Senin 28 Mar 2016 17:15 WIB

Richard Kartawijaya, CEO PT LINK NET: Tak Tiba-Tiba Meledak

Red:

Foto: Republika/Darmawan  

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Persaingan bisnis internet dan televisi kabel semakin melebar di Tanah Air. Melihat potensi itu, penyedia layanan internet pita lebar (high-speed broadband) dan televisi berbayar, Link Net First Media, terus berupaya memainkan peran terbaiknya.

CEO PT Link Net First Media, Richard Kartawijaya, mengakui, saat ini semakin bemunculan para pesaing baru di industri dunia TV kabel dan internet. Beragam strategi pun disiapkan untuk terus melaju cepat di Indonesia sesuai dengan layanan yang dimilikinya.

Situasi industri yang memiliki tingkat persaingan tinggi memang menguntungkan masyarakat karena menyediakan beragam pilihan. Namun, menurut dia, Link Net First Media dapat memberikan layanan yang konsisten bagi para pelanggannya.

Malah, kata dia, tak jarang di antara para pesaing justru bertumbangan. Di sisi lain, Link Net First Media masih tumbuh sehat dan semakin membaik. Tidak hanya layanan yang digunakan oleh setiap rumah, tetapi kepercayaan pelanggan di perusahaan besar juga sudah banyak yang telah diraih.

Berikut kutipan wawancara wartawan Republika Rossi Handayani dengan Richard belum lama ini terkait persaingan bisnis TV kabel dan layanan internet.

Bagaimana persaingan bisnis TV kabel di era in ternet seperti saat ini?

Di era internet TV kabel, pemainnya jadi banyak tiba-tiba. Kalau pemain jadi banyak, pasti persaingannya lebih seru dan yang diuntungkan mestinya si pemakai. Customer jadi banyak pilihan. Tapi jangan lupa bahwa begitu pemain banyak, market-nya tiba-tiba jadi besar. Kalau dulu, orang untuk ber langganan TV kabel itu susah karena mau mencari juga susah. Sekarang tiba-tiba jadi banyak, tiba-tiba market membesar. Pemain pun banyak yang mencoba mengomunikasikan, 'Ini ada tersedia TV kabel'. Maka itu ada iklan lebih banyak, ada isi konten dari berbagai macam. Saya rasa sangat bagus, jadi secara menyeluruh, bisnisnya itu bertumbuh dengan sangat sehat.

Dengan munculnya banyak pesaing, bagaimana dengan strategi Link Net?

Kalau Link Net sebetulnya sangat simpel, kita tidak tibatiba meledak. Kita tidak tiba-tiba ada sesuatu yang berbeda. Kita punya konsistensi yang sangat bagus. Kan Link Net First Media dikenal dengan stabil dan kualitasnya tinggi, serta kita menyajikan produk dengan kualitas yang sangat baik, sehingga orang lain tuh tak gampang menyamakan. Nah ini yang coba kita lakukan terus.

Saya rasa sekarang sudah mulai berbuah kok. Kalau kita bertemu teman-teman tuh, pertanyaan kita selalu, 'Pakai First Media gak?' Masih tuh 80-90 persen pelanggan kita. Jadi saat ada meeting, ternyata pelanggan, seringnya seperti itu. Bia sanya juga yang mau complain pada saat itu, tapi yang memuji juga banyak. Rasanya persaingan makin ketat makin ramai, tapi rasanya kita punya posisi tidak berubah terlalu jauh.

Apa yang paling diungguli dari Link Net First Media?

Kita ada TV, internet. Produk yang paling utama adalah in ternet. Tapi, TV kalau menurut saya tak ada yang menya makan.

Saat ini banyak orang yang menonton dari inter net, bagaimana menyiasatinya?

Kita senang, malah kita dorong. Kalau nonton lewat internet, kita punya bandwith kan laku.

Ada berapa banyak pelanggan perusahaan? Bera pa target pelanggan ke depan?

Total subscriber mendekati satu juta, sudah mendekati. Target kami sebanyak mungkin, sekarang kita punya market masih di Jabodetabek. Sekarang akan masuk Karawang, kita akan masuk Serang, Cibitung. Pokoknya daerah Jakarta itu melebar, sekian banyak kota.

Kemudian di Surabaya, kita akan masuk ke Malang, Gresik, pelebaran Bandung ke Jatinangor ke Cimahi, kabelnya sudah sampai di situ. Surabaya juga lebar, Bandung lebar, kita punya Bali, tapi Bali masih fokus di perusahaannya, bukan di rumah. Jadi pelanggannya, kalau kita bisa melewati satu juta itu sudah bagus.

Bagaimana dengan adanya 4G, apa dampak bagi Link Net?

Teknologi 4G kan masih mahal yah, lebih boros. Jadi ka lau orang mau nonton Netflix, Youtube, pakai 4G, yang ba nyak malah jadi merasakan mahalnya. Nah, itu balik ke kita.

Sudah ada pelanggan yang beralih?

Banyak, karena kalau kita lihat, misalnya, saya ambil contoh, kita punya pelanggan, dia punya langganan jumlah kapasitas tidak terbatas. Cuma yang dibatasi speed, sementara dia punya kapasitas mau seberapa besar itu tak apa-apa.

Nah kalau kita bayangkan, kalau mau pakai seluler, dapatnya 1G atau 2G untuk download. Begitu satu film HD, sudah satu giga lebih akan habis. Dua kali saja habis sudah. Kalau kita punya, ini bisa download 20 film, 30 film, ya tak apa-apa. Cuma memang tetap saja kita bilang tak akan efektif. Banyak orang yang senang sekali download begitu banyak, tapi kenyataannya tak ditonton.

Bagaimana dengan bisnis internetnya? Berapa target perusahaan ke depan?

Kita melihat bahwa pemerintah secara jelas menunjang dunia punya target. Kita ingin mencapai target, semua orang di Indonesia ini akan punya koneksi atau mendapatkan pelayanan internet sampai dengan seluruh desa. Tapi, itu kan masih lama, yaitu 2025. Sekarang kita di Jakarta, Jabodetabek dulu aja deh, yang orang sangat membutuhkan. Jadi tidak sekadar perlu ada, tapi benar-benar membutuhkan, setiap saat dia butuh. Nah ini yang kita targetkan dulu, yang kita mau coba masuk, sampai orang sudah ke tingkat membutuhkan internet. Karena itu, kita akan mencoba memberikan layanan yang paling utama, yaitu kestabilan, kita bisa diandalkan, kualitas yang baik.

Bagaimana persaingan dengan operator lain?

Bagi saya biasa, bersaing tidak ada masalah.

Adakah upaya nanti menjangkau desa?

Kita belum sampai ke sana. Jadi paling hanya desa yang dekat-dekat saja, desa daerah Depok, Bogor, Tangerang. Itu kita masuk, tapi kalau yang jauh-jauh, Jawa Tengah, misal nya, itu belum.

Berapa investasi yang dibutuhkan untuk TV kabel dan internet?

Untuk investasi, kita tidak bergerak terlalu jauh. Kita investasi sekitar Rp 1 triliun. Tahun lalu kita keluarkan sekitar Rp 1,2 triliun. Tahun ini juga, kira-kira, kalau menurut saya tidak jauh dari Rp 1 triliun.

Hasil dari dana investasi tersebut?

Tahun lalu, kita growing lumayan cukup besar di atas rata-rata, belum bisa saya sebut kan. Tapi, di Q3 itu kita melihat punya grow sekitar 20 persen. Perkiraan kita projection di akhir tahun kita akan grow di atas 20 persen, itu perkiraan kita.

Jadi buat kami di Link Net, masih sangat sehat, masih sangat baik. Memang mungkin banyak sekali pemain internet dan kabel TV lain yang sudah mulai nyungsep, kita tidak. Kita masih sangat stabil dan growing dengan baik. Tapi, memang jelas kita akan memper ha tikan keadaan eko nomi, jadi kita akan melihat. Syukur setiap tahunnya ada kenaik an, nanti terus mau naik lagi.

Biasanya, setiap tahunnya ada be ra pa pelanggan baru? Jumlah pelanggan, kita akan bertambah terus, tapi penambahan dipengaruhi banyak faktor, masih belum tahu. Kita sekarang ham pir satu juta, per tahun bertambah bera pa persen, saya lupa. Kita lebih fokus di jum lah revenue.

Seberapa besar jaringan internet yang dimiliki Link Net?

Jumlah kabel pasang lebih dari 18 ribu kilometer, jadi itu fiber. Luar biasa, pelanggan paling banyak sendiri di Jakarta. Untuk keamanan pelanggan, kita coba masuk di beberapa hal yang kita anggap penting, meng hilangkan virus, malware, dan lainnya, itu kita concern.

Berapa biaya yang dikeluarkan pelanggan setiap bulannya?

Biaya bervariasi, bergantung apa yang dibutuhkan. Dari kisaran Rp 100 ribuan sampai dengan puluhan juta rupiah, sa ngat bervariasi, fleksibel. Tapi, fokus kita adalah memberi kan layanan yang bisa diandalkan, terutama untuk per usahaan. Salah satu yang pakai kita adalah Bursa Efek Indonesia. Dia andalkan kita punya fiber, dia tak bisa menggunakan network dari orang lain. Dia hanya mengandalkan dari Link Net sebagai yang utama. Untuk perusahaan, kita sendiri punya pelanggan sekitar dua ribuan.

Apakah nanti akan mengembangkan ke luar Pulau Jawa, seperti Sumatra?

Kita belum masuk Sumatra, di sana dikuasai oleh banyak kompetitor lain. Sebenarnya tidak berat, tapi kita melihat, dengan kabel itu berbeda sekali, bukan seperti seluler yang ketika memasang satu maka ke mana-mana sampai. Kita mesti satu-satu rumah, betul-betul kabel itu sampai, itu yang membuat kita tak gampang, tapi nanti sih iya.  ed: Mansyur Faqih

***

Upayakan Internet Positif

Chief Executive Officer PT Link Net First Media, Richard Kartawijaya, mengungkapkan selama terjun ke dalam bisnis layanan internet dan TV kabel, terus mengupayakan kegiatan positif bagi para pelanggannya. Misalnya, membudidayakan penggunaan internet positif dengan memblokir konten pornografi.

"Salah satu tantangan itu bagaimana memastikan internet bisa dipakai untuk kegiatan yang positif, misalnya salah satu yang menjadi concern adalah pornografi. Bagaimana kita bisa membantu blok pornografi itu," kata Richard kepada Republika di kantornya, Jalan Jenderal Gatot Subroto, Jakarta, belum lama ini.

Menurut dia, tidak mudah untuk menghilangkan konten pornografi tersebut. Akan tetapi, perusahaan terus berupaya mencari celah sehingga dapat mengupayakan kegiatan internet postif. Tidak jarang ia mengaku memutuskan layanan bagi yang masih tetap berupaya mengakses konten tersebut.

"Kita blok DNS pornografi, jadi orang tak bisa masuk, tapi memang harus dimengerti, banyak sekali orang pintar. Maka akan disetop, kita blok sama sekali, kita tak boleh langganan," katanya.

Ia juga mengupayakan keamanan data bagi para konsumen. Dengan begitu, orang tua akan merasakan kenyamanan dan tidak perlu khawatir terhadap anakanaknya. Penggunaan internet pun akan lebih aman meskipun tanpa adanya pengamanan dari orang tua.

Selain sibuk dalam kariernya, alumnus Universitas Atmajaya itu mempunyai hobi mengajar. Ia kini turut berprofesi sebagai dosen di Universitas Bina Nusantara sebagai pengajar untuk mata kuliah IS Strategy Management.

Richard sudah mengajar selama 12 tahun. Saat ini ia hanya mengajar selama tiga jam dalam sepekan. Sebelumnya, ia sempat mengajar beberapa mata kuliah, seperti Information Technology for Management, Group Field Project Mentorship Consult, Managing Organizational Information, dan lainnya.

Bagi Richard, meskipun padat di dunia kerja, dia harus bisa membagi waktu dengan keluarganya di rumah. Karena itu, setiap malam ia masih meluangkan waktu untuk menghabiskan waktu bersama keluarga. Setiap akhir pekan pun diupayakan untuk dapat berkumpul bersama keluarganya.  ed: Mansyur Faqih

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement