Sabtu 22 Oct 2016 12:00 WIB

Ketika Iseng Berbuah Emas

Red:

BANDUNG  Santi Supartini (37 tahun) awalnya hanya iseng-iseng mengikuti ajakan temannya untuk bermain boling. Namun, siapa sangka, keisengan itu akhirnya mengantarkan penyandang tunanetra tersebut menjadi pahlawan Jawa Barat (Jabar) dalam Pekan Paralimpiade Nasional (Peparnas) XV Jabar.

Santi berkisah, ia diperkenalkan olahraga boling oleh seorang temannya pada 2014. Santi yang sebelumnya mengaku tidak menyukai olahraga apa pun, akhirnya kepincut dengan boling.

Enggak su ka olahraga. Saya dulu enggak punya olahraga favorit, katanya, Jumat (21/10). Merasa senang dengan permainan boling, Santi akhirnya memutuskan menekuni cabang olahraga tersebut. Sebelum menjadi atlet Paralimpiade Jabar, ia mengeluarkan kocek sendiri untuk berlatih. Maklum, boling merupakan olahraga yang membutuhkan modal.

Saat itu, Santi hanya bisa latihan seminggu sekali. Dalam perjalanannya, Santi mengikuti beberapa kejuaraan dan keluar sebagai juara. Berbekal prestasi tersebut, Santi memberanikan diri untuk mengikuti seleksi atlet Perparnas Jabar. Saya mencoba terus sampai lolos, katanya. Berkat kegigihannya, dia pun terpilih menjadi sa lah satu atlet boling Jabar.

Ia pun masuk pelatihan daerah selama enam bulan dan dikarantina. Perjuangannya tak sia-sia. Santi berhasil meraih dua emas dan dua perak untuk Jabar. Santi menyumbang emas Jabar untuk kategori tunggal dan ganda.

Sedangkan perak diraih di kategori trio dan all event. Sebagai tunanetra, bermain boling bukanlah hal mudal. Santi harus hafal posisi setiap pin. Jika lemparanya menyisakan pin, Santi pun harus bertanya kepada orang yang bisa melihat berapa jumlah pin yang masih tersisa. Santi masuk ke divisi TPB2 dengan penglihatan tiga meter. Kita nanya pin berapa saja yang masih tersisa.

Kadang-kadang juga nanya ke teman-teman tu nadaksa. Dikasih tahu lemparan saya misalnya cenderung ke kanan jadi harus seperti apa, ka ta Santi menegaskan. Tidak hanya harus menghafal posisi pin, Santi juga harus menghitung langkah sebelum melepar bola. Biasanya butuh empat langkah sebelum melempar bola.

Kalau (atlet) normal kan bisa lihat arrow, kalau yang tunanetra harus hitung empat langkah kedepan, main feeling juga sih sama orientasi lapangan, ujarnya. Santi sangat bersyukur bisa berprestasi dan meraih emas walaupun baru dua tahun menekuni boling. Ia semakin bersyukur karena bisa me nga lahkan para seniornya saat bertanding di nomor tunggal.

Namun, Santi mengakui bahwa kemenangan itu juga karena dibantu adanya handicap.       rep: Lintar Satria Zulfikar, ed: Satria Kartika Yudha

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement