Matahari sudah mulai kembali ke peraduannya, tapi sejumlah pengunjung Jakarta Fashion Week (JFW) 2016 tak kunjung berkurang. Pengunjung di Senayan City (Sency) Jakarta justru bertambah, termasuk saat dimulainya "Hype Street Fashion", Selasa (25/10).
Dalam ajang tersebut, pagelaran fashion menghadirkan karya sejumlah merek lokal dengan mengedepankan street fashion. Mereka antara lain ANYE by Agnez Mo, Apparel After Dark, HAY United, dan Monstore.
CEO Sency Veri Y Setiady mengatakan, street fashion diangkat berdasarkan tren yang berkembang saat ini di masyarakat. "Banyak yang memilih tren koleksi ready to wear yang kasual," ujar Veri. Bukan hanya nyaman, melainkan koleksi ini tetap mengutamakan kualitas material, yang dapat digunakan sehari-hari oleh berbagai lapisan usia.
Tren tersebut tentu memancing banyak brand lokal yang terpicu untuk menghadirkan tema yang sama. Itulah sebabnya Veri yakin untuk mengumpulkan sejumlah merek lokal di JFW 2017. "Kami berharap akan semakin banyak pemerhati fashion, yang mencintai produk dari desainer dalam negeri untuk mendorong majunya industri fashion Tanah Air," kata dia menambahkan.
Apparel After Dark (AAP) merupakan salah satu merek lokal, yang berkesempatan menampilkan koleksinya di JFW. Balutan busana AAD digarap desainer lulusan Whitehouse Institute of Design Australia, Amelia Bunyamin. "Ini adalah show pertama saya," kata Amelia yang saat ini berusia 24 tahun tersebut.
Amelia mengaku, mempersiapkan keterlibatannya di JFW bersama tim selama dua bulan. Dengan biaya secukupnya, dia berhasil menciptakan 30 busana di gelaran pekan mode terbesar se-Asia Tenggara tersebut.
Soal rancangannya, menurut dia, AAD mewujudkan perpaduan gaya street wear dan sport wear. Setiap koleksinya tidak memerlukan banyak detail pada potongannya. Namun, dia tak meninggalkan ciri penting di setiap bahan yang digunakan agar tak lekang waktu dan bisa dikenakan di berbagai kesempatan.
Secara keseluruhan, konsep yang disajikan pada busana Amel lebih ke revival. Dengan kata lain, dia ingin menunjukkan sisi perjuangan jatuh-bangun hidup manusia. Hal ini terbukti dengan gaya busana Amel yang menyelipkan sisi robekan, siluet, dan pola pakaian tentara. "Saya sengaja memperlihatkan sisi struggle human-nya," kata dia.
Untuk bisa mendapatkan busana karya Amel, para konsumen dapat berbelanja lewat daring dan link-link AAD, seperti HYPERLINK http:www.apparelafterdark.com/;
www.apparelafterdark.com/; dan @apparelafterdark pada media sosial Instagram. "Ke depan, saya berharap bisa tampil di tingkat internasional nantinya."
Selain AAD karya Amel, kolekis ANYE yang didesain oleh Agnez Mo ikut meramaikan gelaran tersebut. Koleksi ini menampilkan gaya street style ala 1990-an dengan warna rose gold. Kunci koleksi ini lebih pada detail sabuk berukuran panjang, jaket satin bomber berukuran besar, jeans yang robek, lengan dengan ukuran panjang, dan turtleneck long-tshirt.
Kemudian, HAY United lebih dikhususkan kepada pribadi yang aktif. Hal ini ditunjukkan dengan sentuhan gaya edgy, stylish, dan penuh gaya. Merek lokal ini menghadirkan busana olahraga serbaguna, yang memang terinspirasi dari gaya hidup masyarakat perkotaan New York.
Merek Monstore juga mendapatkan peluang untuk menampilkan pakaian dan aksesoris yang berkualitas tinggi. Tidak hanya memperlihatkan sisi bagusnya tapi perancang juga mencoba menunjukkan cerita di balik desain yang dihasilkan juga.
Monstore sendiri merupakan perusahaan retail gaya hidup yang dimulai pada 2009 lalu. Retail ini berfokus pada seni atau wearable art pada pakaian dan aksesori dengan kualitas tinggi. rep: Wilda Fizriyani, Sri Handayani, ed: Dewi Mardiani
***
Target Pasar ke Asia Tenggara
Panggung Jakarta Fashion Week (JFW) 2016 menghadirkan ruang khusus bagi marketplace fashion asal Malaysia, FashionValet. Laman daring ini menjual pakaian, sepatu, aksesori, hingga produk kecantikan di Asia Tenggara.
FashionValet didirikan pada 2010 oleh pasangan suami istri Fadzaruddin Anuar dan Vivy Yusof. Di tahun 2016, portal e-commerce ini mampu mewadahi lebih dari 400 merek dan warehouses di tiga negara, yaitu Malaysia, Indonesia, dan Singapura.
Salah satu keunikan yang membuat Vivy yakin akan dapat menguasai pasar fashion e-commerce adalah dukungannya kepada para desainer lokal. Hingga saat ini, telah ada 150 brand lokal Indonesia yang memasarkan produknya di FashionValet. "Kami membantu distribusi, melakukan photoshoot, dan servis lain untuk desainer lokal. Sekali brand itu masuk, kami blast. Ada yang mulanya dengan FashionValet, sekarang sudah banyak kedai (baca: toko)," kata Vivy seusai di Jakarta, Rabu (26/10).
Vivy mengaku, tak begitu menekankan kuantitas merek lokal yang bergabung di FashionValet. Ia lebih menitikberatkan pada kualitas produk yang ditawarkan. Vivy juga menekankan pentingnya konsistensi dan keberlanjutan usaha. "Kami tidak ingin dia masuk, habis itu senyap. Kami ingin bekerja dengan desainer yang sungguh-sungguh," kata dia.
FashionValet juga membuka dua toko fisik, masing-masing di Orchad Road, Singapura dan di Kuala Lumpur, Malaysia. Itu dilakukan, kata dia, karena FashionValet menargetkan pasar yang bersifat umum. Selain menjual produk-produk baju Muslim, ia juga memasarkan baju-baju yang bisa dipakai oleh semua kalangan, misalnya pakaian dalam dan baju renang.
Salah satu dukungan yang ditunjukkan oleh FashionValet adalah keterlibatannya di JFW yang khusus menampilkan dua desainer lokal Indonesia, yaitu Schmiley Mo dan Kami Idea. Vivy juga membawa desainer lokal Malaysia, Raja Nadia Sabrina dengan merek Aere.
Diana Rikasari dari Schmiley Mo memulai kariernya sebagai blogger. Ia memulai debutnya di Kuala Lumpur Fashion Week (KLFW) 2016 Agustus lalu. Keunikan pola dan patches yang dipadukan dalam setiap koleksi busananya, membuat Schmiley Mo memiliki warna tersendiri dalam dunia fashion.
Kali ini Diana juga akan menampilkan pakaian kasual dengan kesan bahagia. Di JFW, merek ini menyuguhkan nuansa tropis dengan sentuhan bohemian pada setiap pakaiannya dari bahan jeans dan twill. "Ada banyak warna pasir, sun, akan ada kaktus, bunga, dan ada kesan bohemian," kata dia.
Founder Kami Idea, Istafiana Candarini mengaku, usahanya berkembang dengan kerja sama FashionValet. Sejak berdiri pada 2009, kini usaha yang diawali dari berjualan aksesori ini telah memiliki delapan outlet di Indonesia dan dua di Malaysia dan Singapura.
Kali ini mereka membawakan koleksi dengan nuansa warna dingin. "Ada motif-motif dinding. Itu adalah apartemen kami. Jadi walau terkesan sedih, sebenarnya itu menjadi pengingat bahwa kita tidak boleh kesepian. Karena di luar sana ada dukungan dari orang tua dan orang-orang yang kita cintai," kata perempuan yang akrab disapa Irin tersebut.
Sementara itu, Sabrina dengan merek Aere menekankan nuansa cinta dalam koleksinya. Nuansa itu didominasi warna cerah dan garis tebal berekspresi artistik. Koleksi ini terdiri atas pakaian yang mudah dipadupadankan, bebas perawatan, dan laid back pieces yang cocok untuk liburan. ed: Dewi Mardiani