Rabu , 31 Aug 2016, 09:03 WIB

Suara Seribu Angklung Mengetuk Pintu Pasar Wisman Osaka

Red: Dwi Murdaningsih
Republika/Edi Yusuf
Anak-anak memainkan seni tradisional angklung buhun pada 'Festival Ujungberung' dalam rangka peringatan hari jadi ke-201 Ujungberung, di Alun-alun Ujungberung, Kota Bandung, Rabu (10/8). (Republika/Edi Yusuf)
Anak-anak memainkan seni tradisional angklung buhun pada 'Festival Ujungberung' dalam rangka peringatan hari jadi ke-201 Ujungberung, di Alun-alun Ujungberung, Kota Bandung, Rabu (10/8). (Republika/Edi Yusuf)

REPUBLIKA.CO.ID, OSAKA -- Pasar pariwisata di Jepang dianggap lebih alot dibandingkan pasar pariwisata di Asia Pasifik seperti Cina, Hongkong, Taiwan, Macau, atau Korea.  Tidak mudah menaikkan jumlah kunjungan wisman dari Negeri Matahari Terbit ke Indonesia meskipun sudah dimasukkan dalam list top 5 pasar utama oleh Kementrian Pariwisata.

“Jepang adalah pasar utama, dengan capaian 2014 ada sekitar 500 ribu wisman, dan proyeksi 2015 naik menjadi 525 ribu,” kata Menpar Arief Yahya saat membuka pagelaran Indonesia Week Osaka 2016 di Umeda Sky Building, Osaka, Jepang.

Saat membuka event tersebut, Arief bercerita tentang bambu, bahan pembuat angklung yang sudah akrab dengan tradisi bangsa Asia. Orang Cina menggunakan sumpit, tirai, bahan bangunan rumah, dengan bambu. Orang Korea dan Jepang pun begitu. Pohon bambu juga menjadi tema banyak lukisan di negara-negara Asia, termasuk Indonesia.

Dalam pembukaan yang berlangsung di salah satu kawasan gedung pencakar langit  tertinggi di dunia sekaligus landmark yang paling terkenal di Osaka itu, pesona suara angklung mengalun serentak, menghipnotis pengunjung yang antusias. Bersama pemain angklung dan warga yang hadir, Menteri Pariwisata beserta jajaran tamu VIP turut memainkan alat musik tradisional khas Jawa Barat itu dengan penuh suka cita.  

“Karena itu Pesona seribu angklung Indonesia Pusaka menjadi relevan untuk mengetuk hati, mengajak masyarakat Jepang berwisata ke Indonesia,” kata Arief Yahya.

Bambu bermakna kuat, tegar, tangguh, namun lentur. Bambu memiliki makna yang mendalam, bahwa pondasi hidup manusia itu memang harus kuat. Semua Negara Asia dari Cina, Jepang, Korea, Hongkong, Macau, India, semua punya sejarah khas dengan pohon bambu. Menurut Arief, bambu melukiskan keseimbangan dalam hidup. Kelenturan dan fleksibilitas dalam kehidupan. Bahwa manusia hidup memang harus memegang fondasi dan akar budaya yang kuat, namun juga harus bisa luwes di tengah kehidupan yang penuh dengan romantika.

Masyarakat Indonesia dan Jepang, kata dia, juga punya kedekatan emosional dan sejarah yang amat panjang. Hubungan diplomatik Indonesia dan Jepang dimulai dengan diplomasi budaya. Jepang mengenalkan diplomasi hati ke hati kepada Indonesia melalui bidang ekonomi, politik dan budaya. “Jak Jepang Matsuri setiap tahun adalah bentuk kolaborasi dan persaudaraan antara Indonesia dan Jepang,” kata dia.

Selain dalam rangka merayakan HUT kemerdekaan RI ke-71, Indonesia Week Osaka 2016 juga bertujuan untuk menyuguhkan beberapa destinasi wisata menarik di Indonesia, sehingga diharapkan dapat mendorong peningkatan jumlah wisatawan Jepang ke Indonesia. Arief mengatakan, pesona Indonesia yang terbentang luas dari Sabang hingga Merauke merupakan magnet tersendiri bagi setiap orang yang berkunjung ke Indonesia. Untuk itu dirinya mengajak seluruh warga Jepang dapat turut menikmati keindahan alam tersebut.

Indonesia Week Osaka 2016 yang digagas oleh majalah BUMN Track dan PT Kinarya Cipta Kreasi berlangsung selama empat hari, yakni 25-28 Agustus 2016. Selain mengajak bermain angklung, kegiatan ini juga diramaikan oleh stan pameran UKM binaan BUMN di antaranya PT Angkasa Pura II (Persero), PT BNI Tbk, Perum Jamkrindo, Perum Askrindo, PT Telkom Tbk,  PT Pertamina, PT PNM serta Pemda Manokwari Selatan. Kegiatan ini juga dimeriahkan oleh pagelaran budaya lokal Indonesia seperti tari-tarian dan lagu daerah, serta perlombaan khas 17 Agustus.

 

baca juga: Pesta Teluk Ambon 2016 Siap Pikat Wisatawan