Rabu 17 Apr 2013 17:40 WIB

Mencintaimu Selamanya...

Pemain Persija Jakarta (ilustrasi)
Foto: Antara/Feny Selly
Pemain Persija Jakarta (ilustrasi)

 

PERSIJA, di dadaku

PERSIJA, kebanggaanku

Kuyakin hari ini pasti menang...

Ya, ini merupakan sepenggal lirik mars Persija yang sering dinyanyikan serentak oleh puluhan ribu pendukungnya ketika kick off pertandingan dimulai. Lirik lagu yang akan mengubah aura stadion menjadi "keramat" dan sangat khidmat seperti ritual keagamaan.

Mungkin inilah yang disebut ketika sepak bola menyerupai "agama" bagi manusia. Bagi para penganut bolaisme, menonton pertandingan baik kandang ataupun tandang merupakan "ritual" wajib yang harus dilakukan.

Banyak hal yang saya temui ketika menjalankan "ritual" ini. Mulai dari friendship sampai musuh abadi, dari sanjungan sampai caci maki yang terkadang diiringi hujan batu dari pendukung lawan, dari kota yang sangat welcome sampai kota yang mengharamkan entitas kami.

Lalu untuk apa hal tersebut dilakukan? LOYALITAS! Mungkin kata yang memuakkan untuk didengar karena sangat bosan dengan kata tersebut, terlebih lagi bagi orang-orang yang menjalankan kegiatan ini.

Saya juga heran kenapa saya menjalankan hal ini, mungkin tak jauh berbeda seperti panggilan Tuhan kepada umat-Nya untuk berjihad di jalan-Nya dan sulit untuk menjelaskan kenapa semua ini bisa dilakukan. Awalnya terlihat biasa, tetapi semua akan berubah drastis ketika momen-momen tertentu dan akan mengubah rasa tersebut menjadi luar biasa yang akan bergelora dan dipenuhi rasa bersemangat untuk terus mendukungnya.

Ada kalanya ketika loyalitas mencapai titik nadir. Titik yang membuat saya seperti akan berhenti dari semua ini, menggantungkan atribut kebesaran, menyimpan kartu tanda anggota dalam lemari kemudian menguncinya rapat-rapat serta menghapus memori yang berkaitan dengan "kegilaan" ini.

Hal itu nyaris saya alami pada tahun 2004 dan 2005, ketika 11 orang pahlawan Jakarta harus gigit jari untuk meraih gelar juara. Padahal kans untuk juara tidak besar, tetapi sangat besar!!

Saat itu, saya seperti umat beragama yang tidak lagi menjalankan ritual nan agung kepada Tuhannya. Tetapi entah mengapa, seperti ada magnet besar yang terus menarik saya untuk terus berjuang mendukungnya dan menggilainya. "Kegilaan" yang mungkin bagi penyuka tim-tim asing dinilai tak ubahnya hanya segerombolan anak muda dengan atribut oranye kebanggaan yang mereka puja, dan sering ribut dengan supporter lawan.

Hal yang perlu digaris bawahi adalah pride, hal yang tak mereka miliki; Kebanggaan yang hakiki. Bukan sekadar bangga memiliki kaos asli ataupun keanggotaan yang mendapat lisensi dari pusat di negeri londo sana.

Kebanggaan yang nyata karena memilikinya, merasakan semangatnya secara langsung, melihat dengan mata betapa peluhnya pahlawan-pahlawan Persija berjuang membawa nama besar tim dan kota ini. Pahlawan yang sangat bangga karena dapat membela panji-panji kebesaran "Sang Macan"!

Jika pemain sangat bangga dengan entitasnya, lalu kenapa masih ada yang meragukan akan kebanggaan yang sangat nyata ini? Atau terlalu malu terhadap apapun yang berasal dari lokal? Entahlah.

Untuk itu, banggalah kalian yang menjadi entitas ini. Kalian akan sangat menghargai artinya sebuah bangsa, meskipun sudah jadi rahasia umum tak ada yang dapat dibanggakan kecuali sisa-sisa semangat nasionalisme.

Mungkin dapat dikatakan dari lokal untuk bangsa, dari Persija untuk Garuda. Hendaknya "kegilaan" berbalut cinta ini melebihi kebencian terhadap apapun. Kebencian yang akan membawa kita pada lembah hitam dan terjebak dengan retorika konflik di dunia maya atapun dunia "gila" kita.

Jadikanlah "kegilaan" ini sebagai pelengkap hidup, pelengkap yang akan membuat hidup ini lebih berwarna serta menarik dan tidak monoton dengan hal-hal rutinitas sehari-hari. Sehingga "kegilaan" ini akan bermetaforfosa menjadi hal yang sangat dijaga dan tak pernah terpikir untuk meninggalkan ataupun melupakannya. Jangan pernah menjadikan hidup ini sebagai bagian yang melengkapi "kegilaan" ini, karena dunia tidak berkutat pada hal ini saja, tetapi tanpa mengurangi loyalitas pada "Sang Macan".

Akhinya, mencintainya adalah mencintai kehidupan. Hidup akan terus ada selama nafas masih berhembus, seperti itulah loyalitas kita kepada Persija akan terus ada selama nafas berhembus, selama raga belum berpisah dengan nyawa. Semoga tulisan ini menjadi pelecut semangat buat saya khususnya dan rekan-rekan sekalian, atas pencapaian kurang maksimal di ISL yang dicapai persija di putaran pertama musim ini agar kita selalu ada di belakangnya.

PERSIJA SELAMANYA!!

Veranto

Rubrik ini bekerja sama dengan Komunitas Jak Online
Twitter: @JakOnline @JOMERCH01 @JFCRRI105FM
Instagram: @JakOnline01
Google+: Jak Online
Yahoo Messenger: [email protected]

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement