Kamis 29 Jul 2010 03:02 WIB

Industri Keuangan Syariah Inggris Melambat

Rep: Yogie Respati/ Red: Budi Raharjo
Lloyds Bank
Lloyds Bank

REPUBLIKA.CO.ID,LONDON--Pertumbuhan keuangan syariah di Inggris mengalami perlambatan akibat menurunnya aktivitas perekonomian. Moody’s Investors Services menuturkan, hal tersebut juga disebabkan karena kurangnya dukungan pemerintah Inggris terhadap keuangan syariah.

Seorang juru bicara sebuah bank di London, mengatakan Lloyds Banking Group Plc, pemberi pinjaman KPR terbesar di Inggris, berhenti menawarkan pembiayaan rumah sesuai prinsip syariah karena penjamin emisi di luar negeri, yaitu Emile Abu-Shakra menarik dananya. Di sisi lain, pendapatan Islamic Bank of Britain (IBB) juga turun menjadi 3 juta poundsterling tahun lalu, dari 8 juta poundsterling pada 2008.

Sejauh ini pembiayaan syariah di Eropa, Timur Tengah, dan Afrika turun 35 persen menjadi 2,32 miliar dolar AS. Jumlah tersebut adalah yang terendah dalam lima tahun ini. Sementara, di Malaysia pembiayaan syariah mencapai 4,1 miliar dolar AS pada semester I 2010.

Pihak dari HSBC Amanah mengatakan prospek pertumbuhan keuangan syariah di Malaysia dan Timur Tengah memang lebih baik dari Inggris. Sementara, menurut Moody’s Investors Services, menurunnya pertumbuhan industri keuangan syariah di Inggris, yang menjadi pasar terbesar keuangan non ribawi di benua Eropa tersebut, terjadi karena kurangnya dukungan peraturan.

Business Development Manager Moody’s, Faisal Hijazi, mengatakan pengembangan hukum dan peraturan lainnya perlu dilakukan untuk mendorong pemasaran investasi sesuai prinsip syariah. ''Saya bisa memahami rasa frustrasi para pemain industri di Inggris karena ketersediaan dan skala produk masih terbatas,'' katanya, sebagaimana dikutip Bloomberg, Rabu (28/7).

HSBC, Lloyds dan IBB adalah tiga lembaga keuangan dari 22 lembaga di Inggris yang menawarkan layanan keuangan syariah. Berdasar data International Financial Services London, aset keuangan syariah di Inggris mencapai 19 miliar dolar AS. Sebagai perbandingan di Malaysia terdapat aset 93 miliar dolar AS, atau memiliki pangsa pasar hampir 20 persen. Pada laporan di Januari, International Financial Services London mencatat pasar KPR syariah berjumlah 500 juta poundsterling, sekitar 0,3 persen dari jumlah total pinjaman KPR di Inggris.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement