Senin 02 Mar 2015 14:00 WIB

Ivan Budimman Gani, Direktur Komersial 7-Eelven: Utamakan Food Savety untuk Pelanggan

Red:

Terbilang sebagai pendatang baru bidang usaha makanan dan minuman (mamin), 7-Eleven alias Sevel Indonesia terus menunjukkan eksistensinya. Di bawah pengelolaan PT Modern Internasional Tbk, ia berhasil masuk daftar pilihan prioritas konsumen untuk memenuhi kebutuhan "perutnya".

Keberhasilan tersebut tak lepas dari konsistensi manajemen Sevel dalam pelayanan. Selain juga, beragam inovasi yang terus ditelurkan. Kepada Redaksi Republika, Direktur Komersial Sevel Ivan Budimman Gani didampingi Corporate Communication Division Head PT Modern Internasional Tbk Neneng Sri Mulyati memaparkan sejumlah upaya berikut rencana yang sedang dan akan dilakukan ke depan.

Bagaimana perkembangan Sevel sejak didirikan pertama kali pada 2009 hingga saat ini?

Benar, pertama kali kami membuka toko pada April 2009, tepatnya di daerah Bulungan depan Blok M Plaza. Saat ini, kami sudah membuka 185 outlet yang tersebar di sejumlah area, misalnya, stasiun, area sekolah, kampus, perkantoran, hingga perumahan di kawasan Jakarta, Depok, Bekasi, Tangerang Selatan, dan Tangerang.

Sebagai unit usaha yang fokus di bidang mamin, Sevel menyediakan porsi 60 persen fresh food dan sisanya produk lain yang didominasi jenis mamin. Konsumen yang kita sasar sebenarnya semua kalangan, tapi sampai saat ini didominasi oleh remaja dan wanita.

Adapun produk yang ditawarkan, di antaranya, makanan seperti hot dog yang kita sebut Big Bite, minuman soda beku bernama Slurpee, minuman soda biasa dengan beragam porsi bernama Gulp, beragam snack, puding, bakeri, gorengan, serta nasi plus lauk siap saji. Di samping itu, kita juga menjual pulsa telepon, produk digital, CD musik, voucer game online, hingga tiket konser.

Karena didominasi kalangan muda, Sevel aktif promosi dalam bentuk pendekatan terhadap komunitas yang sejauh ini didominasi kalangan muda. Yang paling intens kita aktif promosi di sosial media karena komunitas-komunitas muda biasanya eksis di situ.

Semua makanan yang kita sajikan harus lolos syarat food savety. Makanan tentunya harus layak makan, rasanya enak, dan jelas nilai gizinya. Karena, konsumen sekarang kan sudah mulai memperhatikan kesehatannya. Makanya, dalam setiap produk, kita menampilkan takaran nilai gizi agar konsumen tahu berapa banyak manfaat gizi yang didapatkan setelah mengonsumsi produk kami.

Kami juga berencana dalam waktu dekat membuat satu katalog berisi edukasi dan informasi lengkap soal kampanye peduli kesehatan dibarengi informasi jumlah kalori, lemak, dan muatan lainnya di seluruh produk.

Apa yang menjadi ciri khas produk Sevel?

Kita punya tagline "Higienis, Enak, Cepat". Di situ pertama produk yang kita tawarkan harus terjaga kebersihannya dan tentu saja kesehatannya. Rasanya enak karena sebagai makanan siap saji kesegarannya dan kehangatannya diperhatikan.

Karenanya, Sevel yang beroperasi dari pukul tujuh pagi sampai pukul 11 malam ini bekerja sama dengan pelaku usaha kecil menengah (UKM) di bidang pakan ternak. Agar makanan yang tidak habis dijual atau sudah tidak segar lagi segera diolah untuk hal produktif lainnya.

Kenyamanan pelanggan juga selalu menjadi prioritas. Sevel menyediakan tempat yang memungkinkan sekelompok orang nongkrong dengan santai dan nyaman sambil menikmati makanan. Kita bebaskan apakah dia mau main di sevel berapa jam pun atau yang makan cuma dua orang, tapi yang datang 10, kita tidak masalah. Sevel adalah tempat yang tepat bagi mereka yang isi kantongnya terbatas, tapi kualitas makanannya terjamin.

Dari segi produk, Sevel adalah pelopor chicken katsu, di mana makanan ayam disajikan tanpa tulang. Ciri khas produk kami tanpa tulang semua. Seluruh produk kami di rice bowl produk kami disajikan tanpa tulang sehingga konsumen makannya tidak ribet dan tidak pula bersisa.

Barusan disinggung soal kerja sama dengan UKM. Bagaimana teknis kerja samanya?

Kerja sama dengan pelaku UKM merupakan bagian dari program corporate social responsibility (CSR) kami. Mereka kita kerja samakan untuk menambah pasokan produk yang dipasarkan di Sevel. Lebih jauh, kita ingin keberadaannya bermanfaat, bukannya malah mematikan pengusaha kecil tradisional, tapi justru menjadi mitra kerja.

Tapi, kita sangat ketat terhadap semua produk yang masuk harus lolos dari segi food savety-nya. Karenanya, kemitraan dimulai dengan rangkaian pembinaan terhadap UKM sekitar Sevel, khususnya yang berada di kawasan Jakarta. Ada juga yang dari Bandung, seperti produk keripik pedas.

Dalam pembinaan, kita bekerja sama dengan Kementerian Koperasi, Dinas Koperasi DKI Jakarta dan Kementerian Perdagangan. Anggota UKM yang bermitra diberi pelatihan selama dua bulan, dimulai dengan pengenalan modul kewirausahaan, basic bisnis.

Karena, selain diajarkan manajemen bisnis yang baik, penting pula diinformasikan soal cara memperlakukan produk dan pentingnya food savety. Manajemen juga memberi masukan, bahkan menjadi fasilitator UKM untuk packaging, cara membuat barcode, cara mendaftar di BPOM, serta memeroleh label Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Setelah lolos uji, barulah produk UKM tersebut bisa dipasarkan di toko Sevel. Dari 185 outlet Sevel yang tersebar di Jakarta, Depok, Bekasi, Tangerang Selatan, dan Tangerang tersedia enam outlet yang diisi produk UKM hasil binaan sevel.

Bekerja sama dengan UKM, kita juga harus sabar karena banyak teman UKM yang berguguran. Misalnya, tiba-tiba pengiriman produk nonaktif. Saat dikonfirmasi, alasannya mereka ada masalah keluarga atau alasan lain. Makanya, profesionalisme para UKM yang harus dipupuk.

Kalau kerja sama dengan UKM untuk mengolah makanan sisa di Sevel menjadi pakan ternak itu kita ada kerja sama khusus dengan salah satu UKM. Agar, makanan Sevel yang harusnya dibuang segera dihancurkan tidak disalahgunakan oleh orang lain untuk dijual lagi dan berdampak buruk untuk nama baik Sevel.

Apa saja target-target yang ditetapkan pada 2015 dan ke depannya? Misalnya, soal omzet dan pendirian outlet?

Tambahan outlet pada 2015 targetnya belum dipastikan. Tapi, tahun lalu ada kita nambah 30-an. Per tahun rata-rata penambahannya segitu. Soal perolehan omzet, kita ini kan masih baru dan belajar, jadi intinya kita banyak menyerap pembelajaran dari orang lain. Bagaimana agar produk bisa dijual murah tapi berkualitas dan omzet bisa terus meningkat.

Bagaimana soal pengelolaan SDM di Sevel?

Kita tidak seluruhnya beroperasi 24 jam, bergantung kondisi daerah masing-masing. Seperti di Depok itu kita sampai pukul 11 malam, tapi untuk outlet kami yang di kawasan Tanah Abang, kalau pasar tutup, kami juga tutup.

Satu outlet terdiri atas 12-15 orang. Satu sifnya ada empat orang dan mereka semua dilatih profesional. Maksudnya, mereka harus bisa pegang apa pun di outlet. Tidak melulu jadi kasir saja atau jadi petugas kebersihan saja.

Mereka semua juga harus bisa melakukan order makanan, menghangatkan makanan, menjaga kualitas makanan, menjaga kebersihan, juga menjadi kasir. Untuk mendapatkan karyawan yang baik, kita sebelumnya melakukan rangkaian training.

n C78 ed: mansyur faqih

 

***

Yang Penting Kita Happy

Persaingan ketat bisnis makanan minuman siap saji mesti dijadikan tantangan untuk memunculkan ide-ide baru di bidang promosi dan produksi. Gaya bekerja pun harus dua kali lebih banyak dari kebanyakan agar hasilnya bisa maksimal.

Direktur Komersial Seven-Eleven Ivan Budimman Gani tahu betul hal tersebut. Karenanya, ia selalu mengiringi setiap kegiatannya yang didominasi bekerja dengan semangat bekerja bahagia.

"Yang penting kita happy," katanya kepada Republika, belum lama ini.

Menurutnya, bekerja tak boleh dilakukan secara terpaksa karena ujung-ujungnya hanya akan membuat hasil yang buruk. Terlebih, bidang yang ia geluti adalah makanan dan minuman. Bidang pekerjaan yang berkaitan dengan kondisi maupun kualitas makanan. Kejelian dan ketelitian mesti menjadi perhatian.

Karena semangat bekerja bahagia pula, ia merasa tak terlalu menemui kendala ketika ditanya bagaimana membagi waktu antara kantor dan kehidupan pribadi. Untuk waktunya dengan keluarga, ia pertama-tama membuat kesepakatan disertai pengertian. "Kita sepakat familly day itu pada Ahad," tuturnya.

Lantas, dalam keseharian, ia pun terbiasa melakukan pengaturan timing management. Karenanya, di tengah kesibukannya yang padat, ia masih bisa pergi bermain bersama keluarga maupun pergi ke gym.

Yang menurutnya sangat penting adalah terbukanya komunikasi dengan relasi maupun keluarga. Lagi pula, media komunikasi saat ini telah murah dan mudah. Keluarga, utamanya, mesti tahu posisinya di mana saat ini dan tengah melakukan apa.

Dalam pekerjaan, semangat bekerja bahagia juga ia terapkan dalam program bulanan bertajuk "Store Experience". Di sana, para jajaran pimpinan, termasuk dirinya, harus menjadi karyawan biasa yang menjaga toko dan bertugas mengecek kondisi produk, melayani konsumen, serta membersihkan toko. Itu semua dilakukan agar mendapatkan feed back langsung atas respons konsumen terhadap pelayanan Sevel.

Dalam kegiatan tersebut, pimpinan juga akan tahu sejauh mana efektivitas kebijakan yang digulirkan di lapangan. Menjalankan rangkaian pekerjaan dalam tanggung jawabnya sebagai direktur komersial, Ivan yakin, menjaga kebahagiaan dalam aktivitas apa pun akan melahirkan hasil yang maksimal.

 c78 ed: Mansyur Faqih

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement