yang biasa-biasa saja.

Biasanya serang pemikiran ini terjadi dalam bidang syariat umat Islam. "Islam merupakan agama yang komprehensif dan menyeluruh tetapi saat ini banyak serangan pemikiran berfokus pada adanya radikalisme dan liberalisme yang terjadi dalam tubuh Islam," ujar dia. Ajaran Islam sendiri gamblang sangat moderat dan jauh dari nilai radikal.

Tentu ini merupakan cara musuh Islam untuk mengalihkan pandangan umat dari hal yang lebih penting, seperti penerapan pendidikan, ekonomi, sosial, budaya, dan politik secara Islam.

Umat Islam harus terus waspada de ngan adanya serangan pemikiran ini. Jangan sampai kita terperangkap dan melemahkan keimanan dan keyakinan terhadap Islam.

Wasekjen MIUMI Ustaz Fahmi Salim me ngatakan ghazwul fikr merupakan invasi pemikiran yang menyerang konsep ajaran Islam. "Musuh Islam menyerang dengan banyak syubhat seperti jihad dengan ISIS dan Alqaidah, sehingga umat Islam meninggalkan konsep jihad yang sebenarnya," ujar dia.

Musuh Islam merekayasa sedemikian rupa sehingga pemikiran Islam yang murni menjadi tersamarkan.

Konsep perkawinan Islam dirusak dengan pengajuan legalisasi nikah be da agama dan nikah sejenis. Banyak per nikahan yang satu agama mengalami perceraian apalagi berbeda. Belum lagi jika sampai terjadi, bagaimana orang tua menerapkan pendidikan agama yang benar bagi anak-anak mereka.

Padahal, mengajarkan tauhid merupakan hal utama bagi seorang anak dalam Islam. Begitu juga dengan kewajiban lainnya bagi seorang wanita kewajiban penggunaan jilbab.

Ustaz Fahmi melihat politik Islam yang adiluhung untuk memperbaiki kondisi masyarakat tak luput dari ghazwul fikr. "Satu saja anggota partai Islam tersandera kasus korupsi seakan-akan Islamnya yang salah," paparnya.

Adanya serangan pemikiran ini, menurut Ustaz Fahmi, disengaja agar umat tersudut dan menjauhi konsep akidah, syariah, dan akhlak. "Pluralisme dijadikan alat bahwa seluruh agama disamaratakan dan agama apa pun dapat menjadikan umatnya masuk surga," ujar dia.

Ustaz Fahmi menyarankan umat Mus lim harus memiliki benteng untuk menghadapi serangan pemikiran ini. "Iman dan Ilmulah yang harus dimiliki umat Islam sebagai benteng," terangnya.  rep:ratna ajeng tejomukti ed: hafidz muftisany

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement