Senin 06 Oct 2014 14:00 WIB

Hiroshi Inoue, Executive Officer Business of Growing Markets (Excl America) Mazda Motor Corporation: Kami Ingin Membagi Kesenangan berkendara dengan Teknologi Mutakhir

Red:

Nama Mazda bagi pencinta otomotif nasional sudah tidak asing lagi. Mazda merupakan salah satu merek kendaraan asal Jepang yang sudah puluhan tahun meramaikan pasar otomotif di Tanah Air bersama dengan sejumlah merek terkemuka lainnya. Dalam International Indonesia Motor Show 2014 lalu, Hiroshi Inoue, Executive Officer in Charge of New Emerging Market Operation (Except Latin America) Mazda Motor Corporation, menyempatkan diri hadir dan bercerita kepada Agus Raharjo dan Hiru Muhammad soal kiprah Mazda di Tanah Air.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Foto:Hiru Muhammad/Republika

Bagaimana Mazda melihat pasar di Indonesia?

Sebagai produsen otomotif asal Jepang, Mazda berbeda dengan pabrikan lain yang memiliki volume besar di Indonesia. Mazda hadir sebagai pabrikan yang memproduksi mobil dengan target market sangat spesifik. Yaitu, berada di segmen dengan market yang sangat kecil, di kelas menengah atas.

Berbeda dengan pabrikan lain yang mengejar jumlah penjualan yang besar, Mazda justru menempatkan diri sebagai pabrikan yang bermain pada level konsumen tertentu. Ini adalah semangat yang ingin ditularkan Mazda pada konsumennya di seluruh dunia. Yaitu, memberikan kesenangan ketika berkendara, seperti kesenangan anak kecil ketika bermain dengan mobil mainan, Zoom-Zoom.

Pada dasarnya strateginya sama di setiap tempat, seperti yang saya katakan dalam pidato saya, pekerjaan rumah (PR) Mazda saat ini adalah untuk memaksimalkan brand Mazda. Pada proses penguatan brand Mazda ini, Mazda ingin terjadi peningkatan hubungan dengan konsumen lebih intim. Mazda mampu menjadi pilihan konsumen karena mereka mengerti soal Mazda, produk-produk kami. Dengan strategi ini, di manapun lokasinya, negaranya, tidak berbeda. Karena strategi inilah yang diambil Mazda saat ini untuk memperbaiki nama brand, menciptakan hubungan dengan konsumen supaya konsumen merasa dekat dengan Mazda, dan ini dilakukan di seluruh dunia. Bukan hanya di negara berkembang seperti di Indonesia.

Menurut saya, apa yang terjadi di Indonesia saat ini mengingatkan saya pada kondisi di Jepang sekitar tahun 1965. Saat itu, Jepang mengalami fenomena yang kurang lebih sama seperti di Indonesia. Yaitu, sebagian besar masyarakat belum memiliki mobil. Di Jepang saat itu yang paling laku adalah mobil dengan kapasitas mesin kecil. Saat itu, juga menjadi awal kemunculan mobil nasional Jepang.

Tapi, setelah beberapa tahun kondisi perekonomian di Jepang mulai membaik, penghasilan masyarakat meningkat. Dengan penghasilan yang meningkat, mereka memiliki impian untuk memiliki mobil dengan fasilitas yang lebih dan dengan CC yang lebih besar. Artinya, mereka menginginkan mobil dengan harga yang lebih mahal dari sebelumnya.

Dengan kondisi perekonomian yang membaik dan pendapatan masyarakat meningkat, memungkinkan untuk merealisasikan keinginan konsumen untuk meningkatkan segmen mobil yang diinginkan. Hal ini membuat konsumen mengalami pergeseran dan mulai memasuki segmen mobil lebih ke atas dan mobil dengan CC lebih besar. Dengan apa yang terjadi di Jepang waktu itu, kemungkinan juga akan terjadi di Indonesia pada masa depan. Di mana market akan tumbuh lebih besar lagi seiring dengan meningkatnya pendapatan dari penduduk Indonesia. Saya percaya pembeli pertama mobil di Indonesia saat ini adalah membeli mobil LCGC, tapi setelah ada perubahan tingkat pendapatan, maka akan ada pergeseran market konsumen pada segmen mobil.

Apakah ada kendala yang dihadapi Mazda dalam membangun brand di setiap negara?

Filosofi Mazda adalah untuk memperkaya kehidupan konsumen. Ini adalah konsep dasar komunikasi Mazda pada semua konsumen. Tantangannya adalah bagaimana mengomunikasikan konsep ini secara berbeda di setiap negara. Karena di setiap negara memiliki keunikannya masing-masing. Kami pikir Mazda memiliki konsep fundamental sebagai inti strategi untuk meningkatkan brand, yaitu ‘sustainable zoom-zoom’. Bagaimanapun untuk mengomunikasikan konsep ini agar dapat dimengerti secara baik oleh masyarakat di setiap negara berbeda-beda.

Kami menciptakan slogan agar Mazda dapat berkomunikasi dengan konsumen di tiap negara. Di Jepang, misalnya, slogannya ‘be a drive’ menjadi konsep komunikasi kita dengan konsumen di sana. Di Indonesia ‘be alive’, di Thailand ‘be have convention’, di Afrika Selatan ‘impossible makes possible’. Jadi, seperti yang saya katakan, slogan-slogan ini adalah untuk mempermudah komunikasi antara Mazda dan konsumen. Slogan bisa berbeda-beda, tapi tujuannya satu, yaitu memberi pesan bahwa Mazda ingin menjadi bagian dari kehidupan konsumen.

Anda tadi mengatakan slogan zoom-zoom, apa artinya itu?

Zoom-zoom itu seperti sebuah semangat. Itu adalah ekspresi seorang anak ketika bermain mobil. Menunjukkan emosi pada sebuah mobil.

Bagaimana Mazda Motor Corporation memandang Indonesia sebagai market?

Mazda global melihat sama seperti yang semua orang tahu bahwa Indonesia memiliki populasi sebanyak 240 juta orang, dan ini adalah populasi yang sangat besar. Selain itu, di tahun terakhir, atau dilihat dari tahun ke tahun, perekonomian di Indonesia terus tumbuh. Mazda global melihat pada seluruh aspek yang ada di Indonesia. Negara ini menjadi salah satu market yang paling penting dan akan terus tumbuh pada masa mendatang, juga bagi pertumbuhan Mazda di masa depan. Berdasarkan apa yang kami percaya, market di Indonesia memiliki keunikan tersendiri dibandingkan market otomotif negara lain. Yaitu, market terbesar justru berada di segmen low multi purpose vehicle (LMPV).

Bagaimana prospek Skyactive Diesel di Indonesia?

Kami sangat ingin sekali membawa teknologi skyactive diesel ke Indonesia. Tapi, saya pikir kita memiliki permasalah di tingkat kualitas bahan bakar yang tidak sesuai dengan standar minimum yang dibutuhkan skyactive diesel. Mesin skyactive diesel membutuhkan kualitas bahan bakar di Euro 4, sedangkan kualitas bahan bakar solar di Indonesia masih standar Euro 2. Bukan hanya bagi Mazda, tapi bagi produsen lainnya bahwa tingkat kualitas bahan bakar diesel di Indonesia masih sangat rendah.  Kita berharap ke depannya Indonesia memiliki bahan bakar diesel yang lebih bagus. Misalnya, standarnya sudah menjadi Euro 4. Kami akan senang hati memberikan kesenangan berkendara bersama skyactive.

Bagaimana pasar otomotif di Indonesia ke depan menurut Anda?

Saya percaya dalam waktu 3 sampai 5 tahun ke depan, pasar otomotif di Indonesia akan berkembang dengan pesat. Karena, adanya populasi produktif yang akan memasuki generasi selanjutnya. Market mobil untuk segmen mobil mahal akan meningkat dalam waktu itu, ini berbeda dengan kondisi market saat ini yang lebih dominan di market LMPV. Saat ini, sebagian besar masyarakat lebih menginginkan mobil dengan harga yang murah. Ketika Anda menjadi orang yang sudah kaya, Anda pasti akan menginginkan sebuah mobil yang lebih mahal. Dengan demikian, segmen mobil murah saat ini akan menjelma menjadi segmen mobil yang lebih meningkat. Itu akan terjadi dalam 3 sampai 5 tahun yang akan datang.

Tipe mobil apa yang akan dominan?

Ini adalah pertanyaan yang sangat sulit untuk kami jawab di Mazda. Secara personal kita menganggap segmen mobil yang lebih tinggi yang akan berkembang karena kami memiliki line up di segmen itu. ed: hiru muhammad

***

Membidik Segmen Khusus

Adanya regulasi dari pemerintah tahun lalu soal mobil low cost green car (LCGC) membuat segmen LCGC menjadi hidup di market otomotif Indonesia. Mazda memiliki standar dalam membuat dan membentuk mobil yang dapat menjawab keinginan dari konsumen. Sejak adanya regulasi LCGC dengan segala peraturan yang mengiringinya, akan sangat sulit untuk merealisasikan standar mobil yang LCGC inginkan untuk menjawab slogan zoom-zoom bagi masyarakat.

Karena, ada beberapa perangkat yang mengharuskan mobil LCGC ini diproduksi dengan harga yang murah. Pihaknya tidak yakin Mazda dapat memberikan produk yang tetap sesuai dengan semangat Mazda seutuhnya yang memiliki elemen zoom-zoom ini. Sebab, Mazda sudah memiliki standar sendiri untuk memproduksi sebuah mobil.

Sangat sulit mengaplikasikan mobil LCGC pada teknologi yang sudah diterapkan Mazda. Karena, Mazda sudah memiliki teknologi skyactive yang menggunakan direct injection. Sedangkan untuk mobil LCGHC masih menggunakan mesin tradisional untuk mengejar aturan harga murah dari pemerintah Indonesia. Mazda hanya fokus pada peningkatan teknologi skyactive ini bukan kembali menggunakan engine tradisional.

Sebuah perusahaan bisnis umumnya dibuat untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya. Ketika berbicara tentang industri otomotif, tidak lepas dari seberapa banyak produk mobil yang diproduksinya diterima oleh konsumen. Ukuran besarnya volume produksi akan mengikuti besarnya volume mobil yang terjual. Hal itu dikaitkan dengan pasar konsumen yang akan dibidik. Semakin besar volume mobil yang laku, semakin besar pula keuntungan nominal uangnya.

Indonesia menjadi pasar yang bagus diincar pabrikan otomotif global. Saat ini, pabrikan dari Jepang memang masih mendominasi pasar mobil di Tanah Air ini. Pabrikan asal Jepang, seperti Honda, Toyota, Daihatsu, Suzuki, dan Mitsubishi adalah contoh kendaraan yang berlomba mengejar segala segmen konsumen yang ada di Indonesia. Tapi, pabrikan Mazda memiliki catatan khusus dalam menjalankan bisnis mobilnya di Indonesia.

Mazda Motor Corporation tetap berpegang pada prinsip dan standar perusahaan untuk mengedepankan kesenangan berkendara dengan teknologi mutakhir. Hasilnya, Mazda hanya membidik segmen market terbatas konsumen di Indonesia. Mazda tidak terpengaruh pada iming-iming regulasi pemerintah untuk membuat mobil low cost green car (LCGC) di Indonesia.

Bagi Mazda, mobil LCGC merupakan mobil yang harus menurunkan standar Mazda sebagai pabrikan dalam membuat mobil. Meski dengan mengikuti regulasi pemerintah dan menciptakan mobil LCGC, Mazda berpeluang untuk ikut menikmati  pasar baru mubil murah yang saat ini sedang naik daun. Mazda bergeming dan tetap fokus pada target sasaran pasar yang dibidiknya. Mazda tidak mementingkan volume yang besar pada produksi kendaraan, tapi fokus bagaimana menjawab keinginan konsumen serta memuaskan mereka dengan produk yang memiliki fitur lengkap.

Bagi Mazda, mobil LCGC memang naik daun di market Indonesia. Namun, permintaan mobil dengan CC 1.000 di market dunia sangat kecil dibandingkan dengan permintaan mobil dengan CC antara 1.200 sampai 1.500. Mazda mengakui sebagai pabrikan Jepang, dia berbeda dengan pabrikan Jepang lainnya yang memiliki volume market sangat besar. Mazda hanya memiliki pasar kecil di segmen khusus menengah atas. Mazda lebih senang jika disejajarkan dengan pabrikan otomotif premium Eropa yang juga menyasar target market spesifik di kelas atas. Mereka juga tidak membuat LCGC seperti Mazda, mereka juga memiliki target segmen yang spesifik meskipun kecil.

 

Bila dibandingkan dengan produsen lain, seperti Honda dan Toyota, Mazda relatif menjadi produsen dengan market yang kecil. Mazda tidak mementingkan volume yang besar pada produksi kendaraan, tapi fokus bagaimana menjawab keinginan konsumen serta memuaskan mereka dengan produk yang memiliki fitur-fitur yang lengkap.

Mazda tidak mengejar volume yang besar seperti produsen otomotif Jepang lainnya, tapi kita memiliki dasar bisnis untuk memberi kesenangan dan kepuasan berkendara. Serta ingin dapat memberikan kenyamanan dan kesenangan dalam berkendara sesuai dengan semangat Mazda untuk memberikan kendaraan yang utuh dengan kesenangan bagi konsumen. rep:agus raharjo ed: hiru muhammad

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement