Rabu , 07 Oct 2015, 19:00 WIB

Kementan : Beras di Masyarakat 4,6 Juta Ton

Rep: sonia fitri/ Red: Taufik Rachman
Republika/ Tahta Aidilla
 Pedagang sedang merapihkan beras yang dijual pada pasar tradisonal, Jakarta, Kamis (1/10).
Pedagang sedang merapihkan beras yang dijual pada pasar tradisonal, Jakarta, Kamis (1/10).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Kementerian Pertanian (Kementan) sampai detik ini masih optimis pasokan beras berlimpah. Meski cadangan pemerintah di kantong Perum Bulog minim, tapi ada beras yang berlimpah di masyarakat, petani dan pedagang.

"Yang di Bulog itu cuma delapan persennya saja, beras yang tersebar di masyarakat itu ada sampai 4,6 juta ton selama setahun," kata Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian (Kementan) Gardjita budi pada Rabu (7/10).

Jumlah tersebut merupakan perkiraan setelah mengkonversi angka ramalan gabah kering giling semabnhak 75,5 juta ton menjadi beras. Ia pun menjamin stok beras aman hingga desember 2015 dan tidak perlu impor beras. Kementan, lanjut dia, masih mewaspadai El Nino. Ia diharapkan pergi pada desember sehingga produksi beras bisa dimulai lagi secara normal.

Ditanya antisipasi keberadaan beras yang tak ada di genggaman pemerintah, Gardjita menekankan yang terpenting adalah ketahanan pangan khususnya beras berada di masyarakat. Bulog yang mengantongi sedikit beras diperlukan hanya ketika terjadi gejolak. Yang terpenting yakni akses masyarakat memeroleh beras terjangkau.

Kekhawatiran kartel beras pun jangan terlalu dibesar-besarkan. Segala pernyataan harus dibarengi bukti. Maka dari itu, jika terjadi anomali harga beras, Kementan mempercayakan hal tersebut kepada pihak berwajib. "Sebab praktik kartel melanggar hukum dan undang-undang," tuturnya.

Sembari terus menggenjot produksi beras, Kementan pun mengaku terus menuju diversifikasi pangan. Agar masyarakat tak melulu bergantung pada beras untuk memenuhi asupan karbohidrat bagi tubuh. Terbukti, kata Gardjita, angka konsumsi beras terus menurun.

"Beberapa tahun lalu angkanya 139 kilo per orang per tahun, tapi sejak empat tahun yang lalu angkanya 124 kilo per orang per tahun," katanya. Data konsumsi beras masih menggunakan angka empat tahun lalu. Target pemerintah terus menekan konsumsi hingga 100 kilo per tahun.

Di sisi lain, Bulog telah melakukan operasi pasar di lima titik strategis. Masing-masing titik menyefiakan 300 kilogram beras. Hal tersebut dilakukan sembari terus melakukan penyerapan di sisa panen gadu.

"Saat ini stok kita yang terakhir 1,65 juta ton beras," kata Direktur Pengadaan Perum Bulog Wahyu saat dihubungi melalui sambungan telepon. Angka tersebut setelah dikurangi penyaluran dan ditambah penyerapan ke petani.

Tapi, ia tidak menyebut secara rinci soal kegiatan tersebut. Belum selesai ditanya lebih lanjut, Wahyu menghentikan percakapan karena mengaku tengah mengetik. Setelah itu, ia belum bisa dihubungi kembali.

Sebelumnya, terkait wacana impor dalam rangka menjaga ketersediaan beras, Perum Bulog menyerahkan keputusan sepenuhnya pada pemerintah. Fokus kegiatan Bulog saat ini yakni melakukan penyerapan beras denhpgan maksimal sebagaimana diinstruksikan. Namun jika tidak ada impor, stok beras Bulog di akhir tahun akan tersisa hanya 50-60 ribu ton. Jumlah tersebut sangat jomplang jika dibandingkan stok akhir tahun 2014 sebanyak 1,4 juta ton.

Video

Setjen DPR RI Komit Berdayakan Perempuan