Ahad , 05 Jun 2016, 16:22 WIB

Kacang-kacangan Jadi Solusi Pangan Saat Perubahan Iklim

Rep: Sonia Fitri/ Red: Dwi Murdaningsih
Deptan.go.id
Kacang panjang
Kacang panjang

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perubahan iklim merupakan salah satu gangguan produksi pangan strategis. Kementerian Pertanian (Kementan) mengantisipasinya dengan menambah areal pertanaman sekaligus melakukan optimalisasi lahan.

"Termasuk kacang-kacangan, bisa melakukan peningkatan produksinya dengan tumpang sari," kata Kepala Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementan Gardjita Budi kepada Republika.co.id, Ahad (5/6).

Pernyataan tersebut menanggapi pernyataan Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) yang menyebut, kacang-kacangan merupakan salah satu solusi untuk ketahanan pangan serta menghadapi tantangan perubahan iklim.

Ia menegaskan, fokus Kementan bukan hanya mengurusi padi, jagung dan kedelai (Pajale) tapi juga komoditas pangan yang lainnya. Hanya saja, yang sering tampak diperhatikan hanya komoditas tertentu karena sering diributkan di pasar.

Gardjita tak secara spesifik menyebut metode peningkatan produksi bidang kacang-kacangan. Namun perhatian terus diberikan secara adil mengacu pada skala prioritas. "Kita juga buat percontohan misalnya mengembangkan Kawasan Rumah Tangga Lestari, itu mengembangkan tanaman yang bisa menghasilkan pangan di pekarangan," lanjut dia. 

Selain itu, dilakukan pula pengembangan sumber-sumber karbohidrat di luar beras yang berasal dari pangan lokal. Pengembangan tersebut dalam bentuk makanan olahan atau substitusi bahan baku olahan tertentu. Jenis tanaman yang ia maksud yakni umbi-umbian, sagu, sukun dan yang lainnya.

Anggaran yang disediakan untuk diversifikasi pangan yakni seperlima dari pagu anggaran untuk BKP. Namun untuk wilayah prioritas dan detail alokasinya, ia tidak menyebutkan karena tidak memegang data-data terkait.

Target selama setahun, ia menyebut patokannya yakni terjadi penurunan konsumsi beras di masyarakat. Utamanya di kalangan menengah ke atas. Ia menyebut, beberapa tahun lalu angka konsumsi beras 139 kilo per orang per tahun, tapi sejak empat tahun yang lalu angkanya menurun menjadi 124 kilo per orang per tahun.

"Data konsumsi beras masih menggunakan angka empat tahun lalu, target pemerintah terus menekan konsumsi hingga 100 kilo per tahun," katanya. Diversifikasi konsumsi pangan, lanjut dia, merupakan salah satu cara efektif mengurangi kegagalan produksi padi akibat perubahan iklim.

Dari sisi agroekologi, Indonesia memiliki potensi besar dalam pengembangan pangan pokok selain beras, baik dari kelompok padi-padian, kacang-kacangan, umbi-umbian maupun sagu.

Video

Setjen DPR RI Komit Berdayakan Perempuan