Selasa , 11 Oct 2016, 11:36 WIB

Menpar Paparkan Target Kunjungan Wisatawan kepada UNWTO

Red: Dwi Murdaningsih
Menteri Pariwisata Arief Yahya, didampingi Duta Besar RI di Madr
Menteri Pariwisata Arief Yahya, didampingi Duta Besar RI di Madrid Yuli Mumpuni memenuhi Undangan Taleb Rifai - Secretary General UNWTO dan hadir di UNWTO Headquarters.
Menteri Pariwisata Arief Yahya, didampingi Duta Besar RI di Madrid Yuli Mumpuni memenuhi Undangan Taleb Rifai - Secretary General UNWTO dan hadir di UNWTO Headquarters.

REPUBLIKA.CO.ID, MADRID - Sinyal yang dilempar Presiden Joko Widodo bahwa pariwisata bakal menjadi core business dan "backbone" perekonomian negeri ke depan, memompa spirit Menteri Pariwisata Arief Yahya. Arief Yahya semakin rajin berkalibrasi dengan lembaga-lembaga kredibel dunia dengan deretan track record yang paling terpercaya.

Senin (10/10) Arief Yahya giliran ke markas lembaga PBB yang mengurus pariwisata UNWTO di Madrid, Spanyol. Ini adalah kunjungan kedua, setelah tahun 2015 lalu juga menjalin komunikasi aktif dan belajar dari success story dari banyak negara di dunia dalam mengelola pariwisata. "Kami sudah ikuti resep UNWTO, dan kami ingin lakukan percepatan," ujar Arief Yahya.

Menpar Arief pun melaporkan 3 poin komitmen yang pernah disarankan UNWTO saat kunjungan setahun silam, 4 Desember 2015. Yakni soal Visa Free, Sustainable Tourism Observatory, dan Story Telling dalam mengembangkan destinasi pariwisata. "Semua sudah kami jalankan dengan baik, untuk mengejar target double," simpul Arief Yahya mengawali presentasinya.

Sekjen UNWTO Taleb Rifai pun langsung memotong presentasi di meeting room yang sama dengan tahun lalu itu. "Target double? Dari 9,3 juta ke 20 juta? Itu target yang sangat ambisius!" kata Sekjen Taleb Rifai.

Arief pun menjelaskan soal tiga rekomendasi yang diminta UNWTO itu. Pertama, Visa Free Facilitation, atau Bebas Visa Kunjungan (BVK) dari 25 negara menjadi 169 negara. "Dampaknya signifikan, misalnya Inggris naik pesat, ternyata bukan hanya dari Negara Inggris di Eropa. Tapi juga dari Singapura, Kualalumpur, Hongkong dan sekitarnya, karena mereka tidak perlu sulit sulit mengurus Visa," kata Arief.

Wisman yang datang dari negara-negara anggota Non-ASEAN yang tumbuh 2 digit persentase, seperti dari Mesir (61,10 persen), Bahrain (39,90 persen), India (30,64 persen), UK (28,22 persen), Jerman (22,77 persen), Rusia (22,56 persen), Australia (19,56 persen), Cina ( 19,53 persen), Prancis (19,04 persen), dan Amerika Serikat (17,74 persen).

Kedua, soal Standar Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan yang berujung pada tiga daerah yang sudah diakui UNWTO, menjadi Sustainable Tourism Observatory (STO). Tiga daerah itu adalah Pangandaran Jawa Barat bekerjasama dengan ITB Bandung, Kulonprogo dengan UGM dan Lombok Barat dengan Universitas Mataram NTB. "Terima kasih, kami sudah memperoleh pengakuan UNWTO, dan salah satu yang terbaik setelah China," ungkap Arief Yahya.

Ketiga, membangun Story Telling dibdestinasi Pariwisata. Termasuk membuat stori tentang orang-orang atau tokoh yang sukses dan mendedikasikan di bidang pariwisata. "Ini masih proses, dan akan selesai sampai akhir tahun 2016 ini," katanya.

Menpar Arief Yahya memimpin delegasi Kemenpar RI, didampingi Yuli Mumpuni Widarso, Dubes RI untuk Spanyol yang juga perwakilan RI di UNWTO, Don Kardono, Stafsus Menpar Bidang Media, Giri Adnyani, Sesdep Pemasaran Mancanegara Kemenpar, Nia Niacaya, Asdep Pengembangan Pemasaran Wilayah Eropa Timur Tengah, Afrika dan Amerika, Ronald Pantun Mariso, Setmenpar dan Kurniawan, staf Dubes RI di Spanyol.