Senin 24 Oct 2016 12:00 WIB

BINCANG BISNIS- Arie Christopher ,CEO Ferrari Jakarta: Bisnis Seperti Dunia Balap

Red:

Ekonomi dunia, khu sus nya Indonesia, meng alami perlam batan dalam beberapa tahun belakangan. Otomotif termasuk satu sektor yang merasakan langsung dampak perlambatan ekonomi tersebut. Khususnya, segmen supercar yang memang khusus menawarkan mobil dengan harga fantastis.

Ferrari ikut merasakan dam pak dari perlambatan tersebut. Di sela-sela peluncuran Ferrari 488 Spider di Indonesia, CEO Ferrari Jakarta Arie Christopher membeberkan kondisi bisnis supercar saat ini. Arie juga berbagi kiat un tuk tetap bisa bertahan mengelola bisnis dalam situasi perlambatan ekonomi.

Ia bercerita tentang populasi mobil kuda jingkrak yang terus bertambah, meskipun tak banyak terlihat lalu lalang di jalanan. Me nurut dia, jika dibandingkan me rek supercar lain, Ferrari memiliki kekuatan berupa brand yang su dah kuat. Bahkan, ia mengklaim Ferrari sebagai merek terkuat di dunia dalam tiga tahun berturutturut. Kekuatan lain yang menjadi daya tarik Ferrari, yaitu pengem bang annya yang jelas. Seluruh tipe Ferrari disesuaikan dengan karak ter konsumen. Tipe A untuk ka rakter konsumen A, begitu juga dengan tipe B dan C.

Arie juga tak takut kalau Fer rari akan kalah bersaing dengan merek lain. Malah, menurut dia, semakin banyak kompetitor justru semakin baik. Karena jika tidak ada kompetisi, justru akan mem buat terlena dan tidak bisa mem perbaiki diri. Berikut hasil wawan cara wartawan RepublikaAhmad Fikri Noor dengan Arie di Jakarta, belum lama ini. Kita memang harus mengerem. Dalam kondisi itu, kita memang pelan, tapi tidak selamanya pelan.

Menurut Anda, bagaimana kon disi penjualan supercar saat ini?

Saya kira memang dalam tiga tahun terakhir ini semua sektor mengalami per lambatan. Begitu juga, dengan su percar. Tapi, untuk Ferrari kami tetap optimistis. Ferrari adalah brand yang sangat kuat. Kami yakin perlambatan ini hanya sementara dan pasti akan me nanjak lagi.

Kami sadar perlambatan ekonomi ada lah hal yang harus dihadapi. Kami meng antisipasi kondisi ini dengan me nawarkan beberapa nilai lebih, dengan memberikan program-program yang ha nya bisa diikuti pemilik Ferrari. Misal nya, kami memberikan driving course yang hanya bisa diikuti pemilik Ferrari. Lalu, ada juga tur langsung ke pabrik Fer rari di Maranello, Italia. Ada juga be be rapa program yang berkaitan langsung dengan dunia balap. Nah, programprogram itu hanya bisa diikuti pemilik Ferrari. Kami rasa hal itu cukup ampuh untuk mendapatkan loyalitas konsumen, terutama pada masa-masa sulit.

Bagaimana Ferrari mengha dapi kompetitor lain di Indonesia?

Saya merasa semakin banyak kom petitor justru semakin baik. Hal itu sa ngat manusiawi. Kalau tidak punya kompetitor, kita akan terlena dan tidak bisa memperbaiki diri. Kita tidak me miliki benchmark kesuksesan karena hanya sendiri. Kita juga tidak tahu, apakah sudah memuaskan konsumen dengan baik atau belum. Contohnya, dalam balap mobil For mula 1 tentu diperlukan kompetisi. Kalau satu tim terlalu superior, pasti tim itu akan terlena. Kalau ada pesaing, tim pasti akan terus berinovasi. Kompetitor itu baik asalkan persaingannya sehat.

Kompetisi memang baik, tapi bagaimana agar tetap bisa menjadi yang terbaik di bisnis ini?

Brand Ferari sangat kuat. Bahkan, Ferrari adalah merek terkuat di dunia dalam tiga tahun berturut-turut. Merek lain yang juga akrab di masyarakat masih kalah dibandingkan Ferrari. Itulah modal penting kami. Selain itu, pengembangan semua tipe Ferrari jelas. Seluruh tipe Ferrari dise suaikan dengan karakter konsumen. Tipe A untuk karakter konsumen A, begitu juga dengan tipe B dan C. Kami tidak pernah menyebut ada Ferrari untuk level pemula atau level menengah. Tidak ada filosofi seperti itu di Ferrari. Walaupun dalam persoalan harga, ada Ferrari yang lebih mahal dan lebih murah. Kami tidak bilang Ferrari yang lebih murah itu untuk entry level. Ferrari yang lebih murah belum tentu teknologinya lebih rendah dari tingkat yang lebih tinggi. Semua itu bergantung dari tingkat kebutuhan pengemudi dan pemilik.

Apa keluhan yang sering disam paikan konsumen selama ini?

Mungkin keluhan harganya mahal. Ini karena skema pajak di Indonesia yang membuat mobil mewah menjadi mahal. Akan tetapi, keluhan lain tak pernah ada. Ketahanan mobil semua teruji dan tidak pernah ada penyakit bawaan.

Lalu, bagaimana cara Ferrari meminimalisasi keluhan konsu men?

Kami memiliki filosofi, konsumen sebagai keluarga. Kalau kami memper lakukan konsumen selayaknya konsu men akan terlihat jelas ada kepentingan. Kami lebih memilih untuk menganggap konsumen seperti keluarga. Jadi, kami layani konsumen selayaknya keluarga. Ada ketulusan dari hati, tidak sematamata jual beli. Kalau kami bekerja dari hati konsumen juga akan puas.

Bagaimana Ferrari mengha dapi pasar yang lesu saat ini?

Sebagai pengusaha tentu kami harus terus optimistis. Bisnis tidak harus selalu berada di atas. Tentu ada gelombang dan mungkin saat ini kami sedang mengha dapi ombak. Akan tetapi, kami tetap optimistis ombak itu akan mereda. Kami terus mempersiapkan diri apa yang harus dilakukan ketika ombak reda.

Kondisi ini seperti di dunia balap. Da lam balapan, seorang pembalap akan me lepas gas ketika menghadapi ti kung an. Tidak mungkin ketika tikungan pem ba lap memacu mobil dengan kecepatan pe nuh. Tentu, mobil itu akan menabrak. Kita memang harus mengerem. Dalam kondisi itu, kita memang pelan, tapi tidak selama nya pelan. Kita harus persiapkan diri. Keti ka lepas dari tikungan, langsung tancap gas.

Saya menyukai dunia balap meski bukan pembalap. Saya tertarik karena banyak filosofi yang bisa saya ambil un tuk urusan sehari-hari. Dalam balap itu, ada banyak situasi yang tidak terduga. Strategi balap menjadi penting. Misal nya, menghemat bahan bakar, penggu naan ban, dan lain-lain.

Balap mengajarkan seseorang untuk bisa membawa mobil dalam kondisi apa pun. Begitu juga, dengan bisnis. Kondisi bisnis aman, sempurna, lurus, dan tidak ada halangan itu tidak pernah terjadi.

Apa prediksi tantangan ke de pan dan bagaimana mengatasinya?

Saya pikir akan ada banyak tantang an. Tantangan yang paling utama pasti datang dari kompetitor. Teknologi saat ini sudah maju dan kita tidak bisa bilang ini brand paling powerful. Khusus di Indonesia, konsumen untuk segmen supercar tidak terlalu besar. Meski begitu, ada banyak merek yang bersaing. Kompetisi pun semakin ketat. Ini tentu tantangan tersendiri. Meski begitu, saya tetap punya optimisme. Ferrari punya konsumen yang loyal.

Saya juga yakin konsumen supercar akan terus tumbuh dan berkembang, se iring dengan perkembangan ekonomi sua tu negara. Semakin baik pertum buhan eko nomi otomatis konsumen akan ber tam bah. Saya pikir, nantinya, konsumen tidak hanya berada di Jakarta. Konsumen akan menyebar hingga dae rah lain yang juga potensial.    ed: Mansyur Faqih

***

Penggila Mobil Sejak Kecil

CEO Ferrari Jakarta, Arie Christopher ada lah orang yang sudah jatuh cinta dengan mobil, bahkan sejak belum bisa membaca. Arie mengisahkan, ketika kecil ia sudah tertarik mengamati bentuk berbagai mobil.

"Kata orang tua, saya sudah tertarik dengan mobil dari kecil. Saya umur lima tahun sudah bisa membedakan mobil," kata Arie di Jakarta, belum lama ini.

Ia mengaku punya kegemaran mengamati mobil-mobil di parkiran. Ia pun mencoba meng hapal dan mengenali berbagai me rek mobil. Pada usia tujuh tahun, Arie me ngum pulkan uang untuk membeli majalah mobil sendiri. "Kalau anak kecil lain meminta hadiah robot, saya minta majalah mobil," ujarnya. Arie juga senang dengan mainan mobil.

Namun, mobil-mobilan itu tidak akan dia mainkan, tetapi ia koleksi. "Koleksi mobilmobilan saya sampai hari ini hampir empat ribu buah. Saya punya ruangan khusus untuk koleksi mobil-mobilan," katanya. Sebelum berkarier di dunia otomotif, Arie sempat bekerja di bidang finansial. Lulus dari kuliah keuangan, orang tua Arie pun mendo rong nya untuk bekerja di sektor perbankan. Arie sempat bekerja di perusahaan finansial selama enam bulan sebelum memutuskan untuk keluar.

Ia merasa tidak cocok dengan pekerjaan itu. "Di keluarga saya memang tidak ada yang suka mobil. Tapi, saya tetap ingin kerja di bisnis otomotif," ujar Arie. Arie lantas berburu pekerjaan kembali. Pada 1995, akhirnya Arie mendapat peluang bekerja di bidang yang ia impikan. Arie diterima bekerja di Indomobil. Ia menjabat sebagai sales admin dan bertugas membuat faktur serta memasukkan data penjualan mobil.

Kariernya terus meningkat. Pada 1997, ia kemudian menjadi penanggung jawab mobil bekas Volvo. Ketika itu, ia mengaku bisa me ngembangkan hobi mobil. "Saya bisa beli mobil bekas, direkondisi, lalu dijual kembali dan saya ambil margin dari penjualan itu," ujarnya. Pada 2000, Arie melihat iklan lowongan kerja di Ferrari terpampang di koran. Arie mengaku, hal itu sangat ia idamkan. "Saya memang hobi mobil, tapi Ferrari itu favorit saya," ujar Arie.

Menurut Arie, Ferrari adalah mobil yang sengaja diciptakan untuk balapan. Sementara merek mobil lain menciptakan mobil untuk dijual. Filosofi tersebut membuat Arie jatuh hati pada Ferrari.

Ia kemudian melamar pekerjaan itu dan diterima sebagai sales supervisor Ferrari. Kariernya terus meningkat hingga kemudian dipercaya menjadi CEO Ferrari Jakarta. Kerja dengan hati, menurut Arie, adalah kunci penting dalam bekerja. Ia mengaku selalu mengajak timnya untuk turut bekerja seperti itu. "Saya berpikir kalau saya kerja dengan hati, semua tantangan bisa saya lewati. Kesuksesan akan datang. Jika bekerja tidak dengan hati, ketika kesulitan datang kita akan mudah menyerah," ujarnya.   rep: Ahmad Fikri Noor, ed: Mansyur Faqih

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement