Selasa 28 Jun 2016 17:00 WIB

Philips Gulirkan Kampanye Terangi Masa Depan

Red:

Setelah meluncurkan program sosial Kampung Terang Hemat Energi di Sulawesi pada tahun lalu, Philips Lighting kembali menunjukkan kontribusi positifnya kepada masyarakat Indonesia. Perusahaan ini bermitra dengan Unicef untuk menerangi kehidupan anak-anak yang kurang beruntung.

 "Mendominasi pasar pencahayaan, kami ingin memanfaatkan posisi tersebut untuk membantu sesama," ujar Presdir PT Philips Indonesia, Chandra Vaidyanathan.

Kolaborasi dengan Unicef mengukuhkan komitmen Philips Lighting untuk membawa inovasi yang bermakna demi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Program sosial ini dikemas dalam bentuk kampanye #TerangiMasaDepan'. "Philips Lighting akan menawarkan kemasan LED khusus bagi konsumen untuk mendorong mereka hemat energi dan uang dengan membeli bohlam LED," kata Chandra menjelaskan.

Untuk setiap paket LED yang terjual, Philips Lighting akan mendedikasikan Rp 2.000 kepada Unicef. Kampanye #TerangiMasaDepan' ditargetkan dapat mengumpulkan sumbangan satu Rp 1 miliar. "Konsumen berkesempatan berpartisipasi dalam kampanye ini, mulai dari Agustus 2016 hingga Januari 2017," ungkap Chandra seusai penandatanganan nota kesepakatan dengan Unicef, di Jakarta, pekan lalu.

Dia optimistis target donasi Rp 1 miliar bakal tercapai. Akan tetapi, nilai rupiah yang terkumpul bukanlah esensi utama dari penyelenggaraan kampanye ini. "Kami ingin agar konsumen Philips Lighting turut berbagi, menyadari masih banyak anak usia sekolah yang urung melanjutkan pendidikan dasarnya, dan meningkatkan kepeduliannya terhadap anak-anak Indonesia," katanya.

Berdasarkan survei Sosial-Ekonomi Nasional  2014, terungkap masih ada jutaan anak di Pulau Jawa yang tidak bersekolah. Di Indonesia terdapat lebih dari 1,1 juta anak SD dan SMP yang tidak melanjutkan pendidikannya. Salah satu penyebabnya ialah jurang yang lebar antara jumlah SD dan SMP.

Program wajib belajar sembilan tahun sulit tercapai jika tak cukup banyak SMP yang dapat menampung jebolan SD. Selain faktor infrastruktur, keterbatasan ekonomi dan pernikahan dini juga menjadi penjegal utama. "Faktanya, satu dari empat murid SD tidak melanjutkan sekolahnya," ungkap Lauren Rumble, wakil kepala Perwakilan Unicef Indonesia.

Padahal, dengan mengenyam pendidikan, beragam masalah yang membelit masyarakat bisa terurai. Anak-anak yang teredukasi kelak dapat hidup lebih sehat, lebih sejahtera, dan lebih peka terhadap kelestarian lingkungan.

"Dana yang terkumpul kelak akan Unicef manfaatkan untuk membantu pemenuhan kebutuhan pendidikan anak-anak yang kurang mampu di daerah paling terpencil, kurang terlayani, dan paling terisolasi di Jawa dan Sulawesi," kata Lauren.

Mengingat persoalannya bukan ada di level keluarga saja, dana tersebut tak akan dibagikan secara langsung ke orang tua murid. Unicef memilih untuk mendorong terjadinya aksi komunitas. "Kami akan melakukan advokasi agar masyarakat bisa membantu anak-anak yang tidak bersekolah, salah satunya dengan memperkuat gagasan sekolah satu atap yang memudahkan transisi siswa SD ke SMP," kata Suhaeni Kudus selaku education specialis Unicef Indonesia. rep: Reiny Dwinanda, ed: Khoirul Azwar

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement