Rabu , 28 Oct 2015, 19:09 WIB

Kementan Arahkan Peralihan Produksi Tembakau Nonrokok

Rep: Sonia Fitri/ Red: Winda Destiana Putri
Narendra Wisnu Karisma/Antara
Petani menjemur tembakau
Petani menjemur tembakau

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pertanian (Kementan) masih berfokus pada peningkatan produksi tanaman pangan, serta tidak menjadikan komoditas tembakau sebagai prioritas straegis.

Meskipun, tetap dilakukan agenda agar petani jenis apapun sejahtera.

"Tidak ada istilah 'petani tembakau' karena petani menanam di musim tertentu saja, tidak rutin," kata Peneliti Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pertanian Bidang Sosiologi Pertanian Sahyuti dalam diskusi publik soal Diseminasi Hasil Penelitian Persepsi Petani dan Mantan Petani Tembakau terhadap Pertanian dan Pengendalian Tembakau, Rabu (28/10). 

Meskipun sewaktu-waktu menguntungkan, kata dia, menanam tembakau juga berisiko tinggi. Risiko terbesar ada di faktor cuaca. Sekali saja diguyur hujan di ambang masa panen, maka produksi akan rusak. Aroma tembakau yang mengandung nilai jual akan hilang terbawa air. Di sisi lain, ketika panen berhasil, petani juga menghadapi tantangan dari para tengkulak dan pengumpul dengan harga yang rendah.

Meskipun, menanam tembakau sama sekali tidak dilarang. Jika akan memproduksi, tembakau tidak melulu diperuntukan bagi bahan baku rokok.

"Kita juga mencari jalan agar tembakau bisa untuk produk lain, misalnya pestisida nabati dan produk farmasi," katanya.

Bahan olahan tersebut akan efektif melepaskan petani dari belenggu monopoli perusahaan rokok dan meningkatkan nilai tambah tembakau.

Untuk produk farmasi, tembakau bisa digunakan untuk anti bakteria, diabetes, kekebalan tubuh, juga sedang dikaji kandungan tembakau untuk mengobati HIV. Tembakau juga mengandung protein anti kanker dan anti radang. Ia bahkan efektif menjadi obat luka akibat gigitan lintah.

"Tembakau sebagai obat sudah dikenal di kampung-kampung," katanya.

Sementara, tembakau sebagai pestisida nabati sudah banyak dipakai petani. Ia efektif terutama untuk pengendalian wereng dan obat cacaing untuk tenak. Bahkan saat ini sedang dikembangkan sebagai bahan dasar parfum dan biofuel.

Penggunaan dan produksinya pun sudsh diajarkan ke ribuan kelompok tani di Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT). Pestisida nabati dari tembakau memiliki keunggulam tidak beracun dan tidak mengandung residu berbahaya.

Namun, untuk konteks mengembangkan produk non rokok dari tembaku, leading sector-nya ada di Kementerian Perdagangan dan Perindustrian. Posisi kementan ada di hulu dan produksi saja. 

Kementan mencatat, petani yang menanam tembakau sekitar 800 ribu hingga sejuta orang. Ia pun tidak bisa sepenuhnya disebut Petani Tembakau. Sebab juga menanam padi dan tumbuhan hortikultura lainnya. Mereka pun tidak rutin menanam tembakau setiap tahun karena melihat kondisi pasar dan cuaca.

"Di musim tanam kedua setelah menanam padi, sebagian ada yang tanam tembakau sebagian yang lain misalnya tanam cabe, kol, wortel dan yang lainnya," ujar dia. 

Ketimbang menanam tembakau untuk rokok, petani bisa menanam cabe yang keuntungannya lebih tinggi. Selain masa panennya oanjang, komoditas cabe juga memiliki pasar yang adil, tidak bernuansa oligopsoni seperti yang menimpa tembakau.

Video

Setjen DPR RI Komit Berdayakan Perempuan