Senin 09 Nov 2015 15:00 WIB
BINCANG BISNIS-

Roy Santoso, Country CEO PT Courts Retail Indonesia: Ingin Semua Orang Cepat Kaya

Red:

Meskipun baru berumur satu tahun di Tanah Air, PT Courts Retail Indonesia sudah menyatakan fokus untuk menggarap pasar ritel nasional. Jumlah penduduk dan bonus demografi Indonesia dengan kondisi lebih dari 50 persen penduduk masih di bawah 35 tahun menjadi alasan perusahaan untuk meningkatkan penetrasi.

Perusahaan asal Singapura tersebut saat ini sudah memiliki dua megastore dan tiga outlet. Satu megastore ada di Bekasi dan megastore terbaru di BSD. Walaupun menghadapi perlambatan pertumbuhan ekonomi, perusahaan tetap berencana untuk melakukan ekspansi yang cepat dengan target bisa membuka hingga delapan toko.    

Kepada Republika, Country CEO PT Courts Retail Indonesia Roy Santoso bercerita banyak hal. Termasuk mengenai strategi PT Courts Retail Indonesia untuk bisa meningkatkan pasar dan bersaing dengan kompetitor yang sudah ada. Berikut wawancaranya.

Bagaimana awal Court bisa masuk ke Indonesia?

Court merupakan perusahaan yang berpusat di Singapura. Toko pertama kita buka pada Oktober 2014. Tapi, kita mulai menjajaki masuk Indonesia dari 2009. Sejak tahun itu, kita mulai penjajakan untuk mencari lokasi dan mitra. Kemudian juga ada proses administrasi dan sebagainya sampai kita bisa berdiri sebagai satu perusahaan pada akhir 2012. Saya baru mulai pada 2013 dan toko pertama dibangun pada Januari 2014.

Bagaimana PT Court melihat pasar Indonesia?

Kita melihat demografi pasar di Indonesia yang masih mudah dan terus tumbuh secara progresif. Selain itu, Indonesia juga menjadi ukuran market yang besar juga karena populasi yang banyak. Pasar di sini merupakan kelas menengah yang terus tumbuh, mereka masih muda.

Berbeda di Singapura dengan total populasi mereka mayoritas di atas 50-60 tahun. Sementara kita sebaliknya, lebih dari 50 persen masih di bawah 35 tahun. Itu pasti menjadi hal yang sangat menarik bagi perusahaan retailer.

Bagaimana kinerja perusahaan sampai saat ini? Kemudian apa saja target yang telah tercapai pada 2014-2015?

Belum banyak, target-targetnya tentu ingin terus membuka toko secepat mungkin. Tapi untuk itu tantangannya satu. Tantangan kita adalah untuk cari lokasi enggak gampang, karena toko kita kan harus 2.000 meter persegi. Ditambah mungkin dengan ekonomi yang agak sedikit menantang saat ini, kita mungkin sedikit-sedikit.

Kita harus break event dengan enam, tujuh, atau delapan toko, sesuai dengan kondisi market. Enggak mungkin kita bisa break event dengan dua atau tiga toko, itu mustahil. Karena sudah tanam akar di sini, kita harus jalan terus.

Berapa banyak gerai yang sudah dibuka PT Court dan rencana mau ekspansi berapa banyak lagi?

Kita saat sudah memiliki dua megastore dan tiga outlet. Satu megastore ada di Bekasi dan megastore terbaru itu yang sedang kita bangun di BSD. Kita bangun di sana karena harus cari lahan yang lumayan besar dan untuk membuka atau mencari lahan sebesar dua hektare susah ya, jadi pasti harus di luar Jakarta.

Mengapa di BSD? Apa karena spasial saja atau memang strategi market?

Memang dari awal kita ingin bangun satu di barat dan satu di timur. BSD perkembangannya juga lumayan besar di daerah Tangerang Selatan dan areanya sangat luas. Selain itu infrastruktur, maksudnya jalanan untuk orang travelling dari utara, selatan, timur, barat di daerah Tangerang Selatan, lumayan bagus.

Jadi target market-nya middle class atau upper-middle class?

Hmm… Target market demografi mungkin agak luas ya. Tapi kita merasa bahwa semua demografi harus bisa kita capai.

Berapa investasi dari pembukaan gerai baru itu?

Sekitar tiga juta dolar AS, itu dana yang selalu kita siapkan untuk membangun megastore.

Bagaimana konsep megastore di BSD itu nantinya? Berapa kira-kira lahan untuk masing-masing produk IT dan rumah tangga?

Kita bagi-bagi jadi tiga kategori utama, yaitu elektronik, furnitur, dan apa yang kita sebut market hall. Pembagiannya itu sekitar 20-25 persen untuk market hall, 20-25 persen untuk elektronik, dan 50 persen untuk furnitur.

Bagaimana dengan pelemahan kondisi ekonomi saat ini? Apa pengaruhnya terhadap Court?

Pengaruhnya enggak jauh bedalah. Tapi untungnya sekitar 30 persen produk kita impor dari Cina, kita juga impor borongan. Kalau impor barang dari Amerika, sudah habis kita.

Selain itu juga, pasar elektronik terus tumbuh meski saat ini dibilang masa resesi. Tapi kalau kita lihat electronic sales masih enggak sejelek sektor lain.

Bagaimana antusias masyarakat Indonesia, mengingat baru satu tahun Court ada di Tanah Air dan berbarengan juga dengan perlambatan ekonomi?

Gini, untuk kita break event dengan enam, tujuh, atau delapan toko, kita harus buka terus. Karena kita berencana mendapat pasar di Indonesia. Hanya saja hitung-hitungnya dengan modal break event dengan kondisi ekonomi seperti ini, maka break event enam toko, mungkin jadi tujuh, mungkin jadi delapan. Tapi kalau kita lihat dampak dari modal ya, untungnya kita enggak ada year on year sebagai perbandingan, jadi saya belum bisa jawab.

Bagaimana PT Court memandang pelemahan ekonomi ini?

Keadaan pasar yang lesu ini membuat saya jadi lebih mudah untuk mengejar pasar. Karena ketika semua melambat itu membuat saya bisa mengejar mereka lebih cepat. Kita bisa expand market dan hire better talent. Kalau kompetitor pecat orang, tapi kita sebaliknya.

Lebih mudah bagi saya untuk mencari orang karena market-nya lagi mudah dan murah. Tapi sebaliknya, kalau market lagi kencang, malah sulit untuk mencari semua itu, karena semuanya kemungkinan sudah diambil kompetitor.

Apa yang membedakan PT Court dengan pesaingnya?

Kalau kita lihat, di market itu over lap-nya bukan cuma dari kompetitor, tapi masih banyak. Kita juga concern dengan item yang kita miliki dan mungkin memiliki harga yang lebih terjangkau dibandingkan kompetitor. Selain itu, range product kita juga beda dengan yang kompetitor miliki.

Di tengah pelemahan ekonomi seperti ini apa yang diharapkan dari kebijakan ekonomi yang dikeluarkan pemerintah supaya industri cepat tumbuh?

Kalau saya ingin semua orang cepat kaya, supaya cepat beli, menonton televisi. Saya mau semua orang punya televisi 60 inci. Bagaimana caranya, pemerintah yang nyediain itu. Tapi pada dasarnya, kita mendukung program apa pun yang dijalankan oleh pemerintah.

PT Court sudah memiliki website apa mungkin dipakai untuk e-commerce?

Ada kemungkinan, tapi kita akan lebih fokus di offline saja, kalau ada toko online pun hanya untuk support beberapa produk pilihan saja dan hanya untuk di satu area, misal Jabodetabek. Karena kalau kita sudah main di luar pulau, bagaimana kita bisa bersaing kalau kita tidak ada distribution point di sana? Karena jaringan kita cuma di Jabodetabek.

E-commerce itu juga yang gampang di transportasi. Bisa jadi penilaiannya dari segi ukuran, dimensi, atau sisi price point yang menarik. Bisa juga kita kasih antar barang gratis tapi hanya sampai zona tertentu. Nanti pengirimannya kita kerja sama dengan pihak ketiga.

Mengapa tidak fokus di online shop?

Online itu akan jalan kalau infrastrukturnya sudah bagus, jadi balik lagi offline. Saya nggak mau membuat satu pernyataan yang political ya. Tapi menurut saya, masih banyak tantangan di infrastruktur kita.

Apa target perusahaan dalam jangka panjang?

Tentu membangun lebih banyak toko lagi di Jabodetabek. Jadi strategi kita adalah untuk fokus di Jakarta dulu, ada eksistensi di sini, baru kita expand ke toko lain. Soalnya ritel susah untuk membuat jaringan. Rencananya juga akan menargetkan pembukaan 10 toko dalam waktu lima tahun di Indonesia.

Ada rencana untuk ke luar, ke daerah?

Sementara masih Jabodetabek, karena wilayahnya sudah mewakili lebih dari 30 persen dari GDP di Indonesia. Semua orang mau masuk Jakarta dan kalau kita lihat retailer dari mana ataupun, dari luar kota juga, mereka berharap bisa masuk Jakarta.

Kalau ke luar, ke daerah kan bukan hanya urusan toko lagi, melainkan harus berpikir delivery dan logistik. Itu harus berpikir panjang, tapi bukan nanti kita tidak akan menuju ke sana.

Berarti ada plan? Kota mana yang akan menjadi fokus pembangunan?

Ada plan, tapi di atas 2017, baru kita bangun. Fokusnya pasti kota besar. Kita lagi lihat, mungkin Medan, Surabaya, Yogyakarta, semacam itu, kota besarlah pasti harus dilirik. Tapi masih belum kita tentukan. Kita masih membaca pasar, lagi pula masih panjanglah itu, dua tahun. n  c18 ed: mansyur faqih

***

Enggan Nongkrong di Mal

Memiliki kedudukan sebagai Country CEO PT Courts Retail Indonesia tak membuat Roy Santoso mengesampingkan waktu bersama keluarga. Justru waktu bersama keluarga yang paling sering dihabiskan oleh pria lulusan Capilano University Canada ini.

"Itu sudah menjadi hobi. Sekarang saya lebih senang menghabiskan waktu bareng keluarga sambil bersama membesarkan anak," katanya kepada Republika beberapa waktu lalu.

Waktu emas bersama keluarga, bagi Roy agaknya menjadi kewajiban dan tak bisa diganggu gugat. Bali menjadi tujuan wisatanya bersama istri dan dua buah hati yang berusia lima dan enam tahun untuk sekadar menghabiskan hari bersama. "Biasa saya ke Bali bisa sampai tiga atau empat kali dalam sebulan," tutur dia.

Wisata alam juga kerap menjadi destinasi Roy bersama keluarga. Mantan managing director PT Electronic City ini mengaku enggan untuk 'membunuh' waktu dengan berjalan-jalan di department store atau mal.

"Saya pernah ikut klub motor, kita kumpul di mal. Habis itu jalan bareng dan pindah tempat, ke mal lagi. Itu ngapain yang seperti itu? Saya gak sukalah kayak gitu," katanya.

Meski menghabiskan waktu bersama keluarga menjadi santapan utama, bukan berarti ia tak memiliki kegiatan lain. Bersepeda, tenis, dan golf juga menjadi bagian dari hidupnya.

Untuk urusan sepeda, bukan jenis turun gunung (downhill) yang ia gemari. Pria berkacamata itu lebih senang bersepeda keliling kota atau daerah alias road bike. "Saya suka bersepeda karena memiliki tingkat cedera yang minim," katanya.

Bogor atau Bali menjadi titik yang biasa digunakan Roy untuk bersepeda. Touring sembari gowes nyatanya sangat ia nikmati. Pengalamannya, antara lain, road bike di Bali yang menempuh jarak hingga ratusan kilometer. "Itu ada sekitar 200 peserta yang ikut dan jarak tempuh minimal road bike itu 150 km," kata Roy.

Berbeda dengan sepeda, dua hobi lain, yakni tenis dan golf, sudah mulai ia hindari. Tenis, misalnya, ia sebut termasuk olahraga dengan risiko cedera yang cukup tinggi. "Sementara kalau golf itu menurut saya wasting time banget," katanya.

Roy mengaku enggan untuk bangun sebelum matahari terbit untuk bersiap bermain golf. Karena sekali bermain golf biasanya menghabiskan waktu hingga pukul 11 siang. "Lanjutin sama istirahat sambil santai-santai, selesai dan baru pulang jam empat sore. Aktivitas seperti itu berisiko berantem sama istri, dan kalau tiap weekend begitu, capek lama-lama, kan," katanya sambil tertawa. c18 ed: mansyur faqih

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement