Sabtu , 16 Jan 2016, 11:12 WIB

Kementan Enggan Disandera Anomali Perubahan Iklim

Rep: Sonia Fitri/ Red: Winda Destiana Putri
ILS
Antisipasi perubahan iklim
Antisipasi perubahan iklim

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pertanian (Balitbangtan) Muhammad Syakir menegaskan, pertanian jangan mau disandera oleh anomali perubahan iklim.

Segala pertanaman pangan masih bisa diupayakan dengan penerapan teknologi pertanian yang menyeluruh.

"Kita punya kalender tanam, pasti ada eror karena anomali ini, tapi kita punya satelit, terus kita pantau," kata dia dalam acara Refleksi Awal Tahun Majelis Nasional Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) bertajuk "Mungkinkah Mewujudkan Kedaulatan Pangan", belum lama ini.

Di tengah anomali perubahan iklim 2016, Kementan tengah berfokus pada perluasan areal sub optimal, lahan kering dan rawa. Lahan irigasi tidak bisa lagi menjadi satu-satunya yang diandalkan di tengah permintaan pangan yang tinggi. Makanya segala arah riset mengarah pada penyiapan benih amfibi dan mengoptimalkan lahan sub optimal.

Anomali perubahan iklim membuat pertanaman mundur. Namun ia menyebut, per hari ini standing crop telah mencapai 4,8 juta hektare. Ia berada di kawasan Aceh, Sumatera Utara, Jambi, Riau bagian timur, Jawa Barat bagian utara, NTB dan NTT bagian timur serta kawasan lain.

"Kita ada datanya, kalau tidak percaya, cek sendiri," tuturnya.

Penerapan teknologi pertanian merupakan salah satu cara melepaskan sandra anomali perubahan iklim. Ke depan, Kementan akan mengawal spesifikasi penerapan bukan lagi padi gogo, tapi amfibi.

Seperti diketahui, Balitbangtan menyodorkan benih padi Varietas Amfibi yang memiliki karakteristik berdaya hasil tinggi dan toleran kekeringan.

"Varietas Amfibi memiliki umur yang sangat genjah agar terhindar dari kondisi ancaman kekeringan," jelas Syakir.

Selain itu, varietas unggul padi dikembanhkan agar benar-benar tahan atau adaptif terhadap kondisi kekeringan. Sesuai namanya, Amfibi, ia juga dapat bertahan dalam dua kondisi yang berbeda yakni kondisi kekeringan dan kebasahan atau tergenang.

Adapun 12 Varietas Amfibi yang telah diluncurkan Balitbangtan di antaranya Limboto, Batutegi, Towuti, Situ Patenggang, Situ Bagendit, Inpari 10 Laeya dan Inpago 4-9. Umur kedua belas benih berkisar antara 109 hingga 125 hari dengan potensi menghasilkan beras tingkat pulen hingga sangat pulen.

Penyediaan kebutuhan benih varietas unggul untuk antisipasi dampak kekeringan telah dilakukan Balitbangtan secara rutin sejak beberapa tahun lalu. Untuk 2015, stok benih sumber Varietas Amfibi sebanyak 16,3 juta ton dan dapat mengcover lahan seluas 593.221 hektare.

Video

Setjen DPR RI Komit Berdayakan Perempuan