Jumat 12 Dec 2014 22:02 WIB

Purbalingga Borong Penghargaan ACFFest

Direktur Cinema Lovers Community (CLC) Purbalingga Bowo Leksono bersama para pemenang
Foto: dok CLC Purbalingga
Direktur Cinema Lovers Community (CLC) Purbalingga Bowo Leksono bersama para pemenang

REPUBLIKA.CO.ID, PURBALINGGA -- Sineas Purbalingga memborong penghargaan Anti-Corruption Film Festival (ACFFest) 2014. Dari enam kategori yang dikompetisikan, tiga diantaranya diboyong anak-anak muda Purbalingga. Penghargaan diterima saat malam penganugerahan ACFFest 2014 di Taman Budaya Yogyakarta, Kamis (11/12).

Penghargaan itu antara lain, film fiksi pelajar terbaik “Ijolan” sutradara Eka Susilawati dari SMA 1 Purbalingga, film dokumenter pelajar terbaik “Robohnya Sekolah Kami” sutradara Uli Retno Dewanti dari SMA Bukateja Purbalingga, dan video citizen journalism terbaik “Dilarang Berjalan di Trotoar” sutradara Nugroho Budi Santosa dari SMA Bukateja Purbalingga.

Sementara penghargaan khusus insan penggerak komunitas film diberikan kepada Bowo Leksono. Dari sembilan film karya pelajar Purbalingga, enam di antaranya masuk nominasi untuk tiga kategori.

“Sangat tidak menyangka, karena saat produksi kami banyak mengalami kendala. Subyek yang sulit ditemui dan subyek yang tidak transparan dalam memberikan keterangan. Tapi kami bertekad tetap menyelesaikan film kami,” ujar sutradara “Robohnya Sekolah Kami” Uli Retno Dewanti usai menerima penghargaan.

Uli dan teman-temannya mendokumenterkan tentang robohnya atap Taman Kanak-Kanak (TK) Pembina Padamara Purbalingga yang sudah hampir setahun tidak ada penyelesaian. Gedung TK yang sudah hampir dua tahun dibangun, ambruk yang hingga saat ini belum tahu penyebabnya.

Eka Susilawati diwakili bekas guru pembina ekstrakulikuler film di SMP Negeri 4 Satu Atap Karangmoncol Purbalingga Aris Prasetyo karena tidak mendapat izin dari pihak sekolah untuk datang disaat menempuh Ujian Akhir Sekolah (UAS).

Aris berharap, anak-anak yang sedari SMP sudah membuat film bisa terus melanjutkan hobinya itu saat duduk di bangku SMA. “Tidak ada alasan bagi sekolah untuk tidak memfasilitasi dan memberi ruang pada siswa yang ingin menggeluti dan ingin berprestasi dalam bidang film,” jelasnya.

Festival film tingkat nasional yang digelar mulai 9-11 Desember 2014 dan digelar oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), USAID, dan Management Systems International (MSI) ini merupakan even tahunan bagi para insan pembuat film di Indonesia.

Direktur Cinema Lovers Community (CLC) Purbalingga Bowo Leksono yang malam itu juga meraih penghargaan khusus mengatakan, penghargaan di festival film antikorupsi ini semakin menjadi tantangan bagi anak-anak muda Purbalingga. “Kami harus membuktikan bahwa lewat film, tidak sekedar menjadi media kampanye antikorupsi,” tegasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement