Jumat 12 Sep 2014 12:00 WIB

Lia Nanang, Istiqamah dan Terus Belajar

Red:

Niat yang terus menerus diperbaiki membawa Muslimah berumur 43 tahun ini menemukan jalan hidayah. Ardiany Amelia berkisah, salah satu momen terindah baginya adalah saat memutuskan berjilbab. Wanita yang akrab disapa Lia Nanang ini yakin bahwa menutup aurat wajib hukumnya.

Lia menyebut, apa pun alasan seorang Muslimah pertama kali mengenakan jilbab, baik tren maupun ter paksa, yang terpen ting adalah niatnya. "Teruslah isti qamah dengan selalu belajar, menggali ilmu, dan luruskan niat lillahi ta’ala," paparnya kepada Republika, Selasa (9/9).

Lia bercerita, ia bersyukur bisa mendapat hidayah karena sedari kecil tidak tumbuh di keluarga yang agamais. Dulu, orang tuanya sekadar mengajarkan untuk shalat wajib dan bisa membaca Alquran saja.

Ditambah lagi, selama enam tahun saat SMP dan SMA, Lia masuk ke sekolah Katolik. Kesempatan mendalami Islam jauh berkurang dengan aktivitasnya di sekolah. "Lingkungan memang sangat memengaruhi, tetapi saya tidak lantas ikut ibadah agama lain, saya tetap menjalankan keyakinan agama saya meski tidak seperti sekarang," ujar dia.

Kedua orang tuanya yang berprofesi sebagai dokter dan dosen di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya ini memang sangat memperhatikan kedisip linan anak-anaknya. Alasan disiplinlah yang membuat Lia harus rela dimasukkan ke sekolah Katolik.

Pemahamannya mengenai Islam mulai meningkat sejak menikah. Lia mengaku ber untung memiliki suami yang mengerti agama dan membimbingnya untuk me ne rap kan aturan Islam dalam rumah tangganya.

Wanita penyuka desain grafis ini rela meninggalkan pekerjaannya di salah satu hotel besar di Surabaya dan salah satu media televisi besar di Tanah Air.

Lia memilih untuk menghabiskan waktu dan mendidik anak-anaknya agar lebih bisa mendekat kepada Allah SWT. Sejak hijrah dari Surabaya, Lia tidak memiliki sanak saudara di Jakarta. Dia harus mengurus rumah dan keluarganya sendiri.

Wanita yang gemar menulis buku hari an ini mantap berjilbab selepas diajak suaminya menunaikan ibadah haji.

Sebelumnya, sebagai ibu muda yang ma sih ingin mengikuti tren fashion, Lia agak sungkan mengenakan jilbab, apalagi ketika masih bekerja di perhotelan di Surabaya. Namun, anak sulung dari tiga bersau dara ini menemukan ketenangan saat berhijab selepas pulang dari Tanah Suci.

"Saya diajak suami untuk berhaji, tetapi saya masih takut dengan ilmu agama seadanya dan cerita orang yang menakutkan karena katanya sebagian dosa yang pernah kita lakukan akan dibalas ketika berhaji," ujar dia.

Namun, setelah suami meyakinkannya, Lia pun mantap berhaji. Dengan ritual ibadah yang mengharuskannya terus menutup aurat, timbul pertanyaan kewajiban berhijab setelah berhaji.

"Apakah selama 40 hari setelah berhaji kita wajib berjilbab? Ustaz pun menjawab, sebenarnya tidak harus, tetapi sayang dan sia-sia saja ketika di Tanah Suci beribadah sebaik mungkin setelah tiba di Tanah Air kembali seperti dulu," ujar dia. Ketika itu, Lia belum mengetahui hukum berjilbab, baik dari Alquran maupun hadis. Tetapi, ia berniat tetap memakai jilbab selama 40 hari setelah pulang haji.

Saat sang mama bertanya mengenai lamanya Lia memakai jilbab, dengan spon tan Lia menjawab akan memakai selama nya. "Aneh rasanya kalau menutup aurat saat shalat saja," paparnya.

Pergulatannya dengan jilbab ini pula yang Lia tuangkan bersama dua sahabatnya dalam buku Aku dan Hijab. Buku ini berisi kisah tentang berjilbabnya Lia dan teman-teman di sekitarnya, termasuk beberapa publik fi gur, seperti Dewi Sandra, Yulia Rachman, Cindy Fatikasari, Cici Tegal, Sandrina Malakiano, Risty Tagor, April Jasmine, Berliana Febrianti, Sarah Vi, Peggy Melati Sukma, Rachel Maryam, Astri Ivo, hingga Mediana Hutomo.

Petualangan dakwahnya semakin kental sejak tinggal di daerah Bintaro yang kon dusif dengan kehidupan beragama. Bermula dari berkumpul dengan kelompok arisan, muncul ide untuk membuat kelompok pengajian tahsin bagi Muslimah. Seiring Majelis Taklim Khoirotunnisa yang berkembang, Lia mulai berpikir untuk membuat taklim khusus bagi remaja dan anak-anak.

"Sebelum ide taklim remaja, kami terlebih dahulu mengembangkan Taklim Anakku bagi anak usia TK hingga kelas 6 SD," ujarnya. Taklim Remaja pun diluncurkan pada 20 Januari 2013. Awalnya, pembentukan Taklim Remaja ini tertunda karena kesibukan para pengurus dan juga banyak pengajian remaja masjid yang telah dibentuk di sekitar Bintaro. Namun, banyak orang tua yang mendesak dan menyemangati pengurus agar segera mengadakan taklim untuk para remaja.

"Untuk membedakan antara Taklim Anak ku dan Taklim Remaja maka dibedakan sesuai tingkat sekolah mereka," ujar dia. Selain itu, tujuannya agar materi dapat tersampaikan lebih efektif karena usia yang setara dan membuat mereka nyaman. Ustaz yang dihadirkan pun bervariasi dan materi disesuaikan dengan kebutuhan remaja saat ini. Ustaz yang pernah mengisi materi, di antaranya, Ustaz Riza Muhammad, Ustaz Yuke Sumeru, Ustazah Nani Handayani, dan Ustaz Fatih Karim.

"Kami berencana pada milad kedua Taklim Remaja akan menghadirkan Ustaz Felix Siauw untuk mengisi kajian," ujar wanita asal Jawa Timur ini. Selain ustaz dan ustazah sebagai teman berbagi bagi remaja, pengurus juga menghadirkan tokoh publik yang mengsinspirasi mereka.

Publik fi gur tersebut, di antaranya, Dude Herlino, Dian Pelangi, Chiki Fawzi, Dewi Sandra, dan Teuku Wisnu. Khusus Teuku Wisnu dan Dewi Sandra, mereka telah didaulat sebagai Duta Taklim Remaja bagi remaja putra dan remaja putri. "Kehadiran mereka menjadi fi gur anak muda, sehingga kami berharap mampu menyemangati remaja untuk istiqamah," ujar dia. Meski berada di daerah Bintaro, remaja yang hadir tak hanya berasal dari sana.

Mereka datang dari sekitar Jabodetabek. Karena, info taklim remaja ini sengaja disebar melalui jejaring sosial. Melalui Twitter @TaklimRemaja, info taklim ini berkembang bahkan di luar Jakarta. Banyak ibu-ibu dari Yogyakarta dan Surabaya yang telah membentuk taklim anak dan remaja yang idenya berasal dari Taklim Remaja dan Anakku bentukan Lia.

Lia juga telah membentuk taklim untuk pasutri. Menurutnya, dakwah itu tidak hanya bisa dilakukan oleh istri saja atau suami saja. "Keduanya harus berjalan saling beriringan agar tujuan dakwah tercapai," paparnya. rep:ratna ajeng tejomukti ed: hafidz muftisany

***

Biodata

Nama Lengkap : Ardiany Amelia

Nama Panggilan : Lia Nanang

Nama Suami : Nanang Gani

Umur : 43 tahun

Ayah : Prof DR Dr R Mohammad Yogiantoro

Ibu : Prof DR Dr Diany Yogiantoro Pendidikan:

• S-1 Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga Buku:

• Aku dan Hijab (Bersama Ulia Diwilaga dan Dhenoqie)

Aktivitas:

• Pengurus MT Khoirotunnisa

• Founder Taklim Remaja

• Founder Taklim Anakku

Twitter: @liananang

Instagram: @liayogiantoro

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement