Kamis 18 Jun 2015 10:34 WIB

Saat Kawih Sunda 'Menggetarkan' Tanah Kujang

Rep: ita nina winarsih/ Red: Agus Yulianto
Seni Karawitan (ilustrasi)
Foto: ANTARA/M Risyal Hidayat
Seni Karawitan (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Kawih Sunda, seperti Cianjuran saat ini gaungnya mulai terdengar samar-samar. Padahal, di era-nya, kawih Sunda pernah berjaya. Dulu, kawih Sunda ini merupakan lagu yang didengarkan para gegeden atau orang berpengaruh. Terus seiring dengan perkembangan zaman, kawih Sunda pun banyak diterima dari semua kalangan di tanah Sunda ini. Bahkan, lagu-lagu yang mampu menggetarkan hati ini, menemukan masa keemasan di era-nya.

Ironisnya, saat ini, di tengah-tengah kemajuan teknologi dan informasi, kawih Sunda mulai terdengar sayup-sayup. Hanya generasi tertentu saja yang masih mengingat tentang lagu-lagu ini.

Bahkan, bisa dibilang, kawih Sunda hanya menjadi lagu nostalgia versi bahasa Sunda. Generasi yang menyukainya, sudah mulai berkurang.

Kondisini sangat berbeda jauh dengan generasi penggemar musik barat, pop, ataupun musik dangdut. Jumlahnya mencapai ribuan, bahkan sampai jutaan orang. Namun, ketika ditanya mengenai kawih Sunda, sebagian generasi terutama yang lahir di dekade 90-an sampai sekarang, jarang ada yang hafal.

Maka, untuk mengingatkan kembali mengenai seni dan budaya ini, PT Pupuk Kujang, sebuah BUMN di Kabupaten Karawang, menggelar kegiatan pasanggiri kawih Sunda. Pasanggiri ini, berlangsung selama dua hari, sejak 10-11 Juni pekan kemarin.  

Yana Nurahman, Ketua Panitia Pasanggiri Kawih Sunda PT Pupuk Kujang, mengatakan, dalam kegiatan ini ada 43 peserta anggana sekar (penyanyi solo). Mereka, berasal dari kalangan seniman Sunda, guru, dan umum.

Kemudian, untuk rampak sekarnya (paduan suara) diikuti oleh 16 grup. "Para peserta, merupakan perwakilan terbaik dari tiga kabupaten. Yakni, Karawang, Purwakarta dan Subang," ujar Yana, kepada Republika.

Pasanggiri kedua ini, lanjut Yana, animonya besar. Karena, dari total kepesertaan mengalami kenaikan signifikan. Padahal, dua tahun yang lalu, total peserta hanya 20. Terdiri dari penyanyi solo dan grup paduan suara.

Menurut Yana, kegiata pasanggiri kawih Sunda ini, merupakan salah satu upaya untuk melestatarikan seni tradisi dari kepunahan. Kenapa dipilih kawih Sunda? Karena, PT Pupuk Kujang berada di wilayah tatar Sunda. Yakni, Provinsi Jawa Barat, yang nota bener mayoritas penduduknya merupakan suku Sunda.

Karena itu, sebagai bentuk penghargaan kepada tanah Sunda, Kujang berupaya untuk terus melestarikan seni tradisi ini. Meskipun, saat ini Kujang dipimpin oleh Direktur Utama dari tanah Jawa, tapi tidak menghilangkan upaya pelestarian budaya ini.

"Bahkan Pak Dirut Bambang Tjahjono, merupakan orang yang kekeuh supaya kegiatan ini tetap terlaksana," ujarnya.

Sementara itu, Superintendent Informasi dan Komunikasi PT Pupuk Kujang Cikampek, Aby Radityo, mengatakan, pasanggiri kawih Sunda ini merupakan rangkaian acara HUT Kujang ke 40. Dengan digelarnya pasanggiri ini, Pupuk Kujang berharap kegiatan seni dan budaya tidak terlupakan. Terutama, oleh kalangan generasi muda saat ini.

"Makanya, pasanggiri ini sasaran utamanya pelajar sekolah tingkat SMP dan SMA," ujarnya.

Tak hanya itu, dalam kesempatan ini Pupuk Kujang juga memberikan penghargaan terhadap keluarga Maestro Karawitan Budaya Sunda, Mang Koko. Mang Koko, merupakan maestro yang telah berjasa dalam pelestarian seni dan budaya sunda. Penghargaan ini, langsung diberikan kepada putri almarhum, yakni Ibu Ida Rosida.

"Lagu wajib yang dibawakan peserta, di antaranya Pakusarakan dan Setrawening. Itu sebagian karya dari maestro Mang Koko," tutur Aby.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement