Senin 21 Nov 2016 16:00 WIB

Santosa, CEO PT Asuransi Astra: Tren Mulai Bergeser ke Syariah

Red:

Industri otomotif merupakan salah satu sektor yang paling terkena dampak perlambatan ekonomi. Melemahnya industri ini juga berimbas pada pertumbuhan asuransi kendaraan bermotor. Akan tetapi, dalam kondisi industri yang terguncang itu, PT Asuransi Astra masih mencatatkan pertumbuhan dengan produknya, Garda Oto.

Semua itu lantaran perusahaan terus berinovasi. Antara lain, dengan mulai melirik target pasar berusia 20 tahunan yang dalam lima hingga 10 tahun akan menjadi konsumen potensial. Hal ini dilakukan, seperti dengan memanfaatkan teknologi yang memang akrab dengan kehidupan generasi saat ini, misalnya dengan Garda Mobile.

Anak perusahaan Grup Astra ini pun telah membuka diri dengan mekanisme syariah. Malah dalam beberapa waktu belakangan, tren yang terjadi mulai mengarah ke mekanisme yang sesuai dengan nilai-nilai Islam. Meskipun begitu, hal ini masih lantaran cost of fund untuk financing syariah yang lebih kompetitif. Belum menyentuh prinsip dari penggunaan mekanisme syariah itu sendiri.

Kepada wartawan Republika, Idealisa Masyrafina, CEO PT Asuransi Astra, Santosa bercerita, apa pun mekanisme pembiayaan yang digunakan, perusahaan tetap berupaya memberika pelayanan yang sama. Jaminan hasil kerja bengkel dan suku cadang pun tidak dibedakan.

Yang membedakan hanya prinsip asuransinya, yaitu konvensional dan syariah. Misal, menyisihkan sebagian dari keuntungan untuk dana tabaru, untuk CSR. Berikut hasil lengkap wawancara dengan Santosa di kantornya di Jakarta, belum lama ini.

Sejak kapan Anda bergabung di Asuransi Astra?

Saya jadi CEO pada 2014, periode saya balik ke sini yang kedua kalinya. Pertama, saya direktur keuangan dan investasi pada 2005-2007. Karier saya sejak selesai se kolah sampai hari ini nggak pernah keluar dari grup Astra. Hanya pindah-pindah. Setelah direktur keuangan Garda Oto, lalu saya dipindah ke Grup Astra jadi direktur keuangan. Kemudian pada 2013, jadi wapresdir di sini, dan 2014 jadi CEO.

Apa tantangan di tengah kondisi ekonomi saat ini?

Saya sudah 27 tahun lebih kerja di sini, pengalaman menunjukkan bisnis tidak ada yang stagnan, bisa naik turun. Jadi siklus bisnis, ya harus dihadapi. Karena kalau melambat, tidak terlalu, relatively ekonomi Indonesia kan masih di atas lima persen.

Tidak banyak negara di dunia yang pertumbuhannya lima persen. Karena mesti dilihat juga antara pertum buhan ekonomi dan inflasi. Karena netnya harus dilihat juga, kalau ekonominya cepat tapi inflasinya tinggi, sebenarnya over all real ekonominya nggak terlalu beda.

Intinya, kalau kita bandingkan dengan 2008, itu pertumbuhan ekonomi cepat dan inflasi ter-manage, netnya lebih tinggi. Tapi ingat itu kan sebenarnya dido rong oleh komoditas. Memang sekarang kan komoditas lagi slowing down, relatively lebih rendah dari dulu. Akan tetapi, secara over all ekonomi Indonesia nggak jelekjelek amat. Dengan inflasi tiga persen, suku bunga juga sudah tidak ada yang double digit.

Bagaimana Anda menyi kapi perlambatan pasar oto motif nasional?

Tahun ini lebih baik dari 2015 yang juga terjadi penu run an. Ta hun ini stabilisasi, nggak terlalu suffering dari tahun lalu di ken daraan bermotor. Tapi tahun ini, sudah nggak turun lagi. Tahun depan mungkin lebih banyak plus, walaupun nggak sampai tumbuh 10 per sen. Kalau hari ini kita lihat, estimasinya sekitar lima persen.

Balik ke Asuransi Astra, Gar da Oto memang significant part, lebih dari 50 persen ada di sana. Seba nyak 10 persen ada di asu ransi kesehatan Garda Me dika, sisanya di komersial.

Ini yang agak berat di ko mer sial. Properti, kargo, perka pal an, engineering, itu agak melemah tahun ini, melemah 10 persen. Garda Oto relatif stabil. Kesehatan kita masih tumbuh di atas 20 persen. Over all kita stabil.

Tahun depan mudah-mudah an untuk kendaraan bermotor masih stabil, kesehatan tahun depan optimistis bisa tumbuh double digit. Tapi di komersial, ini belum terlalu yakin, tapi mudah-mudahan sudah mengalami stabilisasi.

Adakah strategi bisnis khusus dalam menjaga existing customer ataupun mencari pangsa pasar baru, baik yang konvensional maupun syariah?

Saya tidak membedakan apa pun nature-nya. Ter gantung kebutuhan pasar. Komposisi di kendaraan bermotor agak bergeser ke arah syariah. Tapi, ini saya melihat bukan fundamental orang memilih syariah. Seperti di kendaraan roda empat, cost of fund untuk financing di syariah lebih kompetitif. Sehingga otomatis orang beli kendaraan bermotor keuangannya di-support syariah, ya asuransinya harus syariah. Roda dua juga demikian.

Syariah dan konvensional, hanya cara kita menstruktur produk, produknya kan sama. Karena kita bukan perusa ha an pembuat mobil atau makanan, kita perusahaan layan an. Jadi yang paling penting layanannya benar-benar standar yang tinggi.

Kalau Anda beli Garda Oto syariah dan nonsyariah, layanan yang dirasakan sama. Jaminan hasil kerja bengkel dan spare part-nya sama. Yang membedakan satu meng gu na kan prinsip-prinsip asuransi konvensional, yang secara Indonesia dan internasional sudah diakui, yang satunya menggunakan prinsip-prinsip syariah. Termasuk menyisihkan sebagian dari keuntungan untuk dana ter baru, untuk CSR. Ini kan prinsip syariah. Dari core services tidak ada bedanya dan tidak harus di cabang syariah.

Porsinya pendapatan premi asuransi lebih be sar mana dalam dua tahun belakangan ini, kon vensional atau syariah?

Relatif syariah di kendaraan bermotor 10-12 persen dari total, kesehatan syariah 10 persen. Komersial syariah. Komposisi syariah 10 persen dari premi. Tahun ini agak naik pertumbuhan premi ke arah syariah. Karena pem biayaan syariah memberikan cicilan kepada yang meng ambil pembiayaan lebih murah dibandingkan kredit konvensional. Otomatis kalau pembiayaan syariah asuransinya juga syariah.

Dengan portofolio 10 persen saja, secara asuransi syariah yang terbesar saat ini. Dalam setahun ini Rp 400 miliar. Estimasi sekitar segitu.

Apakah yakin target pendapatan premi tahun ini tercapai?

Target keseluruhan Rp 4,5-4,6 triliun. Sejauh ini kita sesuai target karena tahun lalu kita di akhir tahun merasakan stabil. Jadi kita masih on track sampai akhir tahun. Secara yoy hampir sama seperti tahun lalu. Saya melihat ada pertumbuhan di asuransi kredit, tapi kami tidak bermain di asuransi kredit. Di industri komposisinya sepertiga kendaraan bermotor, sepertiga properti, sepertiga sisanya. Kendaraan bermotor dan properti itu sudah 60 persen. Kesehatan 10 persen. Kita strukturnya jadi beda dengan industri karena industri 30 persen kendaraan bermotor, 30 persen hanya di properti, sementara yang lain-lain totalnya sekitar 30 persen juga.

Di kita sebaliknya, kendaraan bermotor saja lebih dari 50 persen. Kesehatannya 10 persen, komer sial (properti, kargo, dll) kom posisinya sedikit diban dingkan industri.

Bagaimana menghadapi persaingan yang ada?

Hingga saat ini, kami masih yang terdepan dalam asuransi kendaraan bermotor. Tapi, tetap perlu antisipasi. Konsumen kita pada lima hingga 10 tahun lagi adalah anak-anak yang sekarang usianya 20-an. Kalau customer sekarang kan yang usianya 30-40 tahun.

Jadi kalau nggak kita antisi pa si sekarang, pada masa depan akan jadi masalah. Maka kita putuskan rebranding, tampak lebih muda, lebih gaul, dengan pemanfaatan teknologi, yaitu dengan Garda Mobile.

Bagaimana perkem bang an Garda Mobile?

Garda Mobile untuk Otocare dan Medcare. Saya berharap ke tika orang melihat perusahaan asu ransi, yang dibayangkan itu untuk konsumen berusia 30 ta hun ke bawah. Kami melihat aplikasi ini memiliki banyak peminat. Sekarang saja pengguna Garda Mobile sudah mencapai 60 ribu pengguna aktif.

Terobosan baru apa lagi yang akan dilakukan oleh Garda Oto untuk menyambut tahun depan?

Berkembang bersama teknologi. Mengembangkan layanan lebih friendly dan lebih sosial. Kami ingin terus mengembangkan layanan secara digital, going mobile, untuk menyasar konsumen muda.

Prediksi tahun depan seperti apa peta asuransi kendaraan?

Untuk kendaraan bermotor sendiri, saya perkirakan tidak tumbuh sampai maksimum lima persen. Kecuali nanti terjadi perubahan kondisi, karena Gaikindo tahun depan memperkirakan penjualan mobil sekitar 1,765 juta unit. Tahun ini satu juta lebih sedikit, jadi pertumbuhan kami, ya prediksinya seperti Gaikindo.

Moto Anda dalam bekerja?

Bekerja sebaik-baiknya dan enjoy. Di mana pun Anda bekerja, apabila Anda enjoy, pekerjaan pun akan maksimal dan menghasilkan. Saya juga menerapkan hal ini pada seluruh karyawan. Saya berusaha menghilangkan kesan perusahaan asuransi yang konservatif dengan moto ini. Kalau semua yang bekerja enjoy, pekerjaan pun akan dijalankan dengan sangat baik. Hal ini yang telah diterapkan di perusahaan ini.     ed: Mansyur Faqih

 

***

Mengandalkan Digitalisasi

Anak muda menjadi target pasar bagi semua perusahaan yang mencoba untuk terus bertahan dan tumbuh di Tanah Air. Berbagai cara pun dilakukan untuk dapat menarik perhatian para generasi baru Indonesia. Yang paling jamak adalah dengan terus mengikuti perkembangan teknologi yang memang berjalan sangat cepat.

Hal itu juga yang diyakini CEO PT Asuransi Astra, Santosa. Menurut dia, kunci bagi perusahaan untuk tetap dapat tumbuh adalah dengan melakukan antisipasi pasar. Yaitu, dengan terus melakukan regenerasi konsumen.

"Konsumen kita, lima hingga 10 tahun lagi adalah anak-anak yang sekarang usianya 20-an. Jadi kita antisipasi dengan rebranding. Tampak lebih muda, lebih gaul, dengan pemanfaatan teknologi, yaitu dengan Garda Mobile," kata Santosa kepada Republika di kantornya di Jakarta, belum lama ini.

Dengan Garda Mobile, ia berharap dapat menjaga proses digitalisasi perusahaan sehingga tidak ketinggalan dari pasar. Malah, ia menilai, bisnis asuransi ke depan akan lebih banyak ditopang oleh digitalisasi. "Kita menjalankan proses digitalisasi mulai tahun ini dan akan terus secara masif dikembangkan karena ke depannya, perusahaan menargetkan customer berusia muda," kata dia.

Berbagai inovasi memang terus dilakukan. Apalagi, tahun ini terjadi pelemahan di sektor bisnis sebagai imbas dari kondisi ekonomi global. Industri otomotif menjadi salah satu sektor yang paling terkena dampaknya. Pelemahan perekonomian menyebabkan pembiayaan sektor ini turun signifikan sehingga berdampak pada industri multifinance serta berimbas pada asuransi kendaraan bermotor.

Kondisi ini dapat terlihat dari data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) yang menyebutkan, hingga kuartal III 2016 penjualan domestik kendaraan sepeda motor mengalami penurunan cukup tajam sebesar 10 persen dari 4,82 juta unit menjadi 4,35 juta unit. Sedangkan penjualan domestik wholesales untuk mobil baru segmen komersial mengalami penurunan hingga 31 persen menjadi 149 ribu unit. Angka ini mencerminkan kondisi bisnis yang kurang kondusif.

Data tersebut juga menunjukkan adanya penurunan pada industri pembiayaan otomotif yang tentunya juga berdampak pada asuransi kendaraan bermotor. Tercatat pertumbuhan premi bruto perseroan mengalami pertumbuhan stagnan, yakni sebesar Rp 4,5 triliun hingga akhir tahun 2016, sama dibandingkan kuartal III 2015. Kendati begitu, Santosa menilai, kondisi industri kendaraan bermotor pada tahun ini masih lebih baik dibandingkan 2015.

"Secara tahunan, premi kita sama seperti tahun lalu. Tahun lalu Rp 4,5 triliun. Sekarang ini asuransi konvensional Rp 4 triliun dan syariah Rp 500 miliar dari target akhir tahun Rp 4,5-4,6 triliun," ujar Santosa.

Menurut Santosa, 2016 merupakan tahun stabilisasi dalam in dus tri kendaraan bermotor, sehingga masih dapat tumbuh dengan angka yang sama dengan tahun lalu. Baru pada tahun depan, ia mem perkirakan, asuransi kendaraan bermotor akan tumbuh se kitar lima persen.

Hal ini tak lepas dari perkiraan Gaikindo yang menilai pada tahun depan, akan terjadi peningkatan penjualan mobil menjadi 1,756 juta unit. Angka ini tumbuh dari penjualan mobil tahun ini dengan realisasi sebanyak 1,05 juta unit, naik lima persen dari tahun lalu yang hanya satu juta unit.     Oleh Idealisa Masyrafina, ed: Mansyur Faqih

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement