Senin 19 Sep 2016 15:00 WIB

BINCANG BISNIS- Ongki Kurniawan, Managing Director Line Indonesia: Curi Hati Orang Indonesia

Red:

Saat ini ada sejumlah aplikasi pesan yang tersedia di dalam telepon pintar bagi para pengguna, dengan kelebihannya masing-masing. Salah satu aplikasi yang turut berkembang secara global, yakni Line.

Pada tahun ini, Line secara perdana menunjuk Ongki Kurniawan sebagai managing director pertamanya di Tanah Air. Pada awal bulan ini, ia pun baru berkenalan dengan sejumlah awak media untuk membawa misi terbaru Line, yaitu closing the distance, khususnya di Indonesia.

Ongki bercerita banyak mengenai Line yang telah digunakan di lebih dari 230 negara. Salah satu negara yang turut mengalami perkembangan pesat dari penggunaan Line adalah Indonesia. Dari 2014 hingga 2016, penggunanya melonjak tajam dengan peningkatan sebesar 200 persen.

Bagi Line, Indonesia menjadi salah satu pasar potensial yang nantinya akan terus berkembang. Meskipun saat ini, Ongki mengatakan, belum ada kontribusi pendapatan yang maksimal. Akan tetapi, dengan pertumbuhan pengguna yang semakin meningkat, ia optimistis Line akan semakin maju di Indonesia.

Menurut Ongki, Line bukan hanya aplikasi pengiriman pesan dan panggilan. Dalam industri aplikasi pesan saat ini yang begitu kompetitif, Line menawarkan banyak kele bihan bagi para penggunanya. Seperti, layanan Line Official Account, Business Connect, Line Shopping, Line@, Creators Market, Webtoon, Games, dan Line Today.

Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai perkembang an Line Indonesia, berikut penjelasan lengkap Ongki Kur niawan kepada wartawan Republika Rossi Handayani di Jakarta, belum lama ini.

Bagaimana perkembangan Line di Indonesia hingga sejauh ini?

Line diluncurkan pada 2011, jadi hampir lima tahun. Cerita nya juga unik, waktu itu peluncurannya di Jepang. Ketika itu di Jepang ada gempa yang diikuti tsunami. Waktu itu di Jepang masih bergantung komunikasi lewat telepon, itu semua panik.

Entah mengapa internet masih jalan, jadi Line gerak cepat dan ternyata membantu sekali, komunikasi tetap terjaga. Jadi dengan adanya internet, orang bisa mengirim pesan.

Hal itu diadopsi sehingga berkembang seperti sekarang, lahirlah Line pada 2011 dan terus berkembang. Lalu, masuk ke Indonesia pada 2013, jadi mungkin masih dibilang usaha rin tisan (start up) juga kali ya, karena baru lima tahun. Tapi, karena kita baru IPO (initial public offering), sudah tidak bisa dibilang rintisan juga. Selama 2013 di Indonesia, kita sudah berkembang juga.

Awal tahun ini, Line mengeluarkan satu misi yang baru, yaitu closing the distance. Sebenarnya, ini wajar, sebuah perusahaan komunikasi memiliki layanan pesan dan panggilan. Akan tetapi, closing the distance di sini bukan hanya mendekatkan jarak melalui komunikasi, melainkan juga jarak bagi peluang yang lain.

Peluangnya mulai dari mereka sebagai konsumen. Contohnya, di Line itu, sudah ada layanan penyedia informasi yang bernama Line Today. Pengguna Line bisa mendapatkan informasi yang sudah diliterasi dengan baik, jadi konsumen lebih dekat jaraknya ke informasi.

Bagaimana tren pertumbuhan pengguna Line saat ini?

Secara global, pengguna aktif sudah 220 juta per Juni 2016. Kemudian, Line ada di 230 negara dengan 19 bahasa. Sejak dua tahun terakhir di Indonesia, pengguna naik 200 persen, penggunanya sudah lebih dari 90 juta.

Di Indonesia, sekitar 80 persennya pengguna aktif. Secara demografi lebih banyak wanita daripada pria, 55 persen wanita dan 45 persennya pria. Kalau dilihat dari umur sebagian besar di bawah 32 tahun. Di bawah 17 tahun ada 18 persen, 18-22 tahun sebanyak 41 persen, dan 23-32 tahun ada 21 persen. Ini demografi yang sangat diminati pengiklan dan mereka melihat untuk influence dari sisi iklan.

Line ingin mendekatkan jarak dengan Indonesia dengan men jadi smart portal. Apa upaya yang dilakukan?

Indonesia dilihat sebagai pasar yang sangat penting, makanya Line memiliki target menjadi smart portal nomor satu. Kita punya tiga strategi utama. Line dikenal sebagai communication app, kalau kita bicara smart portal tentunya, teknologi terdepan, yaitu aplikasi yang akan digunakan masyarakat Indonesia sehari-hari.

Jadi, inilah aplikasi yang akan digunakan. Untuk men capai smart portal kita mau menjadi dominan. Kita mau jadi komunikasi platform dominan buat messaging, call, dan lainnya, kita juga mau jadi trusted partner dari segmen tersebut.

Terakhir, yang paling penting dari Line, kita mau terus locally relevant. Contohnya, kita buat AADC, yang engagement dengan film populer di Indonesia. Makanya, sampai keluar Find Alumni. Jadi kebutuhan orang Indonesia, mereka senang bertemu dengan alumni, halalbihalal.

Sebagai nilai tambah, orang yang sudah pakai Line untuk komunikasi, pastinya juga mencari konten-konten untuk digital. Kita banyak untuk itu, mulai dari Line Today, Games. Creator market pengguna Line juga bisa buat striker sendiri, jual ke user lain, jadi ada konsumen ada pro dusen. Kemudian, ada Line Webtoon, digital komik terbesar.

Apa saja tantangan yang dihadapi Line di Indo nesia? Bagaimana solusinya?

Tantangan buat pasar Indonesia, yaitu membuka mata pengguna Indonesia mengenai digital. Bahwa dengan ini kita bisa melakukan banyak hal. Balik lagi ketersediaan infrastruktur jaringan telekomunikasi yang tidak bisa lepas dari pegelaran 4G di suatu tempat. Kedua juga device, makin murah 3G dan 4G makin banyak juga pengguna dari aplikasi seperti Line, jadi mulai dari infrastrukturnya.

Tantangan berikutnya, messaging industry itu sangat kompetitif. Ada BBM, WhatsApp, Bee Talk, Instagram, difrensiasi dari Line, yang saya sampaikan kita locally relevant. Kita punya tim paling besar untuk messaging lokal. Saya di sini lokal sebagai managing director, ingin menunjukkan bahwa Line itu localized untuk approcah di Indonesia.

Kita coba higher celebrities Indonesia, kata-kata yang nyambung di Indonesia, kita partisipasi di AADC, hari pertama sekolah, untuk bisa menunjukkan biar very local. Kita juga kasih kesempatan orang Indonesia untuk maju, jadi kita tidak membatasi ini cuma untuk komunikasi, kita sediakan konten. Lalu, kesempatan untuk jadi UKM ber kembang, kita harapkan dengan semua perbedaan, kita ibaratkan bisa mencuri hati orang Indonesia, untuk bisa lebih tumbuh lagi.

Apa yang dilihat Line terkait messaging aplikasi pada masa mendatang?

Messaging itu tak hanya terbatas untuk komunikasi, tapi juga bisa menjadi cara untuk membantu perusahaan berinteraksi lebih bagus dengan user. Contohnya, bisa jadi sarana untuk layanan konsumen, jadi bisa chatting dengan customer service.

Atau order Gojek semua lewat chatting. Kalau saya lihat, evolusinya bukan hanya antara saya dan Anda. Akan tetapi, berkembang lagi, yaitu saya dengan perusahaan, atau blogger, atau dengan mesin, why not?

Berapa banyak partner Line untuk official account dan shopping official acount? Bagaimana perkembangan sejauh ini?

Produk layanan official account Line ditujukan bagi pemilik bisnis atau merek, pemerintah, ataupun perorangan yang menginginkan akun publik khusus untuk kepentingan bisnis dan promosi. Kegunaan dari Line Official Account, selain mengirimkan berita terbaru langsung kepada para followers dari akun tersebut, juga dapat memberikan promosi, kupon, pesan interaktif, survei sederhana, bahkan memberikan trailer film.

Dengan Official Account, Line berkomitmen untuk mem bantu para pengguna untuk menjadi lebih dekat, tidak hanya dengan pengguna lain, tetapi juga dengan idolanya, institusi pendidikan, institusi perbankan, merek, perusa ha an, dan pemerintah. Di Indonesia, Official Account digu na kan oleh merek atau produk, bank, sekolah, selebritas, perusahaan, pemerintahan, dan toko. Beberapa merek yang menggunakan layanan Line Official Account, seperti Coca- Cola, Starbucks, Indomaret, Alfamart, Uniqlo, dan Air Asia.

Untuk Alfamart, kita punya lebih dari delapan juta subscriber dan Starbucks lebih dari empat juta. Beberapa figur publik dan selebritas yang memiliki Official Account, yaitu Mario Teguh, Raditya Dika, Iwan Fals, Laudya Cynthia Bella, Bunga Citra Lestari, dan Isyana Sarasvati.

Untuk Line Shopping, saat ini merupakan komunitas belanja terbesar dan memiliki 5,6 juta subscriber yang didominasi oleh pengguna perempuan dengan persentase 83 persen. Pengguna Line Shopping paling banyak berada di kawasan Jabodetabek sebesar 43 persen dan berusia di atas 20 tahun sebanyak 58 persen. Beberapa merchant Line Shopping di Indonesia, seperti Elevenia, VIP Plaza, Qoo10, Blibli.com, Lotteria, Hijabenka, Luxola, Tiket.com, Mataha ri mall, dan Lazada.

Bisa diceritakan bagaimana hasil IPO ke marin?

Juli kemarin, kita sudah IPO, pastinya saat ini kita menjadi the biggest digital 2016. Pada hari per tama, langsung naik 30 persen, karena me mang Line aplikasi messaging pertama yang go public. Jadi selama ini belum ada aplikasi messaging yang go public. Kalau mereka mau beli saham Line, mereka tanya mengenai Line ke depan, potensial pasarnya.

Saat ini kami yang paling potensial di In donesia karena memang di sini, pasarnya besar sekali untuk perubahan digital. Apalagi, pene trasi smartphone masih rendah sementara po pulasinya besar, jadi ada potensi. Line meng anggap Indonesia sebagai the most important market.

Jadi menjual sebagian saham, kemarin 1,2 miliar dolar AS, kalau dihitung Rp 15 triliun. Banyak perta nyaan, duitnya buat apa? Uang ini akan digunakan untuk kelanjutan membesarkan Line. Kesempatan Line paling besar, dalam hal ini ialah Indonesia.

Berapa pendapatan Line untuk di Indo nesia?

Indonesia sekarang masih dalam tahap lebih mendapatkan user base dulu, belum fokus ke revenue. Jadi, kalau ditanya berapa revenue-nya, kami masih kecil. Tapi, kalau ditanya jumlah user, kita top four di global.

Untuk messanger susah menghitung market share di Indonesia, karena user memakai messanger bisa tiga atau empat. Tidak ada yang pakai satu saja. Biasanya break day, use multiple messenger. Tapi, kalau bicara penetration user Line, di smartphone sudah di atas 70 persen. Target Line dalam jangka panjang? Kita optimistis, mau jadi smart portal nomor satu dalam tiga tahun nanti. ¦ ed: mansyur faqih

***

Keluarga dan Pekerjaan tak Mungkin Dibagi

Ongki Kurniawan baru saja ditunjuk sebagai managing director Line Indonesia pada bulan keenam tahun ini. Ia berpengalaman dalam beberapa bidang, baik perbankan maupun telekomunikasi. Namun, dengan kesibukannya yang padat, Ongki merasa tak sulit untuk membagi waktu bersama dengan keluarga.

Sarjana teknik dari Institut Teknologi Bandung (ITB) ini mengungkapkan, keluarga dan pekerjaan adalah dua hal yang bukan harus dibagi waktunya. Akan tetapi, dapat dilakukan secara bersamaan.

"Aku rasa gak bisa bagi waktu, karena kita harus buat keluarga dan kerja berjalan bareng. Melibatkan kegiatan dengan kerja dan sebagainya, kalau dibagi-bagi, itu gak mungkin. Usahakan memang akhir pekan untuk keluarga," ujar Ongki di Jakarta, belum lama ini.

Ia bersama dengan keluarga juga sering menghabiskan waktu dalam beberapa pekan untuk pergi ke tempat-tempat, yang dapat menambah wawasan kedua anaknya yang masih bersekolah. Biasanya, Ongki memilih untuk membawa kendaraan sendiri, daripada mengikuti rombongan tur ke tempat wisata.

Untuk pekerjaan, Ongki memulai karier di Citibank dengan posisi terakhir sebagai assistant vice president. Selanjutnya, ia bekerja sebagai principal untuk The Boston Consulting Group (BCG), dengan pengalaman memimpin sejumlah proyek konsultasi strategis di bidang telekomunikasi dan perbankan di sejumlah negara Asia dan Eropa.

Perjalanan kariernya di salah satu perusahaan telekomunikasi terbesar di Indonesia, PT XL Axiata, dimulai sebagai SVP corporate strategy dan business development pada 2009. Ia lalu berkarier sebagai SVP service management sebelum diangkat menjadi direksi/chief service management officer pada 2011. Posisi terakhirnya di XL adalah direksi/chief digital services officer. Ia juga merupakan board member untuk Adknowledge Asia Pasifik dan Elevenia.

Sedangkan di Line Indonesia, Ongki bertugas untuk menjalankan misi perusahaan, yaitu 'closing the distance' bagi masyarakat di Tanah Air. Secara nyata ini akan diwujudkan dalam bentuk komitmen untuk menghubungkan pengguna Line dengan informasi yang relevan, layanan yang berkualitas, peluang untuk maju, serta akses ke perusahaan dan merek online serta offline, kapan saja dan di mana saja.

Di bawah pimpinan Ongki, tim Indonesia juga akan terus memberikan kesempatan kepada masyarakat di Tanah Air untuk berkreasi melalui platform Line. Ongki sendiri menyelesaikan pendidikan sebagai Sarjana Teknik dari ITB pada 1995, meraih gelar Master of Business Administration (MBA) dari Haas School of Business, University of California di Berkeley pada 2003.

Ia juga telah menyelesaikan seluruh level (1- 3) Chartered Financial Analyst (CFA), yaitu program dari CFA Institute (1999-2001). Ongki pun telah mengikuti sejumlah program eksekutif yang diselenggarakan oleh Harvard Business School dan INSEAD.     ed: Mansyur Faqih

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement