Senin 21 May 2012 11:37 WIB

Belajar di Rusia (1): Restu Ibu Lebih Sulit Ketimbang Tes Beasiswa

Ilustrasi
Foto: greatrussia.org
Ilustrasi

Dalam buku Golden Words by Dato’ Seri H. Syamsul Arifin SE, Gubernur Sumater Utara 2008-2013, ada kata bijak yang dapat saya kutip: “Emak bagi saya adalah sumber kekuatan potensi do’a dan cita-cita. Anda tidak ada apa-apa jika tidak ada Allah dan orang tua. Anak yang berbakti kepada Allah adalah anak yang juga berusaha untuk membuat orang tua menjalani hidup bahagia. Anak yang membuat orang tua bahagia selalu ingin menjaga keutuhan keluarga bahagia dan sering  menerima berkat serta pertolongan dari Allah”.  

Saya meyakini restu Ibu adalah ridho Allah dan keberangkatan saya ini semua karena Allah. Sekitar setahun yang lalu semangat saya hampir pudar tuk meraih mimpi melanjutkan kuliah master di Russia karena restu ibu yang sulit saya raih. Ibu mulai diam seribu bahasa sebagai sikap protesnya saat tahu saya ikut program beasiswa Russia, ibu melarang keras saya pergi.

Banyak alasan yang ibu lontarkan ketika itu, baik jarak yang sangat jauh ke Russia yang memakan waktu tempuh 24 jam karena harus transit di Abu Dhabi sekitar 9 jam lebih, segi ekonomi karena Abah pensiunan PNS dengan golongan terakhir 2D dan jabatan terakhir sebagai penjaga sekolah di salah satu sekolah negeri di Medan, dan juga karena pengetahuan ibu yang menurut saya sangat minim tentang Russia tetapi kritis.

Teman-teman pembaca pasti bertanya apakah sulit meraih beasiswa Russia? Jawabnya tidak karena beasiswa ini tidak melakukan test TOEFL ataupun IELS seperti negara lain. Dari 6 negara yang pernah saya ikuti program beasiswa, yaitu Malaysia, Australia, UK, Belanda dan Russia, menurut saya hanya Russia lah yang tidak melakukan test TOEFL.

Test beasiswa Russia dilakukan 3 tahap, yaitu test berkas di Jakarta, test interview yang dilakukan di Pusat Kebudayaan Russia Jakarta, kemudian test berkas di Russia. Pengumuman hasil berkas di Russia berupa LOA (Letter Of Acceptance) sekaligus penempatan kuliah. Beasiswa ini bekerja sama antara Federasi Russia dengan Pusat Kebudayaan Russia di Jakarta yang setiap tahunnya selalu memberikan beasiswa kepada 40-50 mahasiswa Indonesia dengan berbagai jurusan, baik jenjang S1, S2 maupun S3. Info beasiswa ini juga dapat dilihat di website http://pusatkebudayaanrusia.blogspot.com/. Beasiswa ini berupa biaya study, tempat tinggal dan uang saku. Uang saku berbeda di setiap kampus, di MPGU dapat skitar 1300 rubel (sekitar Rp 419.900), sedangkan di Timiryazev tempat saya studi 890 rubel (sekitar Rp 287.470, dengan kurs rata-rata Rp 323).

Menurut saya modal awal yang sangat baik dalam berjuang yaitu keyakinan, yakin lolos setiap seleksi atau yakin berhasil atau apa saja lah yang bersifat positif yang harus ditanamkan dalam fikiran. Dari mulai mengirim berkas saya sudah yakin kalau saya akan lolos dalam tiap seleksi, tapi karena izin ibu yang saat itu belum saya dapati sempat terkikis mimpi. Namun Abah (saya memanggil orang tua laki-laki dengan sebutan Abah) terus memberi saya semangat, tiap malam abah tidur dengan saya sambil bercerita tentang mimpi saya dan berjuta nasehat dari abah.

Saya ingat tiga hari sebelum saya pergi tes ke Jakarta, abah mengatakan “Pergilah nak, kejar mimpimu. Abah tahu kamu sangat menginginkan beasiswa ini, abah tahu bagaimana usaha kamu sebelumnya, do’a abah yang terbaik buat kamu dan ibu akan abah tenangi.” Malam itu pulalah malam pertama saya meminta izin pada ibu tetapi justru air mata yang saya dapatkan. Satu malam saya tidak bisa tidur, terasa runtuh semua mimpi saya. Semalam penuh saya pergunakan waktu untuk sholat sunnah dan membaca Alquran berulang kali hanya tuk menenangi hati.

Dalam do’a “Ya Allah, Engkau pemilik hati manusia, Engkau bisa membolak-balikan hati manusia. Kalau lah Russia ini jalan yang terbaik buatku, luluhkanlah hati ibu dan ringankan langkahku tuk pergi menuntut ilmu, tetapi jika tidak berilah penggantinya yang terbaik menurut-Mu.”

Kesulitan terasa indah karena memberi manfaat

Ibu khawatir kalau beasiswa yang saya ikuti ini tidak resmi, lalu saya searching di http://pusatkebudayaanrusia.blogspot.com. Setelah didapat langsung saya bawa lembaran kertas yang berisi status beasiswa Russia kehadapan ibu. Lalu ibu punya alasan lain tentang jarak tempuh antara Indonesia dan Russia, kemudian saya  gambarkan bahwa jarak tempuh yang akan saya lalui sekitar 24 jam.

Ibu hanya lulusan SMA sehingga semua kekhawatirannya tidak boleh saya bantah melainkan jelaskan secara nyata berdasarkan data yang akurat, apalagi usia ibu yang sudah lebih dari setengah abad, semakin tua seseorang maka semakin sensitive perasaannya. Saya berusaha meminimalisir bahkan menetralisir perasaan ibu yang negatif tersebut.

Sebelumnya saya tidak pernah membayangi kalau setiap satu data akurat yang saya berikan pada ibu justru akan muncul kekhawatiran yang berbeda. Dalam fikiran saya itu hanya argumen ibu tentang penolakan saya untuk pergi ke Russia, tetapi justru itu tantangan buat saya untuk mengenal Russia.

Negara adidaya yang masih ortodok

Ibu mengeluarkan pernyataan Russia negara adidaya yang masih menganut faham ortodoks. Kalau bercerita tentang adidaya Russia, berarti kita harus mengingat sejarah Russia yang diawali oleh perpindahan bangsa-bangsa Skandinavia yang dikenal sebagai bangsa Varangia yang dipimpin oleh tokoh semilegendaris Rurik yang menyeberangi Laut Baltik. Kemudian di tahun 862 M memasuki kota Novgorod dan memerintah di sana. Pada tahun 882 Rurik menguasai Kiev, kota Slavia yang berkembang menjadi pusat perdagangan antara Skandinavia dan Konstantinopel.

Pada tahun 989 Vladimir I meluaskan wilayahnya hingga Kaukasus dan Laut Hitam serta mengambil ajaran Gereja Ortodoks Yunani. Kerajaan Kiev Rusia berakhir setelah serangan Mongol pada tahun 1237 oleh Batu Khan, cucu Genghis Khan.

Selanjutnya bangsa Mongol dikalahkan oleh Dimitri Donskoy pada tahun 1380 dengan kemenangan di Kulikovo. Kemudian daerah-daerah yang tercerai berai disatukan kembali oleh Ivan IV. Ia menaklukan Kazan (1552), Astrakhan (1516) serta menguasai Siberia. Pemerintahan dilanjutkan oleh penerusnya sampai wangsa Romanov naik tahta yang diawali dengan diangkatnya oleh Michael Romanov sebagai Tsar (1613). Dinasti Romanov berkuasa selama 304 tahun hingga tahun 1917 dengan Tsar Nikolai II sebagai tsar terakhir. Pada bulan Februari 1917 dibentuk Pemerintahan Sementara di bawah Pangeran Lyvov dan Alexander Kerensky sampai 25 Oktober 1917, saat pemerintahan tersebut digantikan Pemerintahan Revolusi Bolshevik oleh Vladimir Ilyich Lenin.

Pada periode selanjutnya, pemerintahan dilanjutkan secara diktator oleh Josef Stalin (1922) yang mewujudkan Uni Soviet (Soviet berarti Dewan) dengan bergabungnya negara-negara di sekitar Rusia. Pemerintahan Uni Soviet berakhir setelah pada tanggal 25 Desember 1991 Presiden Mikhail Gorbachev mengundurkan diri serta berkibarnya bendera tiga warna Rusia di Kremlin.

Pemerintahan Rusia setelah keruntuhan Uni Soviet dikepalai oleh Boris Yeltsin yang mulai menjabat sejak tahun 1991. Perkembangan selanjutnya, Rusia diperintah oleh seorang mantan pejabat KGB yang tidak lain adalah Vladimir Putin yang berusaha mengembalikan citra Rusia sebagai negeri adidaya seperti layaknya Uni Soviet (sumber sejarah: google.com).

Pada masa Uni Soviet, Negara ini merupakan negara multikultural yang dipengaruhi oleh berbagai macam budaya. Budaya yang paling dominan adalah budaya Gereja Ortodoks Yunani. Itu sebabnya kenapa Russia dinyatakan Negara adidaya dan memegang faham ortodoks karena Rusia merupakan ahli warisutama dari Uni Soviet yang mewarisi 50% jumlah penduduk yaitu 2/3 luas wilayah.

Data tersebutlah yang saya paparkan ke ibu sebagai jawaban. Setelah saya jelaskan apakah ibu langsung memberi izin??? Jawabnya tidak karena ibu mengeluarkan pertanyaan lain yaitu tentang agama, dipemahaman ibu mayoritas agama di Russia itu Kristen ortodoks tetapi saya tidak putus asa dan mencari jawabannya.

Gereja Ortodoks Rusia adalah agama Kristen yang paling dominan di Rusia yang membentuk sekitar 63-66% dari jumlah penduduk. Pada tahun 1997, Gereja ortodoks menjadi bagian warisan budaya Rusia. 95% Kristen di Rusia terdaftar dalam Gereja Ortodoks. Islam adalah agama terbesar kedua dengan persentase 5-6% atau sekitar 15-20 juta, namun itu terlihat terlalu banyak karena menurut Roman Silantyev hanya ada sekitar 7-9 juta orang. Agama-agama lainnya termasuk berbagai aliran Protestan, agama Yahudi, Katolik Roma, dan agama Buddha. Sebagai bukti perkembangan Islam di Russia yaitu adanya mesjid Sorbanaya, mesjid Park Pobedy, mesjid Yardam dan masih ada mesjid lainnya yang berdiri megah nan indah di Moscow.

Bukan hanya sekedar penjelasan berbentuk tulisan saja yang saya bawa kehadapan ibu, melainkan gambar dari masing-masing mesjid tersebut yang saya searching dari internet. Namun muncul lagi pertanyaan yang berbeda, yaitu: bagaimana kehidupan saya di Russia? sedangkan Abah sudah pensiun, darimana saya makan? Apa cukup tabungan saya? Apakah bisa bekerja dengan visa pelajar?

Ade Irma Elvira

Master Pertanian Jurusan Agroekologi dan Agrokimia Russian State Agricultural University – Moscow Timiryazev Agricultural Academy (RSAU-MTAA)

Rubrik ini bekerja sama dengan Perhimpunan Pelajar Indonesia

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement