Senin 20 Jun 2016 14:00 WIB

BINCANG BISNIS- Kariyanto Hardjosoemarto, Deputy Director Sales Operation Mercedes Benz Passenger Cars: Perkuat Pasar Anak Muda

Red:

Nama Mercedes Benz sudah sangat populer di kalangan pencinta kendaraan premium di Indonesia. Ini tidak terlepas dari komitmen raksasa otomotif Jerman tersebut yang telah membuka pabrik di Tanah Air sejak 1970.

Tanpa terasa, tahun depan usia pabrik Mercedes Benz sudah menginjak angka 47 tahun. Sebuah perjalanan panjang yang membutuhkan komitmen kuat untuk terus tumbuh dan hadir di jajaran atas pasar kelas premium.

Pekan lalu, Deputy Director Sales Operation Mercedes Benz Passenger Cars, Kariyanto Hardjosoemarto, meluangkan waktunya untuk berbincang dengan wartawan Harian Republika Dian Fath Risalah. Ia bercerita tentang sepak terjang pabrikan berlogo bintang tersebut di Tanah Air.

Termasuk, aktivitas kegiatan untuk memperkuat pangsa pasar ke kalangan anak muda. Ini juga yang mendorong perusahaan berencana memperkenalkan enam produk baru pada tahun ini. Tiga produk sudah mengaspal, yaitu GLC, V-Class, dan GLE. Tiga lainnya direncanakan akan meluncur dalam waktu dekat.

Setidaknya, akan ada satu atau dua produk yang diluncurkan pada Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS). Meskipun untuk jenis modelnya, ia masih enggan memberikan bocoran. Berikut petikan wawancaranya. 

Bagaimana melihat pasar premium di Indonesia?

Saya tetap optimistis bahwa premium market di Indonesia akan mengalami peningkatan pada tahun ini. Memang jika melihat data Gaikindo (Gabungan Kendaraan Bermotor Indonesia) sampai Mei ini, premium market menunjukkan penurunan tipis sebesar 0,7 persen dibandingkan tahun lalu.

Akan tetapi, penurunan ini sebenarnya hanya terjadi pada Mei 2016, karena sampai dengan April lalu, market yang premium secara total masih mengalami peningkatan sebesar 14,7 persen dibandingkan tahun lalu.

Pada Mei tahun lalu, kami meluncurkan produk baru yang volumenya mendongkrak pasar premium secara keseluruhan. Selaku market leader, kontribusi kami memang memengaruhi naik turunnya premium market secara keseluruhan. Oleh karena itu, dengan deretan produk baru yang akan kami luncurkan, kami optimistis sampai dengan akhir tahun ini premium market masih akan mengalami peningkatan dibandingkan tahun lalu.

Apa yang dilakukan Mercedes Benz untuk mempertahankan market leader di sektor premium?

Pasti dengan melakukan berbagai cara dari semua sisi. Mulai dari produk, kami meluncurkan produk baru dengan segmen yang kami perluas. Dari produk yang sudah ada pun, kami selalu melakukan penyegaran. Lalu, dari sisi fasilitas penunjang, seperti diler, kualitas diler, sales, selalu kami improve.

Kami juga selalu berusaha mengikuti dan menyesuaikan diri sesuai perkembangan zaman. Seperti sekarang, kami menyiapkan e-commerce atau media sosial yang merupakan salah satu market yang digandrungi.

Selain itu, kami juga terus memberikan pelayanan terbaik setiap menghadapi konsumen. Apalagi, demand konsumen premium selalu tinggi. Karena pastinya mereka sudah ada perbandingan ke luar negeri dan pasti ingin mendapatkan produk terbaik.

Dari merek, berbagai aktivitas kegiatan juga terus kami lakukan untuk memperkuat pangsa pasar kami ke kalangan anak muda. Dengan begitu, mereka yang belum beli mobil kami, akan melirik, dan tertarik untuk memiliki mobil Mercedes Benz.

Bagaimana dengan peluang pertumbuhan kelas menengah di Indonesia pada mobil premium?

Untuk 50 juta masyarakat menengah baru yang muncul di Indonesia, harus dilihat lagi mana yang benar-benar ada di kelas atas. Namun, Mercedes sudah memiliki line-up kendaraan untuk kaum muda dan masyarakat menengah, seperti GLA Class, S Class, C Class, dan CLA Class yang rata kisaran harganya Rp 500 juta-Rp 800 juta dibanding dengan mobil premium Mercedes lain yang lebih mahal.

Bagaimana persentase pembeli Mercedes? Pembeli loyal atau pembeli pertama?

Saya kira keduanya, karena kita memiliki konsumen yang sangat loyal di E Class atau S Class. Sedangkan untuk produk-produk baru juga mendapat respons positif dari konsumen. Kita memang membuka segmen pembeli baru tersebut dengan produk-produk terbaru kita. Misalnya, untuk segmen orang kaya di usia muda, seperti pengusaha baru, kita juga memberi produk yang cocok.

Tapi secara umum, penjualan kami mungkin masih didominasi oleh pembeli loyal. Kebanyakan adalah mereka yang dalam satu keluarga sudah menggunakan Mercedes Benz, itu yang dominan. Tapi, kalau hanya mengandalkan market loyal, ibarat kue, besarnya hanya segitu. Sedangkan kami ingin memperluas pasar yang ada.

Salah satu cara yang kami jalankan adalah dengan melakukan weekend test drive. Jadi mereka bisa merasakan walaupun belum bisa membeli, yang penting mereka mengenal produk kami. Untuk pameran kami juga merambah ke universitas-universitas.

Padahal, dulu konsumen harus menunggu hingga usia tua untuk dapat membeli mobil Mercedes. Tapi, dengan line-up yang kita tawarkan saat ini, mereka tidak perlu menunggu hingga benar-benar mapan secara finansial. Kalau bicara soal strategi harga, dari kami ingin memberi harga yang paling atraktif.

Seperti filosofi Mercedes, kami tidak hanya untuk meningkatkan volume penjualan dengan harga yang atraktif, tetapi sebenarnya nilai apa yang didapat konsumen dengan harga tersebut, itu yang paling penting. Kalau dilihat dari produk Mercedes Benz, banyak terdapat fitur yang belum dimiliki oleh mobil pabrikan lain.

Misalnya, parking assistant untuk memarkir mobil tanpa harus memegang roda kemudi. Lalu dari sisi safety, comfort, desain. Dan itu belum semua teknologi diadopsi di mobil Mercedes untuk Indonesia. Misalnya, teknologi frekuensi distronik, teknologi pengereman pada kendaraan di jarak tertentu untuk menghindari tabrakan. Fitur ini belum dapat diadopsi untuk Mercedes di Indonesia karena kendala regulasi pemerintah.

Apa produk Mercedes yang paling laris di Indonesia?

Saya pikir mobil mana yang berkontribusi paling besar untuk Mercedes Benz selalu berubah. Karena terkait juga dengan masa umur kendaraan pada kurun waktu tertentu. Misalnya sekarang, C Class baru bisa membawa kontribusi yang besar dibandingkan yang lain pada kurun waktu tertentu, mungkin untuk saat ini hingga enam bulan ke depan.

Tapi, secara keseluruhan C Class dan E Class cukup memberi kontribusi dan di SUV ada ML Class dan GL Class. Tapi, saya tidak bisa bilang C Class selalu menjadi yang utama.

Bagaimana dengan kualitas bahan bakar di Indonesia terhadap kelas mobil premium?

Kualitas bahan bakar, kami sudah sesuaikan dengan kualitas bahan bakar di Indonesia. Kalau yang gunakan solar dan diesel, itu sekarang ada Pertadex, tapi kalau bensin itu pilihannya sudah banyak. Kami tidak melakukan modifikasi khusus dan tetap menggunakan standar global, tapi tetap mengikuti kualifikasi bahan bakar di sini. Produk yang kami bawa ke Indonesia pun memang yang aman dan tidak membawa kerusakan mesin karena bahan bakar.

Menurut Anda, bagaimana tanggapan masyarakat Indonesia dalam menyikapi teknologi modern dan ramah lingkungan?

Memang ada beberapa faktor yang memengaruhi teknologi modern dan ramah lingkungan di Indonesia. Terkait regulasi, akan bagus jika kita menilik bagaimana regulasi otomotif di Asia, misalnya Cina atau Thailand. Sebab, regulasi ini adalah faktor yang sangat penting, misalnya soal kualitas bahan bakar.

Di Indonesia, kualitas bahan bakar masih di level Euro 4, sedangkan industri otomotif sudah pada level Euro 6. Artinya, akan butuh waktu lama untuk membawa teknologi terdepan Mercedes Benz ke Indonesia. Kita dan pabrikan Eropa sudah mengatakan kepada pemerintah bahwa sangat penting untuk menggunakan teknologi ramah lingkungan, dan Euro 2 adalah bahan bakar yang tidak ramah lingkungan.

Jika kita berkaca dari sudut pandang konsumen, semua orang menginginkan teknologi ramah lingkungan, seperti hybrid. Namun, kembali lagi pemerintah menjadi kunci untuk menentukan dengan regulasinya. Jika ingin memajukan mobil berteknologi tinggi, harus ada peran pemerintah untuk mengaturnya, misalnya, dengan pemberian insentif dalam pengembangannya.

Tapi, berbeda dengan mobil listrik yang lebih kompleks karena harus membangun infrastrukturnya juga. Ini membuat konsumen harus mengurungkan niat membeli mobil berteknologi tinggi seperti listrik karena di sini belum memiliki infrastruktur memadai. Berbeda dengan di Thailand yang sudah memiliki pusat pengisian daya listrik sampai ke perumahan-perumahan.

Berapa persen kandungan lokal untuk produk Mercedes di Indonesia?

Kandungan lokal kami penuhi dan bertahap terus ditingkatkan. Apalagi, pemerintah memberikan intensif bila kita menggunakan kandungan lokal. Saat ini ada enam yang dirakit di Indonesia.

Berbicara mengenai lokal konten juga berbicara mengenai pemasok yang berstandar Mercedes global. Kami ingin bukan hanya meningkatkan volume, melainkan yang terpenting adalah kualitas. Itu satu hal yang tidak bisa dikompromikan untuk produk Mercedes di Jerman.

Bukankah spare part Mercedes Benz terjangkau harganya?

Karena mungkin dari sisi volumenya. Kami market leader, jadi secara unit pasti lebih banyak. Kalau produksi unit lebih banyak, bisa jadi lebih kompetitif. Spare part kami memang berusaha biar bisa dijangkau.

Apa rencana jangka panjang dan pendek Mercedes Benz?

Sekarang years of SUV. Namun, bukan berarti kami melupakan sedan, melainkan potensinya jauh lebih pesat. Makanya kami mencoba memanfaatkan peluang itu. Kalau bisa ke depannya bisa menguasai semua segmen.

Untuk jangka panjang lebih ke kualitas servis dan man power. Kalau produk kan langsung dari Jerman. Strategi kami supaya bisa mengumpulkan tren di Indonesia, seperti apa yang diingini konsumen.

Rencananya, kami juga akan meluncurkan enam produk baru (tahun ini). Kemarin kan kita sudah meluncurkan tiga produk, yaitu GLC, V-Class, dan GLE. Berarti masih ada tiga lagi. Kami juga memanfaatkan ajang Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) untuk meluncurkan produk barunya. Setidaknya, akan ada satu atau dua produk yang diluncurkan pada ajang tahunan tersebut. Tapi modelnya apa, kami belum bisa kasih tahu. Yang pasti akan ada lebih dari satu model di GIIAS.

Untuk targetnya?

Target kami, ya terus menjadi market leader. Pastinya, kami ingin berjualan sebanyak mungkin, mempertahankan Mercedes Benz untuk tetap di nomor satu. Kami ingin terus meningkatkan kapasitas investasi yang benar-benar menggenjot diler untuk menjadi nomor satu. Di Indonesia sudah beberapa tahun terakhir, kalau di Malaysia kan baru.

Pameran juga memberi pengaruh, market kita tahu, paling setahun ada dua pameran besar. Banyak konsumen menunggu promo. Karena karakter premium bukan menjadi mobil pertama, bisa jadi mobil kedua atau ketiga dalam rumah, karena dalam satu rumah terdiri atas beberapa orang anggota keluarga.

Bagaimana harapan perusahaan ke depan?

Harapan secara umum, semoga tren positif terus stabil agar tak perlu ada gejolak besar. Saat ini pemerintah juga sudah mempermudah dalam setiap penjualan, seperti pemberkasan dari manual ke online. Ke depannya, semoga tren positif ini tetap stabil dan menjadi lebih baik lagi.    ed: Mansyur Faqih

***

Hobi 'Pindah' Rumah

Berasal dari Telaga Sarangan, sebuah desa kecil yang terletak di Magetan, Jawa Timur, Kariyanto Hardjosoemarto mampu menaklukkan kerasnya Ibu Kota. Lebih dari 16 tahun berkecimpung di dunia otomotif, membuatnya dipercaya sebagai deputy director sales operation Mercedes Benz Indonesia.

Sebelumnya, ia memulai karier di PT Toyota Astra Motor kemudian ke PT General Motors Indonesia, PT Ford Motor Indonesia, dan ikut merintis PT Piaggio di Indonesia.

Meski bergelut di dunia otomotif, Kerry sapaan akrab Kariyanto, memiliki ketertarikan sendiri dengan arsitektur rumah. Hobi mengutak-atik desain ruangan membuatnya menjalankan bisnis dadakan di bidang properti.

"Saya senang renovasi, dari awal 2004 saya sudah sembilan kali pindah rumah. Jadi awalnya beli rumah terus renovasi, lalu ada yang bilang suka dengan rumah saya, yaudah saya jual. Padahal awalnya tidak pernah ada rencana jual, keterusan sampai sekarang," tuturnya kepada Republika di kantornya di tengah Jakarta, akhir pekan lalu.

Menurut dia, renovasi rumah sama halnya dalam pertarungan di dunia otomotif. Desain kendaraan menjadi hal yang penting, sama halnya dengan merancang sebuah hunian. Lulusan SMA Taruna Nusantara Magelang itu mengungkapkan banyak ide baru yang menyenangkan saat merenovasi rumah.

"Biasanya dari majalah inspirasinya, lalu saya desain sendiri, baru deh ke toko bangunan untuk milih keramik dan bahan lainnya, dan saya bisa dibilang betah banget kalau di toko bangunan," ujarnya sambil tertawa.

Selain hobi renovasi rumah, anak kedua dari tiga bersaudara ini juga memiliki kecintaan terhadap batik. Kecintaannya tersebut membuatnya terus menambah koleksi batiknya sejak 10 tahun lalu.

Saat ini, Kerry sudah memiliki 25 koleksi kain batik. Kecintaannya tidak hanya berhenti sebagai kolektor, tetapi juga mengenakan baju berbahan batik di setiap kesempatan. Selain karena nyaman, kain tradisional Indonesia itu membuatnya merasa lebih mudah dikenal dan diingat para mitra.

Ia menuturkan, kain batik klasik gaya Yogyakarta dan Surakarta merupakan favoritnya. Alasannya, batik klasik, khususnya gaya Yogyakarta dan Surakarta, mencerminkan keagungan sebuah karya seni. Hal ini terlihat dari motif dan perpaduan warna hitam dan cokelat yang memberikan kesan elegan dan tidak lekang oleh zaman.

Pria kelahiran 19 Juli 1977 ini menjelaskan, batik memiliki korelasi dengan otomotif. Batik klasik memiliki analogi sama dengan mobil premium yang diproduksi tidak secara massal.

Berbeda dengan batik kontemporer yang mudah dijumpai karena nyaris sama dengan batik lainnya. "Sama dengan mobil yang diproduksi massal. Dalam batik, otentisitasnya sulit untuk ditiru. Kalau kontemporer banyak," kata dia.   rep: Dian Fath risalah, ed: Mansyur Faqih

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement