Jumat , 13 May 2016, 19:42 WIB

Mentan: Perbaikan Tata Niaga Pertanian Bertahap

Red: Taufik Rachman
Menteri Pertanian RI Amran Andi Sulaiman (kedua kanan) didampingi Bupati Trenggalek Emil Elestianto Dardak (kiri) dan artis Arumi Bachsin (kedua kiri) berbincang dengan petani durian di Trenggalek, Jawa Timur, Jumat (13/5). (Antara/Destyan Sujarwoko)
Menteri Pertanian RI Amran Andi Sulaiman (kedua kanan) didampingi Bupati Trenggalek Emil Elestianto Dardak (kiri) dan artis Arumi Bachsin (kedua kiri) berbincang dengan petani durian di Trenggalek, Jawa Timur, Jumat (13/5). (Antara/Destyan Sujarwoko)

REPUBLIKA.CO.ID,TRENGGALEK -- Menteri Pertanian Amran Andi Sulaiman mengatakan perbaikan tata niaga pertanian membutuhkan rentang waktu tertentu sehingga dilakukan bertahap sampai mata rantai distribusi berhasil dipangkas.

"Ini memang membutuhkan waktu, tidak bisa selesai satu hari. Minimal antara 2-3 tahun baru tercapai kondisi ideal," kata Mentan saat melakukan kunjungan kerja di Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, Jumat.

Ia mencontohkan program pembangunan infrastruktur pertanian sudah mulai tertata, alat mesin pertanian (alsintan) naik 100 persen, dan irigasi tiga juta terbangun dalam satu tahun kerja.

"Artinya apa, kita ada gerakan yang luar biasa dilakukan untuk memperbaiki sektor pertanian dari hulu hingga hilir. Tapi itu butuh waktu, tidak bisa seketika langsung jadi. Kalau begitu sim salabim namanya," katanya.

Kendati belum sempurna, Mentan mengaku optimistis tata niaga pertanian segera menjadi efisien.

Menurut dia, terpangkasnya jalur distribusi hasil maupun bahan baku pertanian akan memacu produktivitas pertanian di tanah air, baik padi, jagung, kedelai maupun komoditas hortikultura.

"Target ke depan adalah meminimalkan impor semua jenis produk pertanian, termasuk hortikultura. Bukan dihentikan, tapi disesuaikan kebutuhan dan bukan karena permainan sekelompok kepentingan (kartel)," ujarnya.

Mentan mengatakan, saat ini produksi padi mencapai titik volume tertinggi dalam kurun sepuluh tahun terakhir.

"Stok pangan nasional saat ini sudah mencapai 2,2 juta ton," paparnya.

Dibanding tahun-tahun sebelumnya, kata Mentan, impor beras nasional sempat menyentuh angka sekitar 7 juta ton dan naik saat terjadi badai elnino hingga impor tembus sekitar 12 juta ton.

"Alhamdulillah sekarang impor cadangan beras tahun ini hanya sekitar 1 juta ton itupun semoga tidak terpakai seiring produksi beras nasional yang teris membaik," katanya.

"Pengaturan tata niaga menjadi kunci agar petani kita sejahtera. Dengan tata niaga yang pendek dan efisien, tentunya disparitas nilai barang pertanian dari petani ke konsumen tidak akan terlalu jauh. Demikian pula sebaliknya," katanya.

Video

Setjen DPR RI Komit Berdayakan Perempuan