Rabu , 21 Oct 2015, 11:26 WIB

Tebu Tahan Kering dan Jagung Toleran Herbisida Segera Diluncurkan

Rep: mutia ramadhani/ Red: Taufik Rachman
Antara
Petani merawat tanaman jagung.
Petani merawat tanaman jagung.

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Indonesia pertama kali mengadopsi produk bioteknologi sejak 2000. Ketua Komisi Keanekaragaman Hayati Produk Rekayasa Genetika, Agus Pakpahan mengatakan sejauh ini sudah ada 15 produk bioteknologi yang telah mendapatkan persetujuan keamanan pangan di Indonesia.

“Komisi Keanekaragaman Hayati Indonesia baru-baru ini menyetujui dua produk baru, yaitu tebu tahan kekeringan dan jagung toleran herbisida,” kata Agus dalam pernyataan tertulis kepada Republika, Rabu (21/10).

Kedua produk tersebut, kata Agus sedang menunggu persetujuan untuk dirilis komersial agar memenuhi persyaratan untuk dibudidayakan dalam pertanian Indonesia demi kepentingan petani. Diakuinya kehadiran bioteknologi tanaman pangan belum sepenuhnya diterima semua negara secara terbuka.

Indonesia sampai saat ini tidak menolak, namun lebih bersikap hati-hati dalam menerima kehadiran tanaman bioteknologi ini. Setiap rencana pelepasan produk rekayasa genetika ke dalam negeri harus melewati uji keamanan pangan dan uji keamanan hayati yang ketat. Setelah itu, kata Agus komisi bisa mengeluarkan rekomendasi kepada Menteri Pertanian untuk merilisnya.

Data International Service for Acquisition Agri-biotech Application (ISAAA) menunjukkan total sebaran tanaman bioteknologi di dunia sudah mencapai 181 juta hektare (ha). Hasil studi PG Economic Ltd juga menunjukkan tanaman bioteknologi membantu petani memperoleh pendapatan lebih baik.

Laba bersih usaha tani di dunia pada 2013 mencapai 20,5 miliar dolar AS atau Rp 291 triliun, setara dengan rata-rata peningkatan 122 dolar AS atau Rp 1,7 juta per ha. Jika diakumulasi, keuntungan secara global mencapai 133,5 miliar dolar AS atau Rp 1.895 triliun dalam medio 1996-2013.

“Bioteknologi berpotensi meningkatkan produksi pangan, kesejahteraan petani, dan mengurangi tekanan terhadap lahan,” kata Direktur Indonesian Biotechnology Information Center (IndoBIC), Bambang Purwantara.

Indonesia, kata Bambang membutuhkan suatu kondisi mendesak untuk menghadapi musim kemarau begitu panjang dan produksi pangan di Asia yang diperkirakan akan menurun dari target. Jika tidak, ancaman krisis global seperti 2008 bukan mustahil akan terulang.

Salah satu alternatif solusi yang paling mungkin untuk menjawab tantangan alam ini, kata Bambang adalah solusi teknologi. Bioteknologi saat ini sudah merilis varietas padi tahan banjir, tahan hama wereng, tahan herbisida, hingga yang kaya vitamin.

Video

Setjen DPR RI Komit Berdayakan Perempuan