Senin , 16 May 2016, 22:15 WIB

Kementan dan FAO Imbau Masyarakat Waspadai Flu Burung

Red: Taufik Rachman
Republika/Mardiah
Ilustrasi flu burung.
Ilustrasi flu burung.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pemerintah, khususnya Kementerian Pertanian dan Badan Pangan dan Pertanian PBB (FAO) mengimbau masyarakat untuk mewaspadai penyebaran virus Avian Influenza (AI) atau flu burung.

Direktur Kesehatan Hewan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan I Ketut Diarmita, dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Senin, mengaku setiap awal tahun pihaknya menerbitkan Surat Edaran peningkatan kewaspadaan dan pengendalian penyakit AI guna mencegah penularan dan mengurangi risiko kematian akibat infeksi virus tersebut.

Surat edaran terbaru adalah Surat Edaran Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan No. 12141 tanggal 12 Februari 2016 tentang peningkatan kewaspadaan dan pengendalian AI yang dijabarkan melalui delapan tindakan kewaspadaan yang perlu dilakukan masyarakat.

Menurut Diarmita, dengan bantuan kecepatan laporan via I-SIKHNAS dan SMS Gateway dan tindakan Tim Respon Cepat Terpadu (URC Kab/Kota, Prov, Pusat, BBV/BV, Dinas Kesehatan/ Puskesmas), pengendalian AI pada unggas dapat dilakukan cukup efektif.

Upaya tersebut juga diklaim berdampak positif terhadap meminimalisir risiko penyebaran virus AI pada unggas maupun flu burung pada manusia.

Indonesia merupakan salah satu negara yang masih melaporkan kasus HPAI subtipe H5N1 pada unggas sejak tahun 2003, dimana kasus HPAI H5N1 pada manusia dilaporkan pertama kali pada tahun 2005.

Walaupun kasus H5N1 pada manusia di Indonesia telah menurun drastis sejak tahun 2010, menurut data WHO sampai dengan tahun 2015 tercatat sudah 199 kasus dengan 167 kematian, menjadikan Indonesia sebagai negara dengan jumlah kasus H5N1 tertinggi pada manusia.

Data Kementerian Pertanian sendiri mencatat penurunan kasus AI pada unggas setiap tahunnya, dan terdapat pola musiman peningkatan kasus setiap musim hujan.

Kendati demikian, ancaman flu burung tercatat masih ada di Indonesia menyusul laporan kematian unggas di Indonesia sejak Februari 2016.

Dimulai dari kematian 224 ekor itik di Kabupaten Bekasi yang diikuti dengan kematian puluhan bahkan ribuan ekor ayam kampung, entog, itik pedaging, burung puyuh, ayam broiler dan ayam layer (peternak) di Cilandak, beberapa kabupaten di provinsi Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Sulawesi Selatan.

Hasil pemeriksaan di Balai Besar Veteriner (BBVet) Wates, Yogyakarta, menunjukkan bahwa sebagian besar kasus kematian unggas sejak akhir 2015 sampai Maret 2016 disebabkan oleh infeksi virus Highly Pathogenic Avian Influenza (HPAI) H5N1 Clade 2.3.2.1.

Disebutkan pula, ada kemungkinan bahwa peningkatan kasus flu burung akhir-akhir ini disebabkan unggas-unggas? tersebut tidak memiliki kekebalan yang optimum terhadap infeksi H5N1 Clade 2.3.2.1.

Menurunnya daya tahan unggas ini disebabkan antara lain oleh perubahan cuaca yang sangat ekstrem, yakni suhu panas lalu berganti hujan lebat.

Video

Setjen DPR RI Komit Berdayakan Perempuan