Selasa 10 Oct 2017 13:13 WIB

SDF Gelar Lomba Desain Alat Bantu Disabilitas Netra

Lomba Desain Alat Bantu Disabilitas Netra 2017
Foto: dok: Syamsi Dhuha Foundation
Lomba Desain Alat Bantu Disabilitas Netra 2017

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Syamsi Dhuha Foundation (SDF) menginisiasi "Lomba Desain Alat Bantu Disabilitas Netra (LDABDN) 2017. Lomba ini digelar untuk mendorong lahirnya lebih banyak lagi alat bantu yang dapat digunakan para disabailitas netra di Indonesia.

Ketua Syamsu Duha Foundation (SDF), Dian Syarief Pratomo mengatakan, sekecil apapun kemampuan penglihatan yang tersisa akan sangat berharga bagi pemiliknya. Kondisi keterbasan itu ada yang telah disandang sejak lahir, saat kecil atau remaja, maupun setelah dewasa. Alat bantu penglihatan sangat dibutuhkan bagi mereka untuk belajar bagi mereka yang masih bersekolah/kuliah. Bagi yang sudah dewasa, alat bantu dibutuhkan untuk bekerja. Sementara bagi lintas usia, alat bantu dibutuhkan untuk bisa berkegiatan dan produktif.

"Inilah yang mendorong SDF untum menginisiasi Lomba Desain Alat Bantu Disabilitas Netra 2017," ujar Dian Syarief dalam keterangan tertulis, Selasa (10/10).

Dian mengatakan mungkin selama ini banyak alat bantu yang didapatkan dengan mengimpor dari Cina atau India yang harganya memang relatif lebih murah. Namun Dian berpendapat, apakah harus selamanya bergantung dengan barang-barang impor.

"Apakah memang Bangsa ini sedemikian bodoh dan malasnya sehingga tidak bisa lagi berpikir untuk bisa membuat alat bantu yang dibutuhkan?," kata dia.

LDABDN 2017 diikuti 30 pendaftar yang kemudian terseleksi menjadi 26 peserta. Dari jumlah tersebut, dewan juri yang terdiri dari DR. Nedina Sari, M.Sn (Ketua Prodi Desain Produk ITB), DR. Hasballah Zakaria, M.Sc (Kepala Lab. Tehnik Biomedika ITB), DR., dr. Andika Prahasta SpM., Mkes (Kepala Dept. I Kesehatan Mata PMN RSM Cicendo) & Ir. Yana Raharja (Praktisi Kewirausahaan & alumni Elektro ITB) kemudian menetapkan delapan finalis.

Delapan finalis tersebut diminta untuk membuat prototype yang akan dinilai kembali oleh Dewan Juri untuk ditentukan juara 1 hingga 3. Penentuan pemenang dan pemberian hadiah akan dilakukan pada acara puncak World Sight Day pada Sabtu 14 Oktober 2017 di Auditorium FK Unpad.

"Karya para finalis akan dipamerkan bersama display alat bantu low vision lainnya," kata Dian.

Berikut 8 finalis LDABDN 2017:

1.     PiGlass : alat bantu baca yg diinisiasi 3 mahasiswa : Elektro, TI & Desain Produk ITB,

2.     Inosat : sabuk tuk deteksi penghalang & tentukan arah kiblat, karya 2 mahasiswa : Elektro & Ekonomi UN Semarang,

3.     iStick : tongkat tuk deteksi penghalang panas & air, dirancang oleh 2 mahasiswa : Elektro & Desain Produk ITB,

4.     Stormer : tas pinggang yg bisa bedakan pecahan uang kertas, diinisiasi oleh 3 pelajar kelas 12 SMANU MH. Thamrin Jkt,

5.     Seeker : aplikasi handphone tuk kenali barang atau tempat, diinisiasi oleh 2 alumni Tehnik Mesin Sleman,

6.     Belajar Batik : alat yg mungkinkan disabilitas netra belajar aneka motif batik, diinisiasi oleh  mahasiswa & alumni ITS : Fisika, Elektro & Desain Produk,  

7.     Info Trayek : ide perangkat tuk dapat berikan info trayek angkutan bagi disabilitas netra, diinisiasi oleh 3 mahasiswa : Manajemen Rekayasa Industri, TI & Desain Produk ITB,   

8.     Eye-ris : tongkat tuk deteksi penghalang yg dilengkapi kamera, dirancang oleh 3 mahasiswa : Elektro, Desain Produk, Perminyakan ITB.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement