Jumat 16 Sep 2016 15:00 WIB

Terjun Bebas di Nusawiru

Red:

Cabang olahraga (cabor) terjun payung diselenggarakan di Bandara Nusawiru, Kecamatan Cijulang, Kabupaten Pangandaran. Bandara Nusawiru diresmikan pada tahun 1996. Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Barat (Jabar) diamanatkan sebagai pengelolanya.

Koordinator Pengelola Bandara Nusawiru dari Dinas Perhubungan Jabar Hendra Gunawan menyampaikan, dipilihnya Bandara Nusawiru untuk kejuaraan nasional terjun payung dan sekolah penerbang sangat cocok. Lalu lintas udara di sekitar Nusawiru cukup sepi sehingga cocok untuk siswa penerbang maupun untuk kegiatan terjun payung.

"Banyak yang menilai kondisi alam di sekitar bandara sangat cocok untuk kegiatan terjun payung," kata Hendra.

Landasan pacu (runway) Bandara Nusawiru untuk lepas landas dan mendarat pesawat memiliki panjang 1.400 meter dan lebar 30 meter. Ukuran ini cocok digunakan pesawat berukuran kecil seperti Cessna Grand Caravan.

Taxiway yang menghubungkan runway dengan apron (tempat parkir pesawat) berukuran 100x25 meter. Sementara, Apron berukuran 150x60 meter.

Menurut Hendra, untuk kebutuhan PON XIX kondisi Nusawiru saat ini sudah mencukupi. Ke depan, akan ada pembangunan landasan pacu baru yang lebih panjang dan lebar agar bisa digunakan pesawat-pesawat berukuran besar. Seiring bertambah majunya Kabupaten Pangandaran, Nusawiru pun akan semakin ramai.

Bandara dan kemajuan daerah setempat, kata dia, harus saling menopang. Sebab, tidak bisa berjalan sendiri-sendiri. Perekonomian di suatu daerah akan terdorong dengan kehadiran bandara. Begitu pula sebaliknya, bandara akan hidup dengan ditopang kemajuan daerah.

Sementara itu, sebagian atlet terjun payung sudah berlatih sejak pekan lalu di Nusawiru. Menurut KONI Kabupaten Pangandaran, akan ada sekitar 90 atlet terjun payung. Selain itu, ada 210 panitia pelaksana venue terjun payung dan 45 personel ofisial.

Manajer Tim Terjung Payung Provinsi Jabar, Benny Gumilar, mengatakan, berdasarkan jadwal, latihan resmi akan dilaksanakan pada 17 September 2016. Seluruh kontingen pada hari itu diberikan waktu untuk latihan bersama-sama.

Pada 18 September 2016, dilakukan pembukaan venue terjun payung. Perlombaannya akan dilaksanakan pada 19-28 September 2016. "Jika cuaca bagus dan tidak ada gangguan teknis pada pesawat, penyelenggaraan cabor terjun payung akan sesuai jadwal yang direncanakan," katanya.

Pada cabor ini, ada 13 provinsi yang akan bertanding. Di antaranya, Aceh, Riau, Sumatra Selatan, Lampung, Kalimatan Barat, Kalimantan Timur, Jakarta, Banten, Jabar, Jawa Tengah (Jateng), Yogyakarta, Jawa Timur (Jatim), dan Sulawesi Utara.

Ada enam nomor yang akan dipertandingkan dalam cabor ini, yaitu pertama nomor ketepatan mendarat beregu untuk putra. Kedua, nomor ketepatan mendarat beregu untuk putri. Di nomor ini setiap tim menurunkan lima orang penerjun.

Ketiga, nomor ketepatan mendarat perorangan untuk putra. Keempat, nomor ketepatan mendarat perorangan untuk putri. "Pada nomor ketepatan mendarat beregu dan perorangan, para penerjun diterjunkan dari ketinggian 3.500 kaki," ujar Benny.

Kelima, nomor kerja sama di udara. Di nomor ini, setiap tim juga menurunkan lima orang penerjun. Mereka akan diterjunkan dari ketinggian 10.000 kaki. Dan, keenam, nomor kerja sama antarparasut. Setiap tim menurunkan tiga orang penerjun di nomor ini. Mereka akan diterjunkan dari ketinggian 7.500 kaki.

Para penerjun akan diterbangkan oleh pesawat CN295 milik TNI AU. Pesawat milik TNI AU juga didukung dua pesawat dari Persatuan Penerbangan Alfa Indonesia (PPAI). Yakni, pesawat Dornier D28 dan Cessna 185.

Provinsi Jabar, dikatakan Benny, akan menerjunkan 13 atlet putra dan lima atlet putri. Tim Jabar ikut semua nomor, dan diperkirakan tim dari Aceh akan menjadi lawan terberat. Mereka pun mengirimkan atletnya untuk ikut di semua nomor yang dipertandingkan.

"Kemampuan atletnya rata-rata sama dengan kempauan atlet tim Jabar," ungkapnya. rep: Fuji Eka Permana ed: Friska Yolandha

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement