Jumat 03 Oct 2014 15:00 WIB
Kabar dari Incheon

Bukan Sekadar Tempat Ibadah

Red:

Bangunan lima lantai itu berdiri megah di salah satu sudut Kota Ansan, tepatnya di Gyeonggi-do, Ansan-si, Danwon-gu, Wongok-do 714-5. Di ujung atas bangunan itu terdapat sebuah kubah berukuran tidak lebih dari 10 meter. Kubah berwarna emas dan sebuah lafaz "Allahu Akbar" yang terdapat di bagian atas gedung itu, menjadi tanda gedung ini merupakan tempat ibadah untuk para Muslim.

"Ansan Masjid & Islamic Center" yang tertera di bagian depan gedung itu menjadi penanda tambahan fungsi bangunan tersebut. Secara khusus, pengurus masjid, terutama yang khusus dari Indonesia, menamakan masjid mereka Sirothol Mustaqim. Di tempat inilah dakwah, syiar, dan lokasi tempat para penganut Islam berpusat. Tetapi, ternyata fungsinya lebih dari sekadar tempat ibadah.

Di tempat ini pula, sejumlah tenaga kerja Indonesia (TKI) yang tengah mengganggur ditampung untuk bisa sekadar melanjutkan hidup di tanah orang. Kondisi inilah yang tengah menimpa dua TKI asal Brebes, Idris dan Zulhar. Sejak kontraknya selama satu tahun di sebuah pabrik suku cadang kendaraan bermotor selesai pada akhir bulan lalu, Idris dan Zulhar memilih untuk tinggal sementara di Masjid Ansan.

Kini, mereka tengah menunggu panggilan dari Dinas Tenaga Kerja setempat terkait perusahaan-perusahaan di Korea Selatan yang tengah membutuhkan tenaga kerja baru. Kepala pengurus Masjid Sirothol Mustaqim, Dwi Cahyono (33 tahun), menjelaskan, lantai empat gedung tersebut memang sengaja disiapkan khusus untuk para pendatang asal Indonesia. Selain untuk tempat shalat, di lantai seluas sekitar 10 meter persegi itu juga terdapat sebuah kamar yang ditempati pengurus masjid dan TKI yang tingggal sementara.

"Setidaknya, kami bisa sedikit memberikan bantuan kepada teman-teman yang sedang menganggur hingga mereka bisa mendapatkan pekerjaan," ujar Dwi kepada Republika yang sengaja menyempatkan diri berkunjung ke Ansan pada sela-sela gelaran Asian Games ke-17 Incheon, Korea Selatan.

Namun, kondisi ini tidak dengan mudah bisa didapatkan pengurus Masjid Sirothol Mustaqim. Dwi menjelaskan, pada awal proses pengalihan status bangunan tersebut, pihak Indonesia bekerja sama dengan para pendatang Bangladesh yang sudah lebih dulu menyewa tempat tersebut dan menjadikan lokasi itu sebagai masjid.

Pada awalnya, pihak Bangladesh tidak memperbolehkan lokasi tersebut sebagai tempat menginap. Namun, setelah berjalan negosiasi yang cukup panjang, pihak Bangladesh akhirnya mau menerima kondisi tersebut. Ini tidak terlepas dari besarnya sumbangan pendanaan untuk bisa membeli gedung itu secara permanen.

"Setidaknya, kami memberikan dana sebesar 400 juta won (Rp 4,5 miliar) dari 600 juta won (Rp 7 miliar) yang dibutuhkan. Akhirnya, kami bisa menempati lokasi dan ikut memakmurkan masjid ini," lanjut pria asal Ponorogo, Jawa Timur, yang bekerja sebagai buruh di salah satu pabrik penyedia alat-alat pemadam kebakaran tersebut.

Sebelumnya, pihak pengurus Masjid Sirothol Mustaqim harus menyewa bangunan yang berada sekitar dua kilometer dari lokasinya sekarang. Lokasi itu dianggap terlalu jauh dari pusat Kota Ansan yang memang terkenal dengan banyaknya orang Indonesia. Kini, Masjid Ansan dan Islamic Center, ungkap Dwi, menjadi masjid terbesar di Kota Ansan dan diklaim sebagai masjid terbesar ketiga di seluruh Korea Selatan.

Tidak hanya memberikan tempat untuk bermalam, pengurus Masjid Sirothol Mustaqim dan Islamic Center juga memberikan makanan kepada para TKI yang tengah mengganggur. Sumber dana pembelian makanan tersebut didapatkan dari sumbangan para TKI yang bekerja di sekitar Ansan. Selain itu, ada pula pendanaan yang berasal dari koperasi yang menyediakan berbagai peralatan shalat.

Mi instan atau makanan khas Indonesia, seperti telur balado ataupun tumis pare, bisa didapatkan dengan mudah di tempat itu. Jadwal memasak pun sudah diatur di antara mereka. Jika sudah waktunya makan, mereka secara bersama-sama makan di atas sebuah nampan besar. "Seperti di pondok-pondok (pondok pesantren) di Indonesia," kata pria asal Lombok yang dipanggi Mas Dar.

Kebersamaan, solidaritas, dan bantuan yang ditunjukkan para pengurus masjid Sirothol Mustaqim memiliki nilai dan makna ibadah tersendiri. Di tempat ini, pahala rasanya tidak hanya diraih lewat shalat dan ibadah-ibadah ritual lainnya, tetapi juga lewat memberikan bantuan kepada saudara sesama Muslim.

rep:reja irfa widodo ed: fernan rahadi

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement