Jumat 04 Jul 2014 12:00 WIB

Sarana Ibadah Tunjang Amaliah

Red:

Semangat beramal meningkat kala Ramadhan datang. Target tilawah, kajian, baca buku, shalat Tarawih, hingga sedekah dipancang agar tercapai.

Kini di era teknologi, banyak fasilitas yang menunjang pencapaian amaliah Ramadhan. Umat pun berduyun menyiapkan sarana dan mencari prasarana yang mendukung kenikmatan beribadah.

Semakin lengkapnya sarana penunjang, ungkap Imam Besar Masjid Istiqlal KH Ali Mustafa Ya'kub, tak boleh lagi ada alasan bermalas-malasan. Ahli hadis Indonesia ini mengatakan, menyiapkan sarana penunjang Ramadhan sangat penting baik keperluan pribadi maupun di masjid-masjid. "Tidak ada batasan minimal maupun maksimal dalam mempersiapkan sarana penunjang, semakin lengkap semakin baik," ujar dia.

Ditambah banyaknya aplikasi ibadah saat ini, seharusnya jadi semangat umat Islam untuk memperdalam ilmu agama dan amaliah. Perlengkapan ibadah tidak harus baru, kecuali jika mengalami kekurangan ataupun sudah tak layak pakai.

Menurut Kiai Mustafa, masjid-masjid juga perlu menyiapkan sarana untuk kenyamanan beribadah. Masjid perlu menambah tenda-tenda agar dapat menampung jamaah lebih banyak baik untuk shalat Tarawih maupun buka bersama.

Kiai Mustafa melihat, masjid-masjid di Indonesia belum banyak yang melayani iftar makanan besar kepada jamaah. Di beberapa negara seperti Masjid di Miami Amerika Serikat, jamaah betul-betul dilayani saat buka bersama. "Dapur masjidnya modern seperti restoran untuk sahur dan berbuka," paparnya. Kiai Mustafa juga mengingatkan, penambahan fasilitas mukena dan sajadah mesti diperhatikan.

Pelayanan jamaah yang beriktikaf di masjid, saran Kiai Mustafa, sebaiknya sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW. "Jangan sampai mereka hanya pindah tidur saja membawa kasur, selimut, bahkan kompor," ujar dia.

Iktikaf seharusnya memperbanyak membaca Alquran, berzikir, dan shalat. Bukan untuk menyamankan diri seperti di rumah, apalagi hingga mengotori masjid. DKM Masjid perlu memberikan pemberitahuan aturan yang jelas mengenai iktikaf sehingga kebersihan masjid tetap terjaga.

Kiai Mustafa menyarankan, masjid yang besar sebaiknya tetap dibuka untuk beribadah selama 24 jam seperti masjid perkantoran. Sedangkan, masjid di mal yang cenderung lebih kecil, jika pun harus ditutup, tidak masalah.

Ketua Bidang Kajian Islam Ikatan Dai Indonesia (Ikadi) Ustaz Samson Rahman mengatakan sarana pendukung ibadah sangat penting terutama dalam situasi Ramadhan saat ini. "Kehausan ibadah bagi jamaah lebih tinggi dibandingkan hari-hari lain," ujar dia.

Namun, memperbarui perlengkapan ibadah hanya ketika Ramadhan tidaklah penting. Jika memang perlengkapan yang lama sudah tidak dapat digunakan, maka bisa diperbarui.

Ustaz Samson mengatakan, yang perlu ditambah adalah kegiatan ibadahnya terutama menghadiri kajian keislaman. Ustaz yang menyampaikan tausiyah pun harus fokus pada semangat untuk memperbayak amaliah saat Ramadhan.

Terkait sarana pendukung teknologi seperti aplikasi dalam telepon pintar, dia mengatakan tidak masalah selama tidak melenakan. Apalagi jika teknologi tersebut ditambahkan di masjid-masjid sehingga jamaah dapat dengan mudah menggunakan teknologi untuk memperdalam ilmu agama.

Khusus sarana pendukung ibadah di masjid, Ustaz Samson menyarankan agar kenyamanan masjid ditingkatkan. "Masjid yang nyaman biasanya paling banyak jamaah yang mendatanginya," ujar dia.

Bagi jamaah yang ingin beriktikaf sebaiknya mencari masjid-masjid yang memang menyediakan fasilitas. Saat beriktikaf pun seharusnya tidak seperti orang berkemah. Cukup membawa pakaian ganti dan perlengkapan ibadah.

Tetapi dalam melaksanakan ibadah sunah jangan sampai mengganggu hal-hal wajib. "Jangan sampai ketika beribadah sunah justru timbul ketidanyamanan di lingkungan," ujar dia. Seperti membaca Alquran tetapi mengganggu waktu kerja, bahkan hingga orang di sekitar menggerutu, itu tidak baik.

Ketua Bidang Bahtsul Masail NU KH Zulfa Mustofa mengatakan, menyiapkan perlengkapan ibadah tidak boleh berlebihan. Sesuatu yang berlebihan tidak bagus. "Masalahnya, ukuran berlebihan siapa yang mengukur. Parameternya memang gampang-gampang susah," paparnya

Tiga hal yang dapat menjadi ukuran dalam menentukan seseorang berlebihan atau tidak. Pertama, niat dalam membeli perlengkapan ibadah, kedua karena mereka mampu membeli, ketiga karena kebutuhan akan perlengkapan ibadah yang baru.

Niat untuk membeli perlengkapan ibadah yang baru memang karena membutuhkan, bukan karena ikut-ikutan tren, apalagi karena iri dengan orang lain. Bagi orang yang tidak mampu, sebaiknya tidak memaksakan membeli. Jika pun harus membeli, sesuaikan dengan kemampuan keuangannya.

Bagi masyarakat yang mampu membeli mukena atau sarung dengan harga yang mahal tidak masalah selagi mereka mampu. "Asal jangan sampai sedekahnya malah sedikit," sarannya.

Sedangkan dalam penggunaan teknologi seperti gadget yang memiliki aplikasi Alquran, hadis, dan e-book, Kiai Zulfa tidak melarangnya. Namun, yang lebih afdhal, ungkapnya, adalah belajar mengaji langsung pada ulama.

Karena selain untuk silaturahim, mengaji pada ulama juga dapat mengklarifikasi jika ada permasalahan. Sedangkan, mengaji melalui teknologi dapat menjadi selingan ketika tidak ada waktu untuk mengaji dengan ulama. rep:ratna ajeng tejomukti ed: hafidz muftisany

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement