Jumat , 20 May 2016, 02:20 WIB

Antisipasi Kekeringan, Petani Ramai-Ramai Ikut Asuransi Pertanian

Rep: Lilis Handayani/ Red: Dwi Murdaningsih
ANTARA
 Seorang petani, Idrus (67) membersihkan sawahnya yang mengalami kekeringan di Desa Lubuk Puar, Padangpariaman, Sumbar. Akibat rusaknya hulu irigasi dan musim kemarau, ratusan hektare sawah di kecamatan itu terancam gagal panen.
Seorang petani, Idrus (67) membersihkan sawahnya yang mengalami kekeringan di Desa Lubuk Puar, Padangpariaman, Sumbar. Akibat rusaknya hulu irigasi dan musim kemarau, ratusan hektare sawah di kecamatan itu terancam gagal panen.

REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Menghadapi musim tanam gadu, ancaman kekeringan mengintai para petani yang daerahnya terletak di ujung saluran irigasi di Kabupaten Cirebon. Untuk mengantisipasi kerugian akibat ancaman tersebut, para petani pun ramai-ramai ikut asuransi pertanian.

Hal itu seperti yang dilakukan para petani di Desa Pegagan Kidul, Kecamatan Kapetakan, Kabupaten Cirebon. Mereka bahkan mendaftarkan diri menjadi peserta asuransi pertanian dengan dikoordinasikan oleh kepala desa setempat.

''Kemarin uangnya dikumpulkan secara kolektif oleh kepala desa,'' ujar salah seorang petani di Desa Pegagan Kidul, Suganda, Kamis (19/5).

Besaran asuransi pertanian itu total preminya mencapai Rp 180 ribu per hektare per musim tanam. Dari jumlah itu, Rp 36 ribu dibayar petani dan Rp 144 ribu dibiayai APBN. Saat petani mengalami gagal panen, maka mereka akan mendapatkan klaim dari PT Jasindo sebesar Rp 6 juta per hektare.

Suganda menilai, besaran premi yang harus dibayar petani cukup ringan. Karena itu, banyak petani di desanya yang berminat mengikuti asuransi tersebut.

Suganda mengatakan, ancaman kekeringan memang selalu mengintai sawah di desanya setiap musim gadu tiba. Pasalnya, sawah di desanya terletak di ujung saluran irigasi hingga kerap tak terjangkau air irigasi.

Saat ini, areal sawah di Desa Pegagan Kidul baru selesai panen rendeng. Panen itu mengalami keterlambatan akibat musim kemarau panjang pada 2015 yang menyebabkan mundurnya musim tanam.

Tak hanya ikut asuransi pertanian, upaya lain yang dilakukan petani di Desa Pegagan Kidul untuk mengantisipasi kekeringan adalah dengan mempercepat musim tanam gadu.

Seorang petani lainnya, Juhanda, juga mengaku sangat berminat mengikuti asuransi pertanian. Hal itu untuk menghindari kerugian akibat ancaman puso (gagal panen) di musim kemarau.

''Kalau ikut asuransi kan lumayan, ada yang menanggung kerugian jika terjadi puso,'' kata Juhanda.

Meskipun begitu, Juhanda tetap berharap agar lahan pertaniannya bisa selamat dari kekeringan di musim kemarau. Apalagi, tahun ini Waduk Jatigede telah beroperasi meski masih tahap uji coba.

Jika pasokan air terjamin sepanjang tahun, maka tanaman padi bisa selamat dari kekeringan. Namun, jikapun akhirnya tanaman padi tak bisa terselamatkan, para petani tetap memiliki jaminan dari asuransi pertanian.

Terpisah, Kepala Dinas Pertanian Peternakan Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Cirebon, Ali Efendi, saat dimintai tanggapannya, menyambut baik banyaknya petani yang berminat ikut asuransi pertanian. Apalagi, biaya yang harus dibayar oleh petani pun tergolong ringan.

''(Dengan adanya asuransi pertanian), bisa membantu meringankan kerugian yang dialami petani saat mengalami puso,'' tutur Ali.

Video

Setjen DPR RI Komit Berdayakan Perempuan