Kamis 29 Mar 2012 10:43 WIB

Memintal Benang Kesetiaan

Ilustrasi
Ilustrasi

Ribuan kilo telah terlalui dengan langkah tertatih-tatih.

Bahkan mungkin ratusan juta jejakku telah tertancap pekat.

Dalam menunggu sebuah kata teramat sakti nan sakral.

Tentang ukiran cinta yang ingin kupajang abadi di sukma.

Raut wajah tirus masih menyimpan rahasia tersayat.

Mengais tautan hati yang sarat makna kesucian asmara.

Dawai-dawai sendu pun masih saja enggan berlalu.

Merangkaikan seribu satu cerita bernada sumbang.

Bukan kutakut pada tawaran rindu nan megah.

Kuhanya meragu dengan untaian elegi janji.

Kala tuturmu masih terpatah kufahami.

Melukiskan fatamorgana penuh kabut.

Ini serasa sebuah angin meniupkan bisikan dingin.

Menjelmakan kelu yang menyairkan kelabu.

Saat dentingan malam bergayut kekelaman.

Menyingkap kepiluan yang meromankan perih.

Usah tanyakan apa gambaran di balik jantungku.

Pun tanpa mengusiknya kau sudah tahu isinya.

Yang berusaha kututupi dengan pancaran riang.

Meski harus kusembunyikan semburat lara.

Fajar membangunkan dari hari yang melenakan.

Membukakan pintu paling dasar sudut hati.

Menyeruakkan pahatan bernuansa seni.

Bertahtakan ikrar nan membukit tinggi.

Detik ini juga kusisipkan benang-benang putih.

Kan kupintal menjadi kain cinta bersulam.

Yang sengaja kurajut lagi berhias pita keanggunan.

Lalu kuciptalah sebuah pakaian bernama kesetiaan.

Buang segala bimbang dan tiap kesahmu.

Bersama kita menaklukkan kerasnya bebatuan.

Cuma dengarkan bisikan yang tanpa dusta.

Paling mendasar dari dalam kalbumu.

Memintal benang kesetiaan.

Kulafazhkan dengan lamat-lamat.

Namun riak keyakinan menyertainya.

Seperti  aku sang periak waktumu tanpa jeda.

Sry Nova

Jalan Senangin no. 33 P.Siantar, Sumut 21131

Ibu rumah tangga, anggota grup kepenulisan yang semua anggotanya perempuan.

Rubrik ini bekerja sama dengan komunitas penulis perempuan

Women Script & Co

[email protected]

@womenscriptco

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement