Selasa 22 May 2012 15:55 WIB

Belajar di Rusia (2): Biaya Hidup di Rusia

Hanya saya seorang warga Indonesia di Kampus Timiryazev yang merupakan universitas pertanian terbaik di Rusia.
Foto: Ade Irma Elvira
Hanya saya seorang warga Indonesia di Kampus Timiryazev yang merupakan universitas pertanian terbaik di Rusia.

Bagaimana kehidupan saya di Russia? Sedangkan Abah sudah pensiun. Darimana saya makan? Apa cukup tabungan saya? Apakah bisa bekerja dengan visa pelajar? Pertanyaan yang sangat sederhana tetapi pembuktiannya sangat berat. Hampir tidak ada jawaban karena kalau saya hitung dari tabungan dan penghasilan kerja saya saat itu tidak cukup buat hidup tiga tahun di Russia.

Setelah ibu mengeluarkan pertanyaan yang berhubungan dengan ekonomi tersebut, saya langsung menghubungi teman-teman PERMIRA (Perhimpunan Mahasiswa Indonesia di Russia), mereka yang telah lebih dulu menjalani hidup di Russia. Mereka mengatakan bahwa biaya hidup di Russia mahal karena perbandingan kurs Rubel ke Rupiah sekitar Rp 312 - Rp 350 per 1 Rubel dan biasa teman-teman menghabiskan biaya sekitar Rp 3.000.000 per bulan sebagai biaya hidup.

Setelah saya jalani ternyata saya bisa menghemat setengah dari pengeluaran teman-teman, yaitu sekitar Rp 1.500.000,- sampai Rp 2.000.000,- sebulan. Kalau mencari pekerjaan di Russia dengan visa pelajar sulit, apalagi mahasiswa yang dalam tahap belajar bahasa itu jauh lebih sulit karena orang Russia selalu menggunakan bahasa Russia, mereka tidak akan peduli dengan bahasa lain selain bahasa Russia.

Pertama kali saya tiba di Russia juga kerepotan karena tidak ada yang megerti bahasa Inggris. Komandan kamar dan keamanan hanya mengerti bahasa Russia sedangkan teman sekamar saya mengerti bahasa Portugis karena mereka asal Anggola, lalu bahasa apa yang pertama sekali saya gunakan? Bahasa tubuh, kedengarannya memang lucu tetapi itulah sarana yang paling baik dalam 1 bulan pertama, selanjutnya saya harus menggunakan bahasa Russia walau itu berantakan.

Sekarang sudah 4 bulan saya di Russia dan sudah pindah kamar dengan mahasiswa Russia asal Ural, sudah gunakan 95% bahasa Russia, sudah memahami apa yang dikatakan berbahasa Russia, tetapi grammer saya masih buruk.

Seperti sebelumnya setiap pertanyaan yang dilontarkan ibu pasti saya cari jawabannya karena smua pertanyaan ibu merupakan motivasi untuk mengenal bumi saya yang baru. Saya diskusi ke konjen Russia di Medan dengan bapak dr. M. Fauzi Nasution Spb Msurg dan abangda IR. Sabar Sitanggang selaku Staf Humas Prof Yusril Ihza Mahendra. Beliau mengatakan, “Majulah dengan Bissmillah, Insya Allah ada jalan. Masukkan beberapa proposal ke instansi-instansi di Medan, ke Gubernur Sumatera Utara dan Kementrian Pendidikan Nasional”.

Saya menyadari kalau saya sangat minim pengetahuan tetang proposal ke instansi-instansi di Indonesia dengan pengetahuan saya yang minim itu membuat saya ingin tahu dan lakukan, saya mulai dari yang mudah yaitu membuat project abstrak lalu proposal.

Beasiswa Gubernur dan Sekjen Kemendikbud

Alhamdulillah dari semua yang saya lakukan membuahkan hasil, saya mendapatkan dua beasiswa yaitu dari Gubernur Sumatera Utara berupa biaya transport dari Medan ke Moscow dan beasiswa kedua yaitu beasiswa berupa biaya hidup dari sekertaris jendral Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun anggaran 2012 dalam program beasiswa unggulan sebagai bentuk ISR (Intellectual Social Responsibility).

Project abstak ternyata berguna di kampus, karena setelah 1 bulan 2 minggu kuliah bahasa saya langsung dapat professor sebagai dosen pembimbing thesis dan untuk tahap awal saya paparkan project abstrak yang sudah ada dalam bahasa Inggris. Bahagia rasanya saat project saya diterima tetapi professor justru mengajak saya dalam projectnya sehingga saya tidak perlu mengeluarkan biaya untuk project, justru digaji sehingga saya dapat dua keuntungan yaitu ilmu dan materi.

Beasiswa dari sekertaris jendral kementerian Pendidikan Nasional dan Gubsu langsung keluar saat di Indonesia? Jawabnya tidak, kedua beasiswa tersebut saya peroleh setelah saya berada di Moscow.

Iklim di Rusia

Waktu terus berlalu, sampai saya menunggu jawaban proposal saya di instansi-instansi, lalu saya bertanya lagi pada ibu “Apa lagi yang ibu khawatirkan selain ekonomi? Karena saat ini semua sedang dalam proses, bu”. Pertanyaan yang sangat simple, yaitu: suhu yang ekstrim. “Bagaimana cara kamu bertahan hidup di suhu ekstrim -300 sampai -350  saat dingin dan saat panas +300 sampai +350?”

Alhamdulillah silaturrahmi terus berjalan baik dengan teman-teman Permira dan alumni Permira walaupun saya belum sah sebagai mahasiswa Russia. Mereka menjelaskan kondisi di Russia seperti apa. Setelah saya jalani suhu di Russia memang sangat dingin untuk tahun 2012 yang paling extrim di -320, tetapi jangan khawatir karena di setiap ruangan selalu ada penghangat dan kalau keluar ruangan selalu menggunakan palto (baju hangat) dan perbanyak mengkonsumsi buah, sayur, jus dan susu.

Bagaimana dengan vodka? Bukankah vodka itu minuman beralkohol yang menghangatkan tubuh? Nah kemarin ini juga sempat dikhawatirkan kedua orang tua saya. Vodka memang minuman beralkohol karena suhu di Russia terlalu ekstrim biasanya masyarakat sering meminum vodka sebagai penghangat tubuh, tetapi di Russia juga ada teh dan kopi yang bisa diminum sebagai pengganti vodka. Teh sangat mudah ditemui baik di toko-toko kecil di persimpangan jalan atau di kantin-kantin. Saat pesta, vodka juga hadir sebagai hidangan minuman namun ada juga aneka jus yang bisa diminum sebagai pilihan lain bagi orang yang tidak minum minuman beralkohol. Dengan lembut saya jelaskan ke kedua orang tua saya dan Alhamdulillah mereka memahami.

Saat semua pertanyaan yang ibu lontarkan dapat saya jawab dengan logika, saat itu pula saya menunggu pertanyaan-pertanyaan baru dari ibu. Alhasil ibu mengeluarkan pertanyaan yang paliiing sederhana dari lubuk hati seorang ibu dan sambil meneteskan air mata; “Apakah kamu tidak rindu dengan ibu dan abah di saat jauh? Kamu tidak pernah jauh dari kami. Kami sangat menyayangi kamu.”

Dengan nada lembut sambil meneteskan air mata dan sujud memohon saya menjawab; “Ibu, anak mana yang tidak rindu saat jauh dari kedua orang tuanya yang sangat peduli dan yang sangat menyayanginya apalagi dari bayi tidak pernah jauh, tapi apa ibu rela membiarkan masa depan saya terbuang sia-sia? Saya sudah titipkan ibu dan abah pada Allah, mari sama-sama kita saling menitipkan orang yang kita sayang pada Allah, lagian teknologi sekarang sudah maju, kita bisa saling  telepon atau chatting atau video call melalui internet. Insya Allah saya di Russia tidak apa-apa dan ibu di sini juga tidak apa-apa, kita akan tetap berkomunikasi”

Test demi test saya lakukan dari test berkas sampai test wawancara di Jakarta hingga letter of acceptance saya terima tetapi ibu juga masih belum mengizinkan, dalam hati kecil saya berbicara “kalaulah sampai tiket di tangan saya dan ibu masih belum mengizinkan, maka saya benar-benar mengurungkan niat tuk berangkat tanpa restu ibu.”

Restu ibu

Dua hari sebelum keberangkatan ke Russia ibu mulai membuka pembicaraan tanpa air mata “kamu jadi berangkat ke Russia? sudah kamu persiapkan perlengkapan kamu?” Kaget sekaligus bahagia Karena Allah telah membuka pintu hati ibu dengan memberi izin saya pergi. “Jadi bu, dua hari lagi saya berangkat tetapi belum ada persiapan apapun bu” jawab saya sambil tersenyum indah. “Besok pagi kita ke pasar tuk persiapkan perlengkapan kamu ke Russia” ajakan ibu yang buat saya berulang kali sujud syukur, malam itu saya tidak tidur lagi sambil membaca al-qur’an dan sholat sunnah sebagai ucapan terima kasih saya kepada Allah.

Abah yang tiap malamnya tidur dengan saya sambil memberi semangat pun ikut tersenyum indah dan sejak malam itu abah mulai tidur dengan ibu.  Saat keberangkatan saya di bandara yang pertama sekali saya cium dan saya peluk erat yaitu ibu, sambil mengucapkan terima kasih dan mohon maaf yang tak henti-hentinya saya sampaikan lalu abah yang tak pernah lelah memberi semangat pada saya tiap malam dan rela menemani saya tuk temui Bapak RA Agung Laksono di hotel sesaat sebelum kunjungan beliau di acara reuni akbar 50 th SMU Negeri 4 Medan, padahal saat itu abah dalam kondisi sakit parah dengan wajah yang pucat seperti kapas.

Saya ingat motivasi pak Agung saat itu “kita dukung sama-sama anak kita ya pak, ini kesempatan baik buat puteri kita, dan kamu sebagai duta pendidikan di Russia nanti perkenalkan Indonesia di mata Russia, kelak ilmu yang kamu dapat bangunlah Indonesia”.

Sebelum saya berangkat ke Russia banyak info yang saya dapat tentang sistem pendidikan di Russia, seperti apa kampus saya, jarak kampus ke pusat kota sejauh berapa kilometer, dan siapa saja teman satu negara di kampus. Saya kuliah di Russian State Agricultural University – Moscow Timiryazev Agricultural Academy (RSAU-MTAA) hanya saya warga Indonesia di kampus ini.

Info yang saya peroleh sebelumnya yaitu sistem belajar di Russia pada umumnya sangat cepat tetapi setelah saya jalani di kampus Timiryazev ternyata jaauh lebih cepat, 2 minggu setelah mulai kuliah saya langsung masuk kuliah kimia, biologi dan matematika, sedangkan teman-teman seangkatan di kampus lain masih menikmati kuliah bahasa. Satu bulan kemudian saya kuliah master yaitu kimia karbon dan kesemua kuliah menggunakan bahasa Russia hanya diskusi dengan professor saja yang menggunakan bahasa Inggris.

Mewakili Indonesia

Kampus Timiryazev merupakan universitas pertanian terbaik di Russia. Berhubung hanya saya seorang warga Indonesia di kampus sehingga semua kegiatan di kampus saya turut serta sebagai mewakili Indonesia, bahkan dekan jurusan bahasa bernama Irina Petrovna selalu ngajukan saya dalam setiap aktivitas di kampus. "Ade, silahkan kamu presentasi tentang Indonesia di konferensi minggu depan" dan "Ade, silahkan kamu nari tradisional Indonesia." Dari semua permintaan dekan tak satu pun yang bisa saya tolak.

Saya bangga bisa memperkenalkan Indonesia di mata Russia, apalagi bisa membuat dekan, para dosen dan teman-teman tercengang melihat keindahan negeri, kebudayaan serta seni Indonesia. Serasa Merah Putih ada di setiap aliran darah-ku.

Sebelum tiba di Moscow saya tahu kalau dikampus hanya saya sendiri warga Indonesia tetapi saya tidak merasa sendirian karena saya banyak teman dari berbagai Negara, apalagi teman sekelas saya sangat perhatian. Dibagian dekanat, saya paling diprioritaskan, apa pun yang saya minta segera ditindaklanjuti.

Awal tiba, saya sekamar asal Anggola, setelah tiga bulan kemudian saya dipindahakan ke lantai 16 dengan mahasiswi Russia asal Ural, alasannya agar bahasa Russia saya labih baik lagi karena tiap saat saya berbicara dengan bahasa Russia.

Saya ingin secepatnya pintar bahasa Russia karena bahasa menurut saya sangat penting untuk menyampaikan sesuatu keinginan atau informasi dari satu orang ke orang lain. Pernah suatu kejadian saat kartu masuk asrama (namanya propus) sudah abis masa aktifnya dalam satu minggu dan belum diperpanjang, lalu saya tidak boleh masuk. Saya fikir saya diminta mengikuti komandan keamanan, ternyata diminta menunggu karena sedang diproses. Nah karena saya tidak mengerti apa yang disampaikan, saya ikuti komandan itu pergi. Ternyata komandan tersebut perginya ke kamar mandi. Setelah tahu dia ke kamar mandi lalu saya balik ke pos lagi sambil menunggu prosesnya kelar. Perasaan malu, lucu dan lain-lain bercampur saat itu.

Hal yang paling menyebalkan saat control atau ujian bulanan. Saya sekelas dengan teman asal Irak, jumlah mahasiswa di kelas saya ada 6 orang dan saya paling cantik sendiri Karena kesemua teman saya tersebut laki-laki. Mereka selalu menggunakan bahasa Arab di mana saja sesama mereka, bahkan saat control pun mereka berdiskusi dengan bahasa Arab. Setelah penilaian nilai saya jelek dan dosen marah, dalam hati kesal sendiri “jelas saja nilai saya rendah, mereka diskusi saat ibu keluar dengan menggunakan bahasa Arab”. Ternyata di mana saja ada kecurangan, walaupun nilai saya paling jelek tetapi itu murni.

Sebenarnya masih banyak yang ingin saya ceritakan tetapi tidak seru kalau semua saya tuangkan di satu tema yang sama. Jadi tunggu cerita indah saya di tema berikutnya dan pastikan saat ingin melangkah ke depan, raihlah lebih dulu restu Ibu, bapak, dan orang-orang tercinta karena dukungan mereka sangat besar pengaruhnya dalam kesuksesan kita. Bravo…!

Ade Irma Elvira

Master Pertanian Jurusan Agroekologi dan Agrokimia Russian State Agricultural University – Moscow Timiryazev Agricultural Academy (RSAU-MTAA)

Rubrik ini bekerja sama dengan Perhimpunan Pelajar Indonesia

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement