Senin 03 Nov 2014 13:41 WIB

bincang bisnis- Bambang Riyadi, Direktur Utama PT Pringsewu Cemerlang: Sukses Berkat Dukungan Stakeholder

Red:

Apabila kita menelusuri sepanjang jalan raya pantura Jawa Barat, pantai selatan atau singgah di Yogyakarta tentunya tidak sulit menemui Rumah Makan Pringsewu. Sejak berdiri tahun 1987, rumah makan yang menjajakan menu tradisional Indonesia ini berkembang pesat hingga memiliki 15 cabang yang tersebar di sejumlah wilayah.

Bagaimana kiat manajemen Pringsewu dalam mengembangkan usahanya, apalagi saat ini beragam jenis rumah makan tradisional maupun internasional sudah menjamur. Direktur Utama PT Pringsewu Cemerlang, Ir Bambang Riyadi MM, menyempatkan diri membagi pengalamannya memimpin Pringsewu kepada wartawan Republika Heri Purwata.

Bisa diceritakan awal mula berdirinya Rumah Makan Pringsewu?

Pringsewu ini pemilik awalnya Pak Agus Hardianto. Saat ini, menjabat sebagai Komisaris Utama PT Pringsewu Cemerlang. Rumah makan ini yang mengawali Pak Agus Hardianto di Purwokerto, Jawa Tengah, tahun 1987.

Saat itu, bisnis restoran belum berkembang seperti sekarang. Apalagi, kala itu Pringsewu memadukan konsep rumah makan taman. Dulu masih jarang. Pak Agus memiliki tanah kurang lebih 1.400 meter persegi. Kebetulan, Bu Agus berasal dari keluarga yang memiliki bisnis kuliner di Jakarta. Ketika itu, Pak Agus mendirikan restoran Taman Pringgading di Purwokerto dan sampai sekarang masih ada.

Ternyata animo masyarakat terhadap restoran ini cukup bagus sehingga dikembangkan menjadi dua restoran yang diberi nama Pringkembar (tetapi sekarang sudah tidak ada). Kemudian untuk ketiganya, membuka restoran Pringsewu di Yogyakarta di Jalan Magelang km 4,5. Perkembangan Pringsewu Yogyakarta bagus dan diikuti dengan pembukaan cabang, sehingga kini ada 15 cabang dan tiga sister company.

Bagaimana modal untuk mendirikan restoran Pringsewu?

Sejak berdirinya Pringsewu di Yogyakarta, kita sudah mulai bermitra dengan teman-teman Pak Agus. Mengapa bermitra? Karena dengan bermitra, kita tidak perlu meminjam uang ke perbankan. Didukung banyak orang, banyak pihak banyak modal yang tersedia. Sebab, kalau meminjam bank untuk usaha, perbankan yang diuntungkan dengan adanya bunga. Sampai sekarang Pringsewu itu menekankan pada kemitraan untuk penyediaan modal, tetapi kemitraan kita masih tertutup. Artinya, belum semua mitra kita terima. Di sini ada teman-teman Pak Agus, teman-teman saya, keluarga saya, dan karyawan-karyawan di sini.

 Apa keuntungan dari kemitraan?

Kita butuh modal untuk pengembangan. Modalnya besar. Kalau kita meminjam bank, uang laba itu tergerus oleh bunga bank. Kalau kemitraan, tidak. Usaha berkembang, kita mendapatkan pelanggan dan mitra-mitra lain, sekaligus mereka akan mempromosikan restoran Pringsewu.

Tiap cabang Pringsewu memiliki kemitraan yang berbeda-beda. Perbedaan itu seperti apa?

Perbedaan kemitraan ini bisa dijelaskan, misalnya Pringsewu Sumpiuh pemiliknya A, B, C, D, E, F. Sedang di cabang lain ada G, H, I, J, K, L, M. Kemudian, Pringsewu mendirikan lagi cabang baru pemiliknya bisa A, C, E, G, J, L, M. Jadi tiap cabang Pringsewu kemitraan bisa berbeda-beda. Sebentar lagi, kita akan membuka cabang di Cirebon dan Pringsurat. Nanti kemitraannya juga berbeda dengan yang sudah ada. Misalnya, ada 10 orang yang mendaftar, nanti, kita yang membagi.

Sebetulnya banyak orang yang ingin menjadi mitra Pringsewu setiap kali ada pembukaan cabang baru. Namun kita membatasi diri, sebab investor yang lama masih mau untuk mendukung pendirian cabang baru. Sebagai contoh, untuk membuka cabang di Cirebon membutuhkan investasi Rp 10,5 miliar. Namun, mitra lama masih mampu mendukungnya.

Apa kunci kesuksesan RM Pringsewu?

Dalam bisnis ada yang namanya stakeholder atau pihak-pihak yang mempunyai kepentingan. Ada banyak yaitu investor, pelanggan, karyawan, supplier, pemerintah, dan lingkungan.

Bisnis ini akan langgeng kalau tiga stakeholder utama dikuatkan, yaitu investor, pelanggan, dan karyawan. Investor yang menanamkan modal dipuaskan dengan modalnya cepat balik dan mendapatkan keuntungan yang tinggi. Kalau investor dipuaskan, mereka akan terus mendukung kita, sehingga bisnis ini akan dibuka di mana pun, investor akan mengikutinya.

 Bagaimana memuaskan pelanggan?

 Bisnis yang tidak mempunyai pelanggan pasti akan mati. Perusahaan yang bagus dan bisa bertahan lama pasti mempunyai pelanggan yang loyal, pelanggan yang selalu balik. Pringsewu ini sudah mempunyai pelanggan yang banyak dan akan selalu kembali.

 Bagaimana pemuasan terhadap sumber daya manusia?

 Bisnis yang bagus pasti mempunyai sumber daya manusia (SDM) yang memiliki dedikasi atau loyalitas yang bagus. Kalau karyawan tidak memiliki dedikasi bagus, bisa berbahaya. Karena itu, perusahaan harus memuaskan karyawan dengan memenuhi apa yang menjadi kebutuhannya.

 Kalau karyawan sudah mendapatkan kepuasan, selanjutnya mereka akan memberikan rasa puas kepada pelanggannya. Bagaimana mungkin kalau pelanggan akan merasa puas, kalau karyawannya belum mendapatkan kepuasan dari perusahaan.

Bagaimana kalau ada perusahaan yang menekan karyawan agar mendapat keuntungan yang besar?

Ya, tentu sulit karyawan berkerja seenaknya dan tidak bisa memuaskan pelanggannya. Jadi siklusnya, karyawan senang, pelanggan puas, perusahaan meningkat penghasilannya.

Apakah memuaskan ketiga komponen tersebut bisa berjalan mulus?

Tidak. Sebab saat ini telah terjadi kompetisi antarrestoran yang sangat tinggi atau hiper kompetisi. Coba hitung, restoran di Yogyakarta ada berapa? Dari restoran lokal, nasional, dan internasional ada di Yogyakarta.

Bagaimana Pringsewu berupaya agar bisa memenangkan persaingan?

Kondisi itu menuntut Pringsewu harus kreatif, inovasi, tidak boleh diam dan harus benar-benar mencari cara bagaimana bisa memuaskan konsumen, mulai dari sisi produk, pelayanan, kebersihan lingkungan, promosi. Semua itu, harus kita garap, harus kreatif semua, kalau tidak bisa gagal.

Bagaimana kreativitas Pringsewu?

Dari sisi produk, Pringsewu mempunyai produk spesial nasional (gurame, sup buntut, ayam). Masakan ini ada di seluruh RM Pringsewu. Kemudian produk lokal (misalnya Pringsewu Yogyakarta ada lodeh pinggir sawah, Pringsewu Pantura ada kepiting lemburi, Pringsewu Indramayu ada ikan cetong, Pringsewu Jawa Barat ada nasi timbel). Jadi, masakan lokal itu digali dari potensi lokal.

Bagaimana kreativitas menciptakan masakan lokal?

Kita ada research and development-nya. Seperti di Yogyakarta, ada jamur. Kita membudidayakan jamur sendiri dan ini ada di semua cabang. Pelanggan yang menginginkan masakan jamur, langsung kita petikan dari tempat budidaya sehingga jamurnya fresh.

Apa keunggulan dari membudidayakan sendiri bahan makanan?

Bahannya sangat segar dan karena diproduksi sendiri harga relatif murah. Sebab, memetik di kebun sendiri sehingga tidak perlu ada ongkos transport-nya.

Apa keunggulan lain yang ditawarkan Pringsewu?

Kita juga berupaya membuat restoran yang menciptakan pengalaman atau experience restaurant. Misalnya, ada pelanggan yang berulang tahun kemudian kita menyuguhkan tabuh-tabuhan sebagai tanda ucapan selamat ulang tahun kepada pelanggan. Juga diberikan bingkisan. Ada sulap. Kalau biro perjalanan membawa rombongan tamu, kita menyambut dengan tari-tarian.

 Bagaimana membuat masakan di seluruh Pringsewu bisa sama?

Karena bumbu-bumbu kita produksi Pringsewu pusat di Purwokerto. Kemudian bumbu tersebut dikirim ke seluruh cabang sehingga standardisasi akan jalan. Agar bumbu tidak basi, ada cara penyimpanan bisa dengan freezer atau vacuum.

Pringsewu sudah memiliki 15 cabang. Bagaimana mengelola cabang-cabang agar tetap solid?

Menurut saya, sekecil apa pun perusahaannya, dia harus dikelola secara profesional. Apalagi, Pringsewu yang sudah berbadan hukum yaitu perseoran terbatas (PT), sehingga antara manajemen dan pemilik sudah ada pemisahannya.

Bisa dijelaskan sistem manajemennya?

Manajemen Pringsewu sudah kita bagi menjadi beberapa sistem manajemen, yaitu manajemen SDM, manajemen marketing, manajemen keuangan, manajemen produksi, pelayanan, dan manajemen tata graha, sehingga semua tersistem dengan baik.

Agar manajemen berjalan dengan baik, ada standar pada tiap manajemen. Misalnya, bagaimana manajemen SDM dikelola Pringsewu. Seperti, bagaimana kompensasi bagi masing-masing SDM, bagaimana sistem kenaikan kariernya, sistem penerimaan karyawan, pelatihannya, pengembangan dan fasilitas yang diberikan kepada karyawan. Kemudian di marketing, bagaimana sistem promosi melalui apa saja, strategi bagaimana, dan lain-lain.

Apakah Anda tidak tertarik untuk membuka waralaba?

Sangat tertarik. Kita akan kembangkan dan insya Allah konsepnya tahun ini jadi dan tahun depan sudah mulai beroperasi. Jadi kalau franchise atau waralaba kan menyerahkan seluruh manajemen kepada orang lain. Ini harus hati-hati. Karena itu, calon franchises harus kita didik terlebih dahulu. Keuntungannya, bisa cepat berkembang.

Sebentar lagi Masyarakat Ekonomi ASEAN bakal diterapkan. Bagaimana kesiapan Pringsewu?

Ini tantangan sekaligus peluang. Persaingan antarnegara sudah terjadi di Indonesia dan tidak menunggu pasar bebas Asia (AFTA). Sekarang konsentrasi kita menghadapinya adalah mencari peluang. Kalau mereka bisa berjualan di Indonesia, mengapa kita tidak bisa berjualan di sana. Kalau produk Amerika, Prancis, Italia bisa masuk Indonesia, kenapa produk kita tidak bisa masuk ke sana?

Saya kira dengan makanan kuliner yang begitu beraneka ragam, kita bisa berjualan di sana dan siap memenangkan persaingan. Kita sudah terlatih untuk bersaing dengan produk luar negeri. N ed: hiru muhammad

***

Sediakan Kebun Sayur Sendiri

Dengan semakin tingginya permintaan terhadap masakan yang segar, Pringsewu berusaha untuk memenuhi kebutuhan konsumen dengan menanam atau membudidayakan sendiri. Salah satunya, Pringsewu Yogyakarta telah membuat "rumah jamur" yang dapat menghasilkan jamur tiram.

Kemudian di Baturaden, Purwokerto, Pringsewu juga memiliki kebun sayur sendiri. Bahkan dalam budi dayanya, sayuran yang organik. "Ini masih rintisan. Maunya, kita bisa memiliki kebun sayur sendiri sehingga standar kualitas sayur dapat dikontrol sendiri," kata Direktur Utama PT Pringsewu Cemerlang, Ir Bambang Riyadi MM.

Selain itu, untuk memudahkan menuju ke Rumah Makan Pringsewu, telah dipasang road sign. Ide awal pemasangan road sign bagi jalur cepat agar para pengemudi mengetahui dalam beberapa kilometer lagi ada rumah makan. Seperti di jalur pantai utara (pantura) atau pantai selatan di mana orang yang sedang dalam perjalan mengendari kendaraan hendak makan.

"Kalau tidak terbiasa melewati jalur cepat, orang merasa bingung mau makan di mana padahal perut sudah terasa lapar. Sehingga, muncul ide untuk memandu pengendara untuk menuju ke Rumah Makan Pringsewu. Road sign ini untuk memastikan pengendara bahwa di depan ada restoran," katanya.

Pada awal memasang road sign, Pringsewu menonjolkan "keakuannya". Namun, kini kalimatnya sudah mengarah pada corporate social responsibility (CSR) seperti "Hati-hati Ngantuk", "Mushola di depan Anda", "Tikungan Tajam", dan "Makanan yang sehat". "Kalimat ini menunjukkan kebutuhan konsumen, bukan ini lho Pringsewu," katanya.

Bagi Pringsewu, memasang road sign tidak sekadar memasang di pinggir jalan. Namun, Pringsewu berusaha untuk "menjamin" makanan yang ditawarkan pada road sign ada ketika pelanggan sampai restoran yang dituju. "Banyak restoran menawarkan makanan enak, tetapi ketika pelanggan sampai tujuan sudah habis atau tidak ada. Kita berusaha untuk makanan yang ditawarkan masih tersedia," kata Bambang.

Adanya promo salah satunya melalui road sign bisa menaikkan harapan konsumen. "Kalau kita tidak bisa memberikan apa yang kita promosikan, konsumen akan komplain. Minimal, ekspektasi konsumen sama dengan apa yang kita promosikan. Syukur bisa lebih dari ekspektasi konsumen," ujarnya. N Heri purwata ed: hiru muhammad

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement