Clock Magic Wand Quran Compass Menu

Billy Abe, Chief Product Officer Bolt! Super 4G LTE: Incar Gaya Hidup Berbasis Online Mobile

Red:

Menjadi pemain baru di dunia telekomunikasi dan informasi (TI) di Tanah Air, Bolt! langsung mendapat tempat di masyarakat. Mengandalkan teknologi long term evolution (LTE/4G), Bolt! menjadikan kecepatan sebagai andalan untuk bersaing dengan provider lain.

Sponsored
Sponsored Ads

Melihat potensi bisnis di sektor ini, perusahaan pun tak merasakan efek besar dari perlambatan pertumbuhan ekonomi yang dialami Indonesia dan dunia saat ini. Alasannya, gaya hidup masyarakat telah berubah menjadi lebih berbasis online mobile. Sekarang ini, orang tetap memilih untuk menggunakan smartphone dan internet lepas dari adanya perlambatan dari sisi ekonomi makro.

Scroll untuk membaca

Karena itu, Bolt! pun mencoba untuk terus mengenalkan teknologiteknologi baru yang mengandalkan gaya hidup melalui internet berkece pat an tinggi. Kepada Republika, Chief Product Officer Bolt! Super 4G LTE, Billy Abe bercerita tentang ren canarencana perusahaan yang dila kukan ke depan. Antara lain, memper luas wilayah jaringan dan menghadir kan voice service dengan kualitas HD (high definition). Berikut wawancaranya.

Bagaimana awal masuk Bolt! ke Indo nesia?

Kami masuk pertama kali bersama Inter nux. Awalnya, kami masih menggunakan Wi max broadband, tapi pada 2012 kami memu tuskan untuk beralih ke long term evolution (LTE). Karena LTE/4G memiliki frekuensi sangat bagus bagi mobile phone, dan ini menja di salah satu keputusan yang cukup besar bagi kami.

Baru pada Oktober 2013, kami mulai me nambah jumlah base transceiver station (BTS) yang kami miliki sekitar 500 unit. Jadi saat peluncuran pada 25 Desember 2013, kami su dah memiliki 1.300 BTS di Jakarta.

Kami mulai pada 2013. Saat itu pada awal Januari, kami telah mendapatkan lebih dari 3.000 pelanggan. Itu menjadi awal yang bagus. Hal itu disebabkan oleh banyaknya orang yang tidak puas dengan jaringan rumah berbasis kabel yang tidak stabil dan cenderung lebih mahal. Sehingga permintaan untuk mengha dirkan internet super cepat, sangat tinggi.

Dalam satu tahun, kami bisa meraih satu juta pelanggan, tepatnya pada awal 2015. Kami juga banyak mendapat penghargaan, antara lain Market Development Award, penghargaan atas banyaknya pelanggan, lalu Indonesia Wow Brand, dan Selular Brand juga World LTE Summit di Amsterdam.

Bagaimana Anda melihat kondisi dan potensi pasar industri IT di Indonesia?

Pasar Indonesia sangat potensial melihat banyaknya permintaan pelanggan akan layanan internet berkecepatan tinggi. Permintaan ter seb ut pada 2013 sebesar 23 persen, naik pada 2014 sebesar 36 persen, naik pada 2015 sebesar 50 persen, dan pada 2016 bisa jadi naik menjadi sekitar 70 persen. Hal itu juga karena keterse diaan jaringan WiFi gratis yang masih terbatas. Indonesia menginginkan jaringan wireless dan permintaannya sangat tinggi. Di situlah kesem patan kami, menyediakan internet cepat.

Melihat pertumbuhan itu, berapa po tensi market share yang bisa diraup Bolt! ke depan?

Target market share kami pada masa depan, khususnya Jabodetabek dan Medan, adalah 10 sampai 20 persen.

Bagaimana kesiapan infrastruktur perusahaan?

Terkait kesiapan infrastruktur dari Bolt! untuk memenuhi permintaan pasar, kami tetap mengutamakan kecepatan. Misalnya di sebuah apartemen, ada banyak penghuninya sehingga traffic-nya akan sangat tinggi. Hal itu membuat kami berpikir untuk menambah BTS. Dalam dua atau tiga tahun ke depan, selang kah demi selangkah, kami menargetkan 3.500 BTS di Jakarta. Jika kami mencapai 50 persen market share, mungkin kami akan menambah BTS menjadi 5.500. Terlebih jika kami terus banyak memiliki pelanggan.

Bagaimana perkembangan bisnis Bolt!? Apa yang baru dari Bolt!?

Kami baru meluncurkan ultra LTE yang menghadirkan teknologi internet berkecepatan tinggi. Tetapi, produk ini tidak memiliki device. Device dari produk ini akan dikeluarkan segera, mungkin akhir tahun ini.

Saat ini masih ada dalam smartphone, yaitu Samsung Note V atau Samsung S4. Kami telah bekerja sama dengan Samsung pada Agustus lalu. Dalam smartphone Samsung itu ada dual SIM, satu untuk Bolt! dan satunya lagi untuk GSM. Produk ini memiliki kecepatan maksimal sampai 2.000 mbps.

Namun, untuk sementara produk ini masih hanya bisa digunakan di Jabodetabek dan Medan. Meski di luar kota-kota tersebut masih sulit digunakan, di Jakarta produk ini menjadi nomor satu dalam hal kecepatan. Kami bahkan bisa memberikan kecepatan tiga kali lipat dari provider biasa.

Mengapa hanya di Jabodetabek dan Medan? Mana target kota yang akan disasar Bolt! ke depan?

Karena kami hanya memiliki lisensi untuk area itu. Tentu saja kita mau berkembang, mung kin tahun depan bisa sampai Bali, Sura ba ya, Bandung. Tapi, sejauh ini kami belum da pat li sensi. Namun, kami tetap berusaha menye diakan jaringan terbaik di Jabodetabek dan Medan.

Bagaimana kondisi ekonomi mem pe ngaruhi pasar Bolt! saat ini?

Kami tidak melihat adanya efek besar dari situasi ekonomi sekarang. Sebab, meski eko nomi makro semakin terpuruk, setiap orang tetap memilih menggunakan smartphone dan memerlukan internet mobile setiap saat. Gaya hidup kita telah berubah menjadi gaya hidup berbasis online mobile. Penggunaan in ternet mobil semakin tinggi, jadi situasi eko nomi tidak berpengaruh pada gaya hidup. Per sentase pertumbuhan pelanggan dari tahun ke tahun meningkat. Selama dua tahun ini, jumlah pelanggan selalu memuaskan.

Bagaimana posisi perusahaan jika dibandingkan kompetitor?

Dalam persaingan dengan jaringan 4G yang lain, kami tetap melihat kepuasan pelanggan di Jabodetabek sampai akhir tahun ini. Tetapi, kami mengakui dalam hal kecepatan, provider lain masih jauh berada di bawah Bolt!, tapi mereka lebih baik dalam hal pemasaran. Masyarakat melihat Bolt! sebagai sesuatu yang baru. Mereka tidak tahu Bolt! itu seperti apa dan hal itu yang membuat kami harus menunjukkan dan mem promosikan lebih baik.

Siapa kompetitor lang sung Bolt!?

Kompetitor yang ada di urutan atas sejauh ini mungkin Smartfren, kare na mereka bagus dalam kecepatan. Sedangkan Telkomsel bagus dalam segi banyaknya pe langgan. Sehingga kami bertekad mengungguli Smartfren dan Telkomsel.

Apa target perusahaan tahun ini?

Dalam hal target dan strategi perusahaan, kami akan memberikan dan mengadaptasi teknologi baru yang lebih dari para pesaing lain. Lalu, kami akan mengenalkan gaya hidup baru melalui internet dengan kecepatan tinggi.

Biasanya orang duduk diam depan TV dan menonton program yang itu-itu saja. Kita ingin menghadirkan hal lain dalam tablet dan smartphone, sehingga semua bisa melihat program yang diinginkan masing-masing. Kami akan ubah kebiasaan dengan menghadirkan internet mobile dengan kecepatan tinggi. Dengan hal itulah kami mempertahankan pelanggan.

Kami juga akan memperluas wilayah jaring an, tidak hanya di jabodetabek tetapi juga di area lain. Selain itu, kami ingin menghadirkan voice service. Selama ini voice service via inter net masih kurang bagus, misalnya dari provider satu ke provider yang lain pasti jelek.

Kami ingin menyediakan layanan internet berkecepatan tinggi untuk voice service yang disebut HD (high definition) voice quality. Namun, hingga saat ini kami belum bisa me nyediakan hal itu karena belum memiliki lisensi. Kami hanya memiliki lisensi untuk layanan data.

Bagaimana dengan target jangka panjang?

Ke depannya, kami akan buat voice of LTE. Kami hanya tinggal mendapatkan lisensi se belum meluncurkan voice service. Belum dapat dipastikan kapan, tapi itu rencana jangka pan jang. Target kita tetap ingin mempersembahkan teknologi terbaru kepada pelanggan.

Indonesia selalu telat lima tahun dalam hal penerapan teknologi baru di IT, bagaimana dengan Bolt!?

Meskipun selalu tertinggal dalam hal tek nologi, teknologi di Indonesia tetap berkem bang. Yang kami lihat, kurangnya perkem bangan teknologi di Indonesia adalah masalah distribusi jaringan. Misalnya, kami ingin me makai suatu teknologi terbaru, tapi tidak ada distributornya di Indonesia. Meski demikian, dibandingkan Jepang dan Korea, Indonesia menjadi negara pertama yang mengimple mentasikan LTE teknologi.

Apa kendala Bolt! sejauh ini?

Kami mengalami kesulitan memperoleh lisensi. Tiga tahun lalu kami memiliki lisensi terbatas, yang tidak bisa menghasilkan fre kuensi 3G dan 4G. Sehingga hal itu kurang mem buat pelanggan puas. Lalu, semua operator mengajukan lisensi baru kepada pemerintah. Dengan lisensi lama, kami tidak bisa bertahan karena gaya hidup masyarakat berubah. Na mun, untuk menda patkan lisensi yang bisa menghasilkan frekuensi 3G dan 4G, kami harus menunggu dua sampai tiga tahun. Kami memiliki aplikasi Bolt! Talk yang bisa dipakai chatting dan melakukan panggilan antara aplikasi dan aplikasi. Aplikasi ini sudah pakai 4G dengan kecepatan tinggi dan tak hanya bisa digunakan di Indonesia, tapi juga di seluruh dunia.

Yang diharapkan dari peme rintah?

Yang pertama dalam hal lisensi ada MVNO (mobile virtual network opera tors), yaitu operator yang tidak memiliki lisensi tetapi bisa menyediakan aplikasi seperti layaknya operator yang memiliki lisensi. Namun, operator yang memiliki lisensi, bisa menyediakan servis yang lebih baik. Pelanggan tinggal memilih. Peme rintah mencoba untuk melindungi jaringan dengan memberikan lisensi. Yang kedua dalam hal regulasi, lebih khususnya tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) dalam komponen perang kat. ¦ c18 ed: mansyur faqih

Ingin Selamanya di Indonesia

Dua tahun tinggal di Indonesia seperti telah memberikan kesan bagi Billy Abe. Chief product officer BOLT! Super 4G LTE itu bahkan mengaku belum memikirkan untuk kembali menginjakkan kaki ke tanah kelahirannya. "Saya suka di sini, cuaca di Indonesia juga sangat bagus," ujar Abe kepada Republika di Jakarta, beberapa waktu lalu. Musim dingin di Jepang, terlebih ketika salju turun, menjadi hal yang dihindari oleh ayah dua anak ini. Hal ini berbeda dengan kondisi di Asia Tenggara, khususnya Indonesia, yang hanya memiliki dua musim, yakni panas dan hujan.

Tak hanya cuaca yang menjadi alasan bagi Abe untuk menetap di Indonesia. Makanan pedas juga menjadi daya tarik tersendiri bagi Abe. Mengaku suka makanan pedas, Billy paling sering mengunjungi kawasan Bandar Djakarta. Dalam satu bulan, Abe mengaku bisa dua kali mengunjungi kawasan yang berada di daerah Ancol, Jakarta Utara. "Kalau sudah ke sana biasanya saya juga sekalian ke pantai," katanya.

Kawasan Ancol memang kerap menjadi tempat Abe untuk meluangkan waktu. Jogging di Eco Park atau mengunjungi akuarium raksasa alias Seaworld kerap menjadi aktivitas Abe untuk melepaskan penat. "Saya juga suka bermain golf dan Indonesia banyak memiliki lapangan golf," katanya.

Sebelum ke Indonesia dan bergabung dengan Bolt!, Abe sempat bekerja di Thailand pada sektor mobile content, mobile marketing, dan online game. Sepuluh tahun dirasa Billy cukup untuk menghabiskan waktu hingga menemukan pendamping hidup di negeri Gajah Putih itu.

Lesunya pasar di Thailand serta bertambahnya populasi yang terus memadati negara tersebut membuat Abe dan keluarganya memutuskan untuk pindah ke Indonesia. "Pertumbuhan bisnis di sana saat itu menantang, tapi sekarang tidak lagi," katanya. Kerasan tinggal di Indonesia membuat Abe seperti enggan pulang ke tanah airnya. Terlebih kondisi pasar Indonesia yang diakuinya saat ini lebih menantang. "Saya ingin tinggal di sini selama yang saya bisa," katanya.

Betah di Indonesia bukan berarti tak ada hal yang tidak disukai Abe dari Indonesia. Lama tinggal di Jakarta, membuatnya membenci kemacetan di Ibu Kota. "Itu hal yang paling tidak saya sukai di sini," katanya. ¦ c18 ed: mansyur faqih

Berita Terkait

Berita Terkait

Rekomendasi

Republika TV

>

Terpopuler

>