Senin 13 Jun 2016 16:00 WIB

BINCANG BISNIS- Michael Wanandi, Presiden Direktur PT Combiphar: Fokus Ke Produk Preventif

Red:

Pada 2015, PT Combiphar menjadi salah satu perusahaan farmasi yang menorehkan kinerja cukup gemilang. Perusahaan yang didi rikan sejak 1971 itu kini ber transformasi menjadi perusahaan consumer healthcare modern, yang memproduksi dan memasarkan ham pir 200 obat resep dan obatobatan bebas berkualitas, tetapi ter jangkau.

Sebut saja obat batuk sirup, gel pereda nyeri sendi, produk pembersih kewanitaan berbahan dasar teh hijau, dan suplemen untuk melin dungi fungsi hati. Dengan fasilitas produksi ber tek nologi mutakhir serta prosedur operasi berstandar modern, pabrik Combiphar yang berlokasi di Pada larang, Jawa Barat, berhasil memperoleh sertifikasi interna sional ISO 14001:2004 untuk pengelolaan ling kungan serta Therapeutic Goods Administration (TGA), yang menjadi kan produkproduk tertentu dari Combiphar dapat diekspor ke Australia.

Selain itu, Combiphar juga me miliki fasilitas penelitian dan pengembangan sendiri yang ber fokus pada optimalisasi kualitas obat resep agar dapat me menuhi stan dar Bio-Availability dan Bio Equivalence serta Nanto technology.

Combiphar telah meraih peng hargaan Super Brand 2015 pada kategori "Consumer Health care Product and Service", untuk obat batuk dan obat tetes mata. Combi phar saat ini menempati posisi dua besar perusahaan far masi se bagai "In donesia's Most Repu table Health care Brands 2015" dalam hal equity dan cus tomer loyalty.

Kepada wartawan Republika Dian Fath Risalah, Presiden Direktur PT Combiphar Michael Wanandi menjelaskan kesiapan perusahaan untuk menghadapi tantangan dunia usaha dan MEA pada 2016. Misalnya, dengan terus menginspirasi masyarakat Indo nesia menjalani hidup lebih sehat, bermakna, dan bahagia. Berikut beberapa penggalan wawancara dengan Michael.

Bagaimana menurut Anda per kembangan industri farmasi saat ini? Mengingat perekonomi an makro Indonesia sedang me nurun dan daya beli masyarakat kelas menengah juga menurun?

Kalau dilihat dari sisi ekonominya, pertumbuhan perekenomian di Indo nesia pada 2015 memang sedang me nurun dibandingkan tahun sebelum nya. Industri obat pun ikut mengalami penu runan. Tapi kalau lihat lebih detail, pe nurunan terjadi karena dam pak prog ram pemerintah sejak 2012, yaitu BPJS.

Hal tersebut karena BPJS menjadi kan harga obat menjadi relatif lebih mu rah, tapi volume permintaannya meningkat. Selain itu, faktor terbesar industri farmasi adalah nilai tukar atau exchange rate. Sebab, bahan baku dari produk farmasi memang masih banyak diimpor. Melemahnya rupiah sangat berdampak pada produksi kami.

Kemudian, consumer buying po wer Indonesia yang melemah seiring dengan melemahnya ekonomi Indo nesia. Un tungnya, masyarakat Indo nesia terbantu dengan adanya BPJS, yang membantu masyarakat dalam mendapatkan akses untuk membeli produk farmasi. Tapi dari segi industri, memang menjadi tan tangan karena biasanya untuk produk farmasi BPJS, bisa melalui tender dan pemenangnya hanya ada satu.

Dengan keadaan seperti itu, apakah Anda tetap optimistis pa da 2016?

Kalau untuk proyeksi 2016, saya optimistis. Karena meskipun ada be berapa faktor, seperti nilai rupiah yang memang masih agak kurang stabil dan pemerintah masih mengalami defisit penerimaan pajak, kalau mau meng genjot infrastruktur belum ada, justru menjadi tantangan tersendiri bagi kami. Bahkan, saat ini kami sedang mempersiapkan investasi pabrik baru untuk 2018. Tujuannya adalah mela kukan ekspansi produk dan penam bahan produk baru.

Apa saja strategi Combiphar saat ini?

Dari segi strategi, kalau misalnya exchange rate masih belum bisa di kompromi, ya mau tidak mau kami harus menaikkan harga. Tapi, kami selama ini sudah berusaha semaksimal mungkin untuk tidak menaikkan har ga. Kami lebih kepada efisiensi dari in ternal yang akan berpengaruh pada cost produksi.

Pada 2015, Combiphar sendiri memang sudah bertransformasi. Kami sudah mulai mengubah dan berinovasi dari obat generik menjadi consumer healthcare. Jadi memang kami mulai mengubah portofolio.

Dari sisi itu, kami punya growth lumayan bagus pada 2015, sekitar 15 persen, sehingga cukup promising. Apalagi GDP per kapita kita masih rendah dibandingkan negara lain. Jadi, saya rasa strategi ini masih cukup bagus. Kondisinya juga akan kurang lebih sama dengan 2016.

Selain itu, dengan berubahnya konsep kami, dari kuratif ke preventif, juga memberikan perubahan pada pro duk yang kami keluarkan. Dari sektor ini, pertumbuhan kami diharapkan le bih baik. Kalau dilihat dari pertum buh an BPJS pada 2014, pertumbuhan kami masih di atas pasar, karena stra tegi kami mengarah ke konsumen health care, jadi lebih menjaga konsu men.

Apa saja produk Combiphar yang menjadi unggulan? Berapa komposisi setiap produk untuk pendapatan perusahaan?

Perlu diketahui di bidang kese hat an, regulasi sangat ketat. Mengeluar kan produk baru tidak seperti izin makan dan minum. Saat ini kami mencoba terus mengenalkan beberapa produk nutrisi baru, salah satunya untuk pen cegahan penyakit diabetes. Ini karena masyarakat kita sangat suka gula. Kemudian, ada pula ekstrak cran berry yang bisa mengobati anyenganyengan yang sering sekali dialami oleh para wanita. Sementara untuk produk unggulan obat, kami masih mengunggulkan OBH Combi dan Insto, yang sudah punya pasar sendiri. Kami hanya mengurangi produksi produk obat generik.

Bagaimana komitmen perusa haan untuk membantu masya rakat? Apa saja program yang dijalankan dan bagaimana pelak sanaannya?

Komitmen kami sangat besar. De ngan perubahan konsep dari kuratif ke preventif, yang membedakan kami de ngan pelaku industri farmasi lainnya, karena kami juga selalu memberikan pemahaman edukasi terkait kesehatan kepada konsumen. Kami juga melaku kan banyak kampanye ke pasien dan dokter.

Bahkan, beberapa program CSR kami menyasar remaja SMA, yaitu dengan mengampanyekan hidup sehat. Ini dilakukan karena kami berharap pada usia produktif mereka harus menjadi lebih sehat. Kami pun selalu mengadakan event yang memang berkomitmen seperti itu.

Bagaimana Anda memandang program jaminan kesehatan yang dijalankan pemerintah? Apakah Combiphar menjalin kerja sama terkait program tersebut?

Kami belum ada kerja sama dengan pemerintah, tetapi kami bekerja sama dengan beberapa yayasan. Termasuk kerja sama dengan beberapa artis, se perti Yovie and the group untuk me ngampanyekan kepada generasi muda hidup sehat melalui musik.

Mereka memberikan edukasi ke teman-teman, terutama pelajar SMA atau SMP, dan bagi saya kampanye itu pun membantu pemerintah. Karena dengan bisa mengajak seribu orang untuk hidup sehat, sangatlah berpe ngaruh. Setiap tahunnya pun gaung kampanye hidup sehat yang kami ja lankan semakin besar. Mudah-mudah an ini sejalan dengan program peme rintah, sehingga pemerintah juga terus mendukung dan tidak antipati ter hadap kami.

Bagaimana Anda melihat ke sadaran masyarakat Indonesia saat ini terkait kesehatan?

Kesadaran masyarakat untuk hidup sehat makin meningkat. Naiknya pen dapatan menjadikan masyarakat sema kin peduli dengan kesehatan. Bahkan, pencarian sebagian besar orang Indo nesia di mesin pencari Google pada 2014, 60 persen itu tentang kesehatan. Saya rasa tren ini semakin berkem bang. Maka itu, kami fasilitasi karena tidak semua informasi di Google benar semua. Combiphar pun menyediakan pusat informasi yang lebih kredibel. Kami mendukung bagaimana bisa membantu pemerintah membangun generasi lebih sehat. Generasi muda harus lebih sehat.

Kira-kira tantangan apa yang akan dihadapi tahun depan?

Tantangan pertama, faktor internal, yaitu soal stabilitas rupiah. Kami me mang lebih ingin stabil karena ber pengaruh terhadap bisnis. Kurs Rp 13 ribu per dolar AS cukup ideal me mang. Tapi, kami harus tetap antisipasi karena memang ada kabar bahwa AS akan menaikkan suku bunga pada 2016. Negara di sekitar Indonesia juga mulai melemah mata uangnya.

Faktor kedua, soal BPJS yang pu nya pengaruh besar. Saat ini swasta juga harus ikut BPJS. Yang menjadi tantangan adalah bagaimana kami bisa jadi low cost producer, karena BPJS hanya melihat dan memberikan tender pada perusahaan yang harganya paling murah. Belum melihat dari kualitas dan suplai. Ini juga menjadi tantangan kami pada saat membuat planning.

Berbeda dengan planning untuk membuat pabrik. Kalau planning tender dan tendernya cuma setahun, rasanya situasinya agak tidak pasti. Jadi kalau investasi hanya ke BPJS, agak penuh risiko. Maka dari itu, kami larinya lebih ke consumer health. Jadi, mereka sendiri yang menentukan pro duk apa yang kira-kira mereka butuh kan. Kalau hal-hal lain, bisnis selalu punya challenge.

Menghadapi tantangan terse but, langkah apa yang akan dila kukan Combiphar?

Kami akan melakukan lebih banyak kegiatan edukasi. Karena selama ini, Combiphar sudah dapat dikatakan cukup sukses melakukan edukasi. Ini cukup efektif karena animo masyarakat Indonesia untuk ingin tahu mengenai kesehatan cukup besar.

Kami selalu berusaha untuk men jadi sumber yang tepat dalam mela kukan hal tersebut. Kami juga bekerja sama dengan dokter dan beberapa ahli untuk melakukan hal ini. Ini akan menambah kredibilitas dari edukasi yang kami lakukan. Ini juga sangat dihargai dan mendapat apresiasi dari para dokter dan pasien.

Selain itu, mereka juga lebih me nge nalkan produk-produknya. Jadi ini inisiatif yang akan digalakkan. Langkah kedua adalah dengan terus meluncur kan produk-produk baru yang lebih preventif. Jadi lebih pribadi, seperti suplemen, prebiotik, dan nutrisi, ka rena kebutuhan seperti itu yang saat ini dibutuhkan masyarakat.

Kalau menurut Anda, saat ini siapa yang menjadi saingan Com biphar?

Mungkin bergantung kacamata dilihat dari mana. Kalau farmasi, pemain seperti Kalbe atau Tempo itu saingan kita. Saat ini juga banyak yang di program kesehatan, seperti Nutri Food, mereka punya kesamaan target konsumen.

Cuma nilai tambah kita memberi kan edukasi dengan kampanye agar mereka sadar hidup sehat. Jadi kalau dibilang kompetitor, enggak ada bagi saya. Saat ini strategi kita beda sendiri. Yang terpenting adalah semakin banyak orang yang hidup sehat.

Dari Combiphar sendiri, apa yang akan dilakukan dalam meng hadapi MEA?

Kalau untuk MEA, kami merasa strategi Combiphar untuk terus mem buat brand dan mempertahankan Com biphar memiliki pasar yang ter besar di Indonesia. Karena memang Indonesia ini pasarnya lebih menarik dibandingkan pasar lain.

Singapura saja pasarnya cuma enam juta jiwa. Jadi strateginya, ya defend saja terus. Dengan membuat dan memperkuat brand selama dua hingga tiga tahun ini, saya berharap brand kami di ASEAN bisa cukup baik. Supaya tidak hanya mereka yang lihat Indonesia bagus, tapi kita juga bisa masuk ke pasar mereka.

Saat ini kami sudah melakukan akuisisi terhadap salah satu pabrik dan brand di kawasan Asia tenggara. Cu kup besar tentunya. Mudah-mudahan itu akan membuka pasar Combiphar di kawasan Asia.   ed: Mansyur Faqih

***

Tanamkan Budaya Hormat Orang Tua

Di tengah kesibukannya menjadi Presiden Direktur PT Combiphar, Michael Wanandi selalu meluang kan waktu pada akhir pekan bersama keluarga. Bapak tiga anak itu pun selalu berupaya menanamkan budaya hormat kepada orang tua sejak usia dini. "Saya selalu mengajak ketiga anak saya untuk mengenal orang tua saya, meluangkan waktu dengan jalan-jalan bersama keluarga besar," tutur Michael kepada Republika di Jakarta, belum lama ini.

Menurut Michael, menghormati orang tua adalah kewajiban seorang anak. Ia pun tak ingin bila hal terse but luput di ketiga putranya. Apalagi, baginya peran orang tua merupakan salah satu penyebab kesuk sesannya saat ini. Ia pun menuturkan, salah satu contoh pelajaran yang didapatkan dari ayahnya tercinta, Biantoro Wanandi, yang sangat menekankan nilai-nilai nasionalisme pada anakanaknya. "Ayah saya itu nationalistic person. Dia selalu memikirkan orang lain daripada dirinya sendiri. Itulah yang saya terima dari ayah," ujar Michael.

Ia pun selalu berusaha menemani ketiga putranya berolahraga pada akhir pekan. "Kebetulan anak saya aktif berolahraga, terutama basket. Setahun sekali saya juga selalu meluangkan waktu mengajak mereka untuk bermain ski," kata lulusan Boston University tersebut. Gaya kepemimpinan transformatif kental terlihat pada sosok Michael. Setelah menduduki posisi puncak di Combiphar, Michael merintis sebuah transformasi besar di tubuh organisasi dengan visi Combiphar 2020 dan mengeksekusinya.

Melalui visi tersebut, Michael ingin membawa Combiphar untuk fokus dari bisnis obat generik ke consumer health, antara lain dengan membudayakan hidup sehat dan mencegah sakit, bukan mengobati sakit. Perubahan fokus ini mengubah secara mendasar arah bisnis Combiphar. Tak hanya itu, Michael juga memperkenalkan budaya baru ala generasi kedua yang lebih egaliter, terbuka, dan bernuansa kemitraan.    rep: Dian Fath risalah, ed: Mansyur Faqih

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement