Kamis , 26 May 2016, 02:55 WIB

BI Perkenalkan Metode Hazton ke Petani Banjarnegara

Red: Taufik Rachman
Republika/ Edi Yusuf
Petani menanam padi
Petani menanam padi

REPUBLIKA.CO.ID,PURWOKERTO -- Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Purwokerto memperkenalkan metode Hazton dalam penanaman padi kepada petani di Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, sebagai upaya meningkatkan produktivitas padi lahan sawah.

"Model Hazton merupakan metode yang ditemukan oleh Kepala Dinas Pertanian Kalimantan Barat Hazairin dan rekannya Anton. Jika metode konvensional satu lubang ditanam lima bibit, maka pada model Hazton satu lubang diisi 20-30 bibit padi sebagai indukan," kata Kepala Kantor Perwakilan BI Purwokerto Ramdan Denny Prakoso di Banjarnegara, Rabu.

Ia mengatakan hal itu saat penanaman perdana padi menggunakan metode Hazton di Kelurahan Argasoka, Kecamatan Banjarnegara, Kabupaten Banjarnegara.

Dalam kesempatan tersebut, dia mengaku prihatin atas rendahnya produktivitas padi di lahan sawah.

Padahal, kata dia, sawah merupakan penghasil tanaman padi yang akan diolah menjadi beras sebagai makanan pokok masyarakat sehingga ketersediaannya di pasaran berpengaruh besar pada tingkat inflasi.

Oleh karena itu, BI memperkenalkan metode Hazton sebagai upaya untuk mendongkrak produktivitas padi.

Ia mengharapkan metode Hazton tersebut mampu meningkatkan hasil panen di Kelurahan Argasoka karena telah terbukti di beberapa daerah.

Dia mengatakan hasil panen di beberapa daerah yang telah menggunakan metode Hazton mengalami peningkatan dan rata-rata mencapai 8,2 ton hingga 10 ton per hektare.

Menurut dia, hasil tersebut jauh lebih banyak daripada metode tanam konvensional yang rata-rata hanya mencapai lima ton gabah kering panen per hektare.

"Harapan kami, produksi padi di Banjarnegara meningkat sesuai harapan sehingga upaya kami untuk mendorong petani sebagai wirausaha tercapai," katanya.

Denny mengatakan bahwa tujuan BI melalui program tersebut tidak semata untuk meningkatkan produktivitas pertanian.

Menurut dia, tujuan utamanya justru menciptakan petani sebagai pelaku wirausaha tani sehingga petani gurem yang tergabung dalam kelompok tani tidak lagi menjadi buruh tani tapi menjelma menjadi wirausaha tani.

"Oleh karena itu, pada tahap awal program Hazton, BI menangung biaya usaha tani mulai dari biaya tanam, pengerjaan lahan, bibit, hingga sewa lahan. Bila sudah ada hasil panen, BI juga tidak akan mengambil keuntungan darinya namun BI mensyaratkan dari hasil panen tersebut dibagi untuk bibit, modal tani, kelompok tani, dan selebihnya untuk konsumsi petani sehingga keberlangsungan usaha tani terjamin," katanya.

Wakil Bupati Banjarnegara Hadi Supeno menyambut baik upaya yang ditempuh BI dengan memperkenalkankan metode Hazton karena hasil akhirnya bertujuan membuat petani sejahtera.

"Apalagi dalam pengenalan metode ini, seluruh pembiayaan ditanggung oleh BI sehingga petani tidak perlu takut rugi," katanya.

Ia mengharapkan langkah BI itu tidak berhenti untuk musim tanam April-September dan juga tidak hanya untuk petani di wilayah Kelurahan Argasoka, namun menyebar ke wilayah lainnya.

"Program BI kali diterapkan untuk 10 hektare lahan persawahan di Kelurahan Argasoka. Harapan kami lebih besar dari ini, yakni BI mempraktikkannya untuk 70 hektare tanah pemerintah yang ada di tujuh kelurahan sehingga dampaknya lebih besar lagi," katanya.

Video

Setjen DPR RI Komit Berdayakan Perempuan