Ahad 29 Jan 2017 15:28 WIB

Komunitas Anti-Hoax Beraksi di CFD

Aksi melawan hoax
Foto: dok.Istimewa
Aksi melawan hoax

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komunikonten, Institut Media Sosial dan Diplomasi kembali menggelar aksi di area hari bebas kendaraan, Jakarta, tepatnya disamping Bunderan Hotel Indonesia, Ahad (29/1). Samsul Arifin, Koordinator aksi menjelaskan tiga tujuan aksi ini. 

Pertama, meningkatkan kewaspadaan kita terhadap hoax dan fitnah, utamanya jelang Pilkada Serentak 2017, yang diadakan di 101 daerah di Indonesia (tujuh Provinsi, 18 Kota, 76 kabupaten). Walau sesungguhnya larangan hoax dan fitnah bukan hanya saat pilkada, namun selamanya.  

Kedua, meningkatkan kreatifitas kita dalam melawan hoax dan fitnah, sebab hoax dan fitnah juga semakin kreatif. Ketiga, meningkatkan gotongroyong masyarakat. Misalnya ada informasi kesehatan bohong yang beredar, maka yang kuliah di bidang kesehatan harus cepat meluruskannya, dan kita bisa membantu menyebarkannya. Intinya, kita semua bisa terlibat dalam menyehatkan informasi, sehingga kita semua tidak sakit. 

Aksi ini dimulai pukul 06.30 hingga 09.30 pagi, panitia membentangkan spanduk ukuran 7 Meter x 6 Meter. Tertulis besar di spanduk itu; Hidup Tanpa Hoax Dan Fitnah; Kolaborasi Pengguna Media Sosial untuk Kepentingan Nasional. Seribuan warga kemudian mendantanganinya. Aksi juga dimeriahkan oleh penampilan Flash Mop dari Teater Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia.

Dalam kesempatan itu, Direktur Eksekutif Komunikonten, Hariqo Wibawa Satria menjelaskan, komitmen anti hoax dan fitnah harus disertai semangat memproduksi konten yang benar dan bermanfaat. Masyarakat, utamanya pelajar dan mahasiswa harus didorong jadi produsen konten sesuai  minat dan bakatnya. Pemerintah pusat/daerah, kementerian/lembaga, organisasi swasta, dll harus memperbanyak lomba-lomba yang mengajak pelaja dan mahasiswa memproduksi konten.

“Pelajar dan mahasiswa harus jadi pembuat konten, bukan semata penyebar konten, mereka harus jadi generasi upload, bukan  semata generasi download. Saya usul, agar pelajar yang produktif memproduksi dan mengupload konten positif, inspiratif, kritik membangun di internet diberikan hadiah”, ujar Hariqo Wibawa Satria dalam siaran persnya yang diterima Republika.co.id.

Apresiasi bagi pelajar penting, tambah Hariqo Wibawa, “Jika ada pelajar kita yang dalam setahun membuat 20 tulisan tentang pariwisata, kuliner, produk lokal daerahnya, lalu menguploadnya di internet, maka pelajar itu adalah diplomat era digital yang sesungguhnya, dan ia pantas mendapatkan penghargaan seperti pahlawan, saya sudah sampaikan ini kepada Ketua Umum PGRI, Ibu Unifah Rosyidi saat sama-sama jadi narasumber diskusi di Gedung Dewan Pers”, jelas pria asal Bukittinggi ini.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement