Jumat 05 Feb 2016 17:02 WIB

DesignerSpeaks!, Saatnya Desainer Bersatu Hadapi MEA

Bima dan Liesna Shaw, pendiri komunitas DesignerSpeaks!n
Foto: dok: Designer Speaks
Bima dan Liesna Shaw, pendiri komunitas DesignerSpeaks!n

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bima Shaw, Ketua DesignerSpeaks!, komunitas yang menaungi pekerja kreatif, terutama desainer di tanah air mengatakan, praktik kerja kreatif di Indonesia tidak sepenuhnya berada dalam kondisi baik. Tidak jarang banyak terjadi kecurangan, malpraktek, bahkan kerugian immateriil lainnya baik di kalangan industri maupun level akademisi.

Bima mengatakan, industri Desain Komunikasi Visual (DKV) Indonesia sejak 10 tahun terakhir mengalami penurunan kualitas layanan dan rendahnya apresiasi dari para klien yang kebanyakan menganggap pekerja kreatif hanya sebatas tukang dan bukan mitra yang sejajar.

"Salah satu penyebabnya adalah belum adanya kode etik profesi yang mampu mengikat dan mengatur sistem kerja para stakeholder DKV yang bertanggung jawab," ujar Bima kepada Republika.co.id usai acara diskusi yang digelar "DesignerSpeaks!" beberapa waktu lalu di Jakarta.

Karena itu ia mengatakan, masih banyak rekan-rekan yang merasa dirugikan oleh klien atau bahkan sesama praktisi kerja. 

Sebagai seorang praktisi yang telah berkecimpung di industri desain grafis dan branding hampir 20 tahun, Bima yang terdaftar sebagai anggota Registered Graphic Designer (RGD) Canada mengakui banyak sekali "aturan tidak tertulis" di industri Desain Komunikasi Visual (DKV) tanah air yang menghambat perkembangan si (Calon) desainer itu sendiri. Padahal di luar negeri, aturan main mereka boleh dibilang cukup tegas.

"Bahkan Malaysia saja sudah punya (kode etik,red)," kata dia.

Dalam DesignerSpeaks!, Bima mencoba mengantisipasi hal itu dengan menerapkan kode etik, yang disadur dari "code of conducts" milik beberapa negara di dunia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement