Senin , 25 Jul 2016, 17:00 WIB

Indonesia Targetkan Kalahkan Pariwisata Malaysia Tahun Depan

Rep: Arie Lukhardianti/ Red: Yudha Manggala P Putra
dok: Kemenpar
Restoran Wonderful Indonesia di Anhui, Cina
Restoran Wonderful Indonesia di Anhui, Cina

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Tahun ini, Indonesia belum bisa mengalahkan Pariwisata Malaysia dalam dua hal. Yakni, branding dan pertumbuhan. Namun, Menteri Pariwisata Arief Yahya memproyeksikan tahun depan Indonesia bisa mengalahkan pariwisata Malaysia.

“Branding Wonderful Indonesia melesat jauh ke ranking 43, sedangkan Truly Asia Malaysia ada di ranking 96,” ujar Arief kepada wartawan di sela-sela Rakernas dan Munas I Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) 2016, Senin (25/7).

Namun, kata Arief, untuk pertumbuhan pariwisatanya, Indonesia naik 10 persen. Sedangkan pertumbuhan Malaysia minus 15 persen. Sedangkan dari jumlah wisatawan mancanegara dan devisa, Indonesia masih kalah. “Devisa kita 10 miliar dolar Amerika, dia (Malaysia) 20 miliar dolar Amerika. Wisman kita di angka 10 juta, sedangkan Malaysia 25 juta,” katanya.

Untuk meningkatkan jumlah wisatawan mancanegara, kata dia, Kementerian Pariwisata telah menyiapkan promosi lebih besar. Tahun depan, pihaknya mengajukan anggaran mencapai Rp 4 triliun. Jika anggaran tersebut disetujui, maka lebih dari separuhnya akan digunakan untuk promosi internasional. “Kareana impact wisman ada tiga, sedangkan wisatawan lokal ada 2," katanya.

Wisman, kata dia, berpangaruh pada devisa, PDB, dan tenaga kerja. Kalau wisatawan lokal, hanya PDB dan tenaga kerja. Dikatakan Arief, dengan anggaran Rp 4 triliun, anggaran untuk destinasi akan diturunkan. Fokusnya, akan ke 10 destinasi prioritas. Di antaranya, Danau Toba, Tanjung Kelayang, Tanjung Lesung, Kepulauan Seribu, Mandalika, Bromo Tengger Semeru, Borobudur, Labuan Bajo, Wakatobi, dan Morotai.

Arief menilai untuk bermain di kelas dunia, tentu harus menggunakan standar dunia. Dari hasil survei, Indonesia masih memiliki beberapa kelemahan, di antaranya infrastruktur dan kebersihan. Bangsa ini, konon mayoritas masyarakatnya beranggapan kebersihan sebagian dari iman tapi keyataannya tidak begitu.  "Bukan kata saya itu tapi kata yang meranking kebersihan kita,” katanya.

Selain itu, kata dia, untuk menggenjot pertumbuhan pariwisata dari luar negeri, Indonesia akan membuka rute penerbangan baru. Di antaranya dari Cina, India, dan Timur Tengah sebagai pintu masuk dari Eropa.

Terkait penyelenggaraan Musyawarah Nasional (Munas) I  Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI), Arief menyambut baik. Karena, sejumlah isu penting menjadi bahasan pokok dalam Munas tersebut. Acara tersebut, kata dia, dihadiri peserta munas yang terdiri dari para pelaku industri pariwisata serta 32 Asosiasi Pariwisata yang ada di Indonesia.

Arief menilai, pariwisata Indonesia bukan saja tanggung jawab Kementerian Pariwisata. Namun, menjadi tanggung jawab semua elemen. Khususnya pemerintah, akademisi, pelaku bisnis, media, dan komunitas. Sinergi yang disebut dengan Penta Helix tersebut menjadi kunci mengembangkan pariwisata Indonesia, khususnya dalam mewujudkan target tahun 2016 hingga 2019.

Arief pun, mengingatkan kembali sejumlah target pariwisata yang telah ditetapkan Presiden dalam lima tahun ke depan atau 2019, harus naik dua kali lipat. Yakni, memberikan kontribusi pada PDB nasional sebesar 8 persen, devisa yang dihasilkan Rp 280 triliun, menciptakan lapangan kerja di bidang pariwisata  sebanyak 13 juta orang, kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) 20 juta  dan pergerakan wisatawan nusantara (wisnus) 275 juta.

"Serta indeks daya saing pariwisata Indonesia berada di ranking 30 dunia," katanya.