Senin 08 Sep 2014 12:00 WIB

Sejarah Kei Nishikori

Red:

Tak sia-sia sejumlah penggemar tenis di Jepang begadang untuk menyaksikan semifinal tunggal putra AS Terbuka 2014 yang mempertemukan Kei Nishikori dengan Novak Djokovic pada Ahad (7/9) dini hari. Tiga jam menahan kantuk dan mulut terus menguap terbayar dengan sukacita yang sulit dilukiskan. Nishikori, petenis asal Negeri Matahari Terbit, itu berhasil menaklukkan Djokovic, 6-4, 1-6, 7-6(4), dan 6-3, untuk melaju ke partai final.

Pria 24 tahun ini menggoreskan sejarah sebagai pria Jepang sekaligus petenis putra asal Asia pertama yang lolos ke final grand slam.

"Mengagumkan, sungguh luar biasa pada momen dia memenangkan pertandingan. Saya tidak bisa memercayainya," kata Toshiyuki Hasegawa yang bergadang semalaman untuk menyaksikan live streaming pertandingan ini seperti dikutip New York Times.

Hasegawa terpaksa mengecilkan suara yang timbul dari lapangan Arthur Ashe, tempat duel berlangsung. Sebab, ia tinggal di apartemen yang padat penghuni di Tokyo. Akan tetapi, saat Nishikori dipastikan meraih kemenangan, tepat pukul 04.00 waktu Tokyo, Hasegawa tak bisa menahan diri. Volume dari komputernya ia kencangkan. "Kami belum pernah punya petenis putra di level atas dunia," kata dia. Kemenangan Nishikori menjadi perhatian media-media Jepang. "Nishikori menaklukkan unggulan nomor satu dan lolos ke final bersejarah," tulis kantor berita Jiji Press dalam berita kilas. "Prestasi yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk Jepang," sebut pembawa acara televisi NHK.

Euforia di media sosial tak ketinggalan. "Saya bangun untuk mengetahui bahwa Kei Nishikori telah mengubah sejarah," tulis @knbn14, dari Musashino, Jepang, di Twitter. "Saya akan memberikan nama anak saya Kei nanti," tulis @26Cheers, seorang mahasiswa ekonomi di Kobe.

Namun, yang paling heboh tentunya terjadi di Matsue, Shimane, tempat Nishikori lahir. Sebanyak 300 fans tenis lokal berkumpul di sebuah hotel dan menyaksikan pertandingan di layar lebar. Masaki Kashiwagi yang pernah menangani Nishikori saat masih kecil tak mampu menahan air mata harunya. "Saya penuh emosi," kata dia kepada NHK. "Saya ingin dia menang sekali lagi dan menjadi juara grand slam."

Nishikori telah meninggalkan Jepang sejak satu dekade lalu. Ia tinggal di Florida untuk berlatih di akademi Nick Bollettieri. Setelah terjun di dunia profesional, dia berada di bawah polesan tim pelatih yang di dalamnya ada mantan petenis AS berdarah Cina, Michael Chang. Saat masih di akademi Bollettieri, dia diberi julukan Project 45 sebagai referensi tujuan awalnya terjun di dunia tenis profesional. Nishikori ditargetkan melewati peringkat tertinggi yang pernah dicapai petenis Jepang, Shuzo Matsuoka, pada 1992. Ketika itu, Matsuoka mencapai peringkat 46.

Ia mencapai tujuan itu empat tahun lalu pada usia 20 tahun. Sejak itu, ia tidak pernah mundur dan terus merangkak naik. Saat tampil pada semifinal AS Terbuka, dia berada di posisi ke-10 dunia.

Rasa tak percaya bisa menembus final masih menghinggapi Nishikori. "Saya tidak tahu apa yang sedang terjadi. Ini perasaan yang menakjubkan. Benar-benar menakjubkan. Terlebih, berhasil mengalahkan petenis nomor satu. Saya sangat senang," ungkap Nishikori.

Sebenarnya, Nishikori baru sembuh dari cedera setelah menjadi runner-up Madrid Terbuka pada Mei, dikalahkan Rafael Nadal pada final. Saat kembali ke lapangan, ia malah tampil maksimal dan menuliskan sejarah.

Kiprah Nishikori di AS Terbuka akan paripurna apabila mengalahkan petenis kejutan lainnya, Marian Cilic, pada final. Cilic menaklukkan unggulan kedua sekaligus pemegang lima gelar AS Terbuka, Roger Federer, pada semifinal. Ia menang 6-3, 6-4, dan 6-4. Final AS Terbuka 2014 ini seolah mengulangi Grand Slam Australia Terbuka 2005. Pada saat itu, Marat Safin yang mengalahkan Roger Federer maju ke final menantang Lleyton Hewitt yang mengandaskan Andy Roddick pada babak semifinal. rep:c56/c61 ed: Israr Itah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement